Manggarai Barat: Komodo amat berarti bagi warga Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Satwa bernama asli Ora itu ada di kawasan Taman Nasional Komodo. Ora mentereng namanya karena gempar dibicarakan para pencinta alam, baik dalam dan luar negeri, pada akhir Oktober lalu karena dinarasikan tengah mengadang truk.
Komodo kemudian dijuluki satu satunya satwa purba yang masih hidup hingga ribuan tahun oleh UNESCO--Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sejak ditetapkan menjadi New7wonder of Nature, ramai-ramai orang berkunjung ke kawasan yang dikelola Taman Nasional Komodo ini.
Wisatawan mulai melihat keunikan perilaku hewan komodo, termasuk aneka kekayaan alam biota bawah lautnya. Belum lagi panorama topografinya yang begitu lezat dipandang mata.
Boni Resa, salah satu tokoh pegiat pariwisata di Manggarai Barat, menuturkan lebih dari tiga puluh tahun silam satwa komodo telah menjadi penggerak utama ekonomi warga. Hal ini dibuktikan dengan peralihan mata pencaharian masyarakat yang awalnya hidup sebagai nelayan, menjadi perajin patung atau penjual cendera mata.
Penduduk setempat, kata Boni, telah mengubah mata pencaharian mereka dari pola mengebom atau menangkap ikan dengan potas, kembali menjadi penggerak utama konservasi alam bawah laut. "Mereka berpikir, merusak alam dan habitat ekosistem dapat menumbuhkan pertumbuhan ekonomi mereka sendiri," kata Boni.
Boni yakin perkembangan dan arus kunjungan wisatawan ke kawasan Taman Nasional Komodo cukup menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat di Desa Labuan Bajo. Termasuk, usaha-usaha lain yang datang dari luar daerah.
"Diakui atau tidak, komodo merupakan penggerak ekonomi utama bagi masyarakat. Berkat komodo, Labuan Bajo menjadi destinasi wisata dunia," ucap Boni.
Labuan Bajo adalah salah satu daerah habitat komodo. Desa ini merupakan satu dari 19 desa yang terdapat di Kecamatan Komodo, Manggarai Barat.
Baca: Pemerintah Jamin Kelestarian Komodo di Tengah Pembangunan Sarpras
Camat Komodo, Imran, menuturkan pola kehidupan masyarakat di Komodo dan masyarakat kawasan Taman Nasional Komodo telah berubah drastis. Mereka sudah mulai sadar dan merawat alam dan habitat ekosistem dengan tetap mendapat pelatihan dan bimbingan dari Balai Taman Nasional Komodo yang bergerak di bidang konservasi.
Imran menyebut sebagian dari nelayan di Komodo sejauh ini tetap dibimbing dan diarahkan oleh pemerintah dengan berbagai pelatihan tentang perlindungan satwa komodo dan pelatihan bagaimana membuat kerajinan-kerajinan untuk dijual ke wisatawan.
Kepala Desa Komodo, Haji Aksan, mengatakan pola pikir masyarakat sudah lebih mengedepankan pelestarian alam. "Jika ada yang ingin merusak, berburu, atau membakar hutan, masyarakat sendiri yang turun mengamankan. Masyarakat kita sudah dibekali ilmu tentang konservasi. Kita berharap semua pihak ikut melestarikan," katanya.
Manggarai Barat: Komodo amat berarti bagi warga Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Satwa bernama asli Ora itu ada di kawasan
Taman Nasional Komodo. Ora mentereng namanya karena gempar dibicarakan para pencinta alam, baik dalam dan luar negeri, pada akhir Oktober lalu karena dinarasikan tengah mengadang truk.
Komodo kemudian dijuluki satu satunya satwa purba yang masih hidup hingga ribuan tahun oleh UNESCO--Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sejak ditetapkan menjadi New7wonder of Nature, ramai-ramai orang berkunjung ke kawasan yang dikelola Taman Nasional Komodo ini.
Wisatawan mulai melihat keunikan perilaku hewan komodo, termasuk aneka kekayaan alam biota bawah lautnya. Belum lagi panorama topografinya yang begitu lezat dipandang mata.
Boni Resa, salah satu tokoh pegiat pariwisata di Manggarai Barat, menuturkan lebih dari tiga puluh tahun silam satwa komodo telah menjadi penggerak utama ekonomi warga. Hal ini dibuktikan dengan peralihan mata pencaharian masyarakat yang awalnya hidup sebagai nelayan, menjadi perajin patung atau penjual cendera mata.
Penduduk setempat, kata Boni, telah mengubah mata pencaharian mereka dari pola mengebom atau menangkap ikan dengan potas, kembali menjadi penggerak utama konservasi alam bawah laut. "Mereka berpikir, merusak alam dan habitat ekosistem dapat menumbuhkan pertumbuhan ekonomi mereka sendiri," kata Boni.
Boni yakin perkembangan dan arus kunjungan wisatawan ke kawasan Taman Nasional Komodo cukup menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat di Desa Labuan Bajo. Termasuk, usaha-usaha lain yang datang dari luar daerah.
"Diakui atau tidak, komodo merupakan penggerak ekonomi utama bagi masyarakat. Berkat komodo, Labuan Bajo menjadi destinasi wisata dunia," ucap Boni.
Labuan Bajo adalah salah satu daerah habitat komodo. Desa ini merupakan satu dari 19 desa yang terdapat di Kecamatan Komodo, Manggarai Barat.
Baca:
Pemerintah Jamin Kelestarian Komodo di Tengah Pembangunan Sarpras
Camat Komodo, Imran, menuturkan pola kehidupan masyarakat di Komodo dan masyarakat kawasan Taman Nasional Komodo telah berubah drastis. Mereka sudah mulai sadar dan merawat alam dan habitat ekosistem dengan tetap mendapat pelatihan dan bimbingan dari Balai Taman Nasional Komodo yang bergerak di bidang konservasi.
Imran menyebut sebagian dari nelayan di Komodo sejauh ini tetap dibimbing dan diarahkan oleh pemerintah dengan berbagai pelatihan tentang perlindungan satwa komodo dan pelatihan bagaimana membuat kerajinan-kerajinan untuk dijual ke wisatawan.
Kepala Desa Komodo, Haji Aksan, mengatakan pola pikir masyarakat sudah lebih mengedepankan pelestarian alam. "Jika ada yang ingin merusak, berburu, atau membakar hutan, masyarakat sendiri yang turun mengamankan. Masyarakat kita sudah dibekali ilmu tentang konservasi. Kita berharap semua pihak ikut melestarikan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)