Warga Rawajati, Agus, 45, didampingi anaknya yang tengah duduk di bangku SMA. Foto: MTVN/Ilham Wibowo
Warga Rawajati, Agus, 45, didampingi anaknya yang tengah duduk di bangku SMA. Foto: MTVN/Ilham Wibowo

Penertiban Permukiman

Warga Rawajati Butuh Psikolog Pendamping Anak

Ilham wibowo • 01 September 2016 13:48
medcom.id, Jakarta: Penggusuran permukiman RT 09/04 Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, dinilai warga sangat mendadak. Warga belum sempat mengemas seluruh barang di rumah mereka.
 
Warga Rawajati, Agus, 45, menuturkan, anaknya yang masih mengenyam pendidikan di bangku SMA menangis histeris ketika petugas Satpol PP serta alat berat meratakan rumah yang telah ia huni puluhan tahun. Ia menuding penggusuran ini tidak berperikemanusiaan.
 
"Anak saya stres, lihat saja dia nangis dari tadi pagi," kata Agus kepada Metrotvnews.com, Kamis (1/9/2016).

Anak Agus bernama Putri Farah bersekolah di SMAN 14 Jakarta kelas 12 IPS. Agus bilang, anaknya mesti meliburkan diri sementara waktu untuk memikirkan kemana keluarganya akan berteduh terlebih dahulu.
 
"Anak saya jadi takut dimarahi kepala sekolanya. Ini pasti sampai seminggu nih enggak bakalan masuk sekolah," kata Agus.
 
Warga Rawajati Butuh Psikolog Pendamping Anak
Kondisi permukiman warga Rawajati, Pancoran, Jaksel setelah digusur Pemprov DKI Jakarta. Foto: MTVN/Ilham Wibowo
 
Kekhawatiran Agus bukan tanpa alasan. Selain cemas dengan pihak sekolah, dia juga khawatir anaknya akan mendapat intimidasi dari teman-teman sekelasnya.
 
"Rumah saya sudah masuk tayangan tv, pasti anak saya trauma, temannya iba ama kita malah memperlakukan kita dengan tidak baik," keluhnya.
 
(Baca juga: Tolak Penertiban, Warga Rawajati Berdoa di Tengah Jalan)
 
Agus berujar, ia paham keinginan pemerintah membangun kawasan Ibu Kota agar lebih indah. Tapi, kata dia, proses keindahan ini mesti dilakukan dengan kajian mendalam. Menurutnya, proses penggusuran harus melibatkan banyak pihak, termasuk pihak yang berkompeten dengan pendidikan anak.
 
"Saya sudah tenangin anak saya. Pemerintah juga harusnya kirim psikolog anak, kirim dari pengajar sekolah biar dia juga paham dan tenang," kata dia.
 
(Baca juga: Anggota DPRD DKI Sebut Penertiban Warga Rawajati Ilegal)
 
Seperti diketahui, warga Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, menolak direlokasi ke Rusun Marunda, Jakarta Utara. Selain tinggal di bantaran kali, banyak juga warga yang menempati pinggir rel lahan PT KAI.
 

 
Pemprov DKI Jakarta sudah mengeluarkan peringatan sejak 2015 terkait rencana penggurusan permukiman warga Rawajati, Pancoran, Jaksel. Semula eksekusi penggusuran ini akan dilakukan pada awal Juni 2016. Berkat negosiasi penggusuran akhirnya ditunda.
 
Namun, kenyataannya warga keukeuh menolak direlokasi ke tempat yang sudah disediakan pemerintah.
 
Baca juga: Ahok: Warga Rawajati Terlalu Manja)
 
Gubernur DKI Jakarta Basuki `Ahok` Tjahaja Purnama mengatakan heran kenapa warga sulit dipindahkan ke tempat lebih baik. Padahal Pemprov DKI Jakarta memberikan berbagai fasilitas gratis buat warga. Mantan Bupati Belitung Timur itu pun menyebut warga sudah terlalu manja.
 
"Saya katakan, kalian banyak yang tinggal di Jakarta, pagi-pagi juga sudah berangkat masuk kerja. Itu kita pindahin bukan ke Belitung loh, masih di Jakarta juga," kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu 31 Agustus.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan