Jakarta: Wanda Hamidah mendapatkan tempat di kapal terakhir menuju Gaza. Sosok yang aktif menyuarakan isu kemanusiaan khususnya Palestina itu menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam misi kemanusiaan menuju Gaza bersama Global Sumud Flotilla (GSF).
Nama Wanda masuk dalam daftar manifest penumpang salah satu kapal GSF di menit-menit terakhir. Dan kapal yang ditumpangi Wanda adalah kapal terakhir yang berlayar dari Tunisia.
Wanda tak kuasa menahan tangis dan haru begitu diizinkan ikut berlayar. Perjuangannya selama berhari-berhari menunggu di pelabuhan akhirnya berbuah manis.
"Aku merasa bangga, bahagia, terharu, dan terhormat untuk bisa ikut berlayar ke Gaza. Insya Allah siap lahir dan batin. Mohon doa dan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia," ungkap Wanda di Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia, Selasa 16 September 2025.
Wanda memohon kepada pemerintah Indonesia untuk terus mengawasi dan memantau pelayaran GSF, apapun yang akan terjadi. Perjalanan ini, kata Wanda, bukan soal dirinya pribadi. Bukan pula soal GSF.
"Tapi soal bagaimana cara dan kontribusi kita dalam menghentikan genosida di Gaza. Dan yang paling adalah bagaimana memerdekakan Palestina," tegasnya.
Wanda juga mengungkapkan bagaimana beratnya perjuangan untuk mendapatkan tempat di kapal. Menurutnya, setengah delegasi dari seluruh dunia mengundurkan diri dari misi ini karena ketersediaan kapal yang sangat terbatas.
"Seperti kita ketahui, dalam lima hari ini, teman-teman relawan terpaksa tidur di pelabuhan. Pelabuhan ini sudah seperti kamp kemanusiaan untuk berlayar ke Gaza. Perjuangan untuk masuk 'list' (daftar) itu sangat luar biasa," tuturnya.
Wanda juga berharap momentum ini dapat dijadikan pijakan untuk berbuat lebih besar lagi dalam membela Palestina. Pelayaran ke Gaza ini, tegas Wanda, adalah untuk memecah kebisuan dan kebungkaman dunia.
"Kemerdekaan kita sebagaimana manusia dan bangsa Indonesia, tak akan terjadi tanpa kemerdekaan Palestina. Kita tak bisa tidur dan makan dengan tenang jika warga Palestina masih dibantai Zionis Israel," pungkasnya.
Wanda berharap rakyat Indonesia terus mendesak pemerintah agar menekan Zionis Israel dan Amerika untuk menghentikan genosida di Gaza, dan memerdekakan Palestina.
Koordinator Indonesia Global Peace Convoy (IGPC), Muhammad Husein, yang turut melepas Wanda menuju kapal juga menegaskan bahwa dukungan ini tak hanya kepada delegasi Indonesia, tapi seluruh relawan GSF.
"Ini yang terpenting," kata Husein. "Ini bukan misi negara, bukan misi kelompok, tapi misi bersama 47 negara untuk memecahkan blokade Gaza.
"Apapun yang terjadi. Misalnya, Wanda dan seluruh relawan berhasil tiba di Gaza, maka itu sebuah keberhasilan. Namun, jika pun tak berhasil menembus Gaza, maka kita telah berhasil memecah kebisuan dan kesunyian dunia," tegasnya.
Jakarta:
Wanda Hamidah mendapatkan tempat di kapal terakhir menuju Gaza. Sosok yang aktif menyuarakan isu kemanusiaan khususnya Palestina itu menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam misi kemanusiaan menuju Gaza bersama Global Sumud Flotilla (GSF).
Nama Wanda masuk dalam daftar manifest penumpang salah satu kapal GSF di menit-menit terakhir. Dan kapal yang ditumpangi Wanda adalah kapal terakhir yang berlayar dari Tunisia.
Wanda tak kuasa menahan tangis dan haru begitu diizinkan ikut berlayar. Perjuangannya selama berhari-berhari menunggu di pelabuhan akhirnya berbuah manis.
"Aku merasa bangga, bahagia, terharu, dan terhormat untuk bisa ikut berlayar ke Gaza. Insya Allah siap lahir dan batin. Mohon doa dan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia," ungkap Wanda di Pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia, Selasa 16 September 2025.
Wanda memohon kepada pemerintah Indonesia untuk terus mengawasi dan memantau pelayaran GSF, apapun yang akan terjadi. Perjalanan ini, kata Wanda, bukan soal dirinya pribadi. Bukan pula soal GSF.
"Tapi soal bagaimana cara dan kontribusi kita dalam menghentikan
genosida di Gaza. Dan yang paling adalah bagaimana memerdekakan Palestina," tegasnya.
Wanda juga mengungkapkan bagaimana beratnya perjuangan untuk mendapatkan tempat di kapal. Menurutnya, setengah delegasi dari seluruh dunia mengundurkan diri dari misi ini karena ketersediaan kapal yang sangat terbatas.
"Seperti kita ketahui, dalam lima hari ini, teman-teman relawan terpaksa tidur di pelabuhan. Pelabuhan ini sudah seperti kamp kemanusiaan untuk berlayar ke Gaza. Perjuangan untuk masuk 'list' (daftar) itu sangat luar biasa," tuturnya.
Wanda juga berharap momentum ini dapat dijadikan pijakan untuk berbuat lebih besar lagi dalam membela Palestina. Pelayaran ke Gaza ini, tegas Wanda, adalah untuk memecah kebisuan dan kebungkaman dunia.
"Kemerdekaan kita sebagaimana manusia dan bangsa Indonesia, tak akan terjadi tanpa kemerdekaan Palestina. Kita tak bisa tidur dan makan dengan tenang jika warga Palestina masih dibantai Zionis Israel," pungkasnya.
Wanda berharap rakyat Indonesia terus mendesak pemerintah agar menekan Zionis Israel dan Amerika untuk menghentikan genosida di Gaza, dan memerdekakan Palestina.
Koordinator Indonesia Global Peace Convoy (IGPC), Muhammad Husein, yang turut melepas Wanda menuju kapal juga menegaskan bahwa dukungan ini tak hanya kepada delegasi Indonesia, tapi seluruh relawan GSF.
"Ini yang terpenting," kata Husein. "Ini bukan misi negara, bukan misi kelompok, tapi misi bersama 47 negara untuk memecahkan blokade Gaza.
"Apapun yang terjadi. Misalnya, Wanda dan seluruh relawan berhasil tiba di Gaza, maka itu sebuah keberhasilan. Namun, jika pun tak berhasil menembus Gaza, maka kita telah berhasil memecah kebisuan dan kesunyian dunia," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(RUL)