Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau pemangku kepentingan berkoordinasi mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Indonesia mulai memasuki musim kemarau dan diprediksi mencapai puncaknya pada Agustus 2020.
“BMKG megimbau agar pemangku kepentingan berkoordinasi dengan BMKG daerah,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab dalam teleconference di Jakarta, Jumat, 8 Mei 2020.
Fachri mengatakan BMKG bisa menyediakan informasi teranyar soal cuaca dan iklim. Informasi itu diharapkan bisa menjadi pedoman dalam menentukan langkah pencegahan.
(Baca: Pembuatan Konservasi Air Mendesak untuk Cegah Karhutla)
BMKG, kata Fachri, juga mendorong seluruh pemangku kepentingan bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut (BRG). Koordinasi itu untuk mengecek tingkat kebasahan lahan dan tinggi muka air gambut.
“Untuk pencegahan dini potensi karhutla dalam mengantisipasi musim kemarau,” tutur dia.
Fachri menambahkan pemangku kepentingan juga bisa menggunakan teknologi modifikasi cuaca. Upaya itu paling tepat dilakukan saat periode peralihan musim hujan ke musim kemarau.
“Karena bibit awan masih banyak yang dapat disemai untuk menjadi hujan,” ucap dia.
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau pemangku kepentingan berkoordinasi mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Indonesia mulai memasuki musim kemarau dan diprediksi mencapai puncaknya pada Agustus 2020.
“BMKG megimbau agar pemangku kepentingan berkoordinasi dengan BMKG daerah,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab dalam
teleconference di Jakarta, Jumat, 8 Mei 2020.
Fachri mengatakan BMKG bisa menyediakan informasi teranyar soal cuaca dan iklim. Informasi itu diharapkan bisa menjadi pedoman dalam menentukan langkah pencegahan.
(Baca:
Pembuatan Konservasi Air Mendesak untuk Cegah Karhutla)
BMKG, kata Fachri, juga mendorong seluruh pemangku kepentingan bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut (BRG). Koordinasi itu untuk mengecek tingkat kebasahan lahan dan tinggi muka air gambut.
“Untuk pencegahan dini potensi karhutla dalam mengantisipasi musim kemarau,” tutur dia.
Fachri menambahkan pemangku kepentingan juga bisa menggunakan teknologi modifikasi cuaca. Upaya itu paling tepat dilakukan saat periode peralihan musim hujan ke musim kemarau.
“Karena bibit awan masih banyak yang dapat disemai untuk menjadi hujan,” ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)