Pemadaman saat kebakaran lahan dan hutan. ANT/Mushaful Imam
Pemadaman saat kebakaran lahan dan hutan. ANT/Mushaful Imam

Pembuatan Konservasi Air Mendesak untuk Cegah Karhutla

Theofilus Ifan Sucipto • 08 Mei 2020 15:34
Jakarta: Pembuatan konservasi air di wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dinilai mendesak. Konservasi itu bisa menjaga tersedianya air selama musim kemarau.
 
“Jadi, bagaimana antisipasi dengan konservasi air baik di permukaan maupun kubah,” kata Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Azwar Maas dalam telenconference di Jakarta, Jumat, 8 Mei 2020.
 
Azwar menjelaskan volume air, terutama di lahan gambut, cepat berkurang. Ini disebabkan pori-pori lahan gambut besar ditambah proses evaporasi saat matahari terik.

Selain itu, terdapat biomassa di permukaan dan bawah permukaan. Bahan biologis itu, kata Azwar, dapat dibakar.
 
“Sehingga tidak ada peringatan atau pengawasan status karhutla,” terang dia.
 
(Baca: Antisipasi Karhutla Tetap Prioritas di Tengah Pandemi Korona)
 
Azwar menilai sistem pemantau air lahan gambut (sipalaga) yang dibentuk Badan Restorasi Gambur (BRG) cukup baik. Namun, sipalaga tidak bisa menunjukkan data penyebab karhutla.
 
Azwar mendorong pemerintah membentuk konservasi air. Hal itu diyakini bisa menjaga ekosistem di sekitar hutan dan lahan gambut.
 
“Dengan mempertimbangkan faktor geofisik ditambah memasukkan neraca air ideal untuk tiap kesatuan hidrologi gambut (KHG),” tutur dia.
 
Dia menuturkan pembentukan konservasi air bisa melalui konsensi atau inisiatif pemerintah daerah. Bahkan, BRG juga perlu dilibatkan untuk fokus menjaga keseimbangan air.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan