Beijing: Wakil Presiden Jusuf Kalla berkomitmen untuk menjalankan proyek Belt and Road Initiative (BRI) di Indonesia. Menurutnya, BRI diperlukan untuk mencapai target pembangunan yang berkelanjutan.
Dia menyebut komitmen tersebut sudah melalui pertimbangan ekonomi, sosial dan lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut Kalla menyebut dibutuhkan sinergi dan kerja sama antar negara untuk kemakmuran bersama.
"Tidak boleh semua yang dikerjakan itu kan inisiatif dari Belt dan Road Initiative (BRI) tetapi juga inisiatif kita yang juga secara bersama-sama, bekerja bersama sistem itu, tetapi tidak total sistem itu yang kita pakai," Kata Kalla melalui keterangan tertulis di Hotel Kepinski, Beijing, Tiongkok, Sabtu, 27 April 2019.
Baca juga: Belt and Road tak Tambah Utang Pemerintah
Untuk itu, masalah kepemilikan (ownership), dan inklusivitas menjadi penting dalam kerjasama ini. Agar manfaat BRI dapat dinikmati oleh semua negara.
Sementara itu Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi, yang mendampingi Kalla di Tiongkok, menyebut saat ini pemerintah tengah membangun konektifitas dengan negara lain. Konektifitas ini difokuskan demi kemajuan perekonomian.
Baca juga: Proyek Belt and Road Initiatives Dipastikan Gunakan Skema B-to-B
"Itu merupakan suatu keharusan. Konektivity dalam konteks belt and road initiative itu juga antar negara. Jadi bagaimana kita bisa memperdekat jarak antara negara-negara itu demi kemakmuran," Jelas Retno.
Retno mengatakan proyek BRI juga dipastikan dapat dinikmati masyarakat secara luas. Dia menargetkan kemajuan ekonomi di Indonesia akan lebih pesat.
“Sehingga kita juga masuk kepada bagaimana mempersempit gap pembangunan atau gap masyarakat yang merasakan pembangunan. Yang pak JK sudah menyampaikan yang bahkan di Tiongkok yang mengalami kemajuan ekonomi double digit sejak 20 tahun juga mengalami," ujarnya.
Proyek Belt and Road Initiative digagas oleh Tiongkok untuk membuka konektivitas perdagangan antarnegara di Eropa serta Asia melalui jalur maritim. Konferensi BRI yang dihadiri Jusuf Kalla ini, juga dihadiri oleh 37 kepala negara.
Beijing: Wakil Presiden Jusuf Kalla berkomitmen untuk menjalankan proyek
Belt and Road Initiative (BRI) di Indonesia. Menurutnya, BRI diperlukan untuk mencapai target pembangunan yang berkelanjutan.
Dia menyebut komitmen tersebut sudah melalui pertimbangan ekonomi, sosial dan lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut Kalla menyebut dibutuhkan sinergi dan kerja sama antar negara untuk kemakmuran bersama.
"Tidak boleh semua yang dikerjakan itu kan inisiatif dari Belt dan Road Initiative (BRI) tetapi juga inisiatif kita yang juga secara bersama-sama, bekerja bersama sistem itu, tetapi tidak total sistem itu yang kita pakai," Kata Kalla melalui keterangan tertulis di Hotel Kepinski, Beijing, Tiongkok, Sabtu, 27 April 2019.
Baca juga: Belt and Road tak Tambah Utang Pemerintah
Untuk itu, masalah kepemilikan (ownership), dan inklusivitas menjadi penting dalam kerjasama ini. Agar manfaat BRI dapat dinikmati oleh semua negara.
Sementara itu Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi, yang mendampingi Kalla di Tiongkok, menyebut saat ini pemerintah tengah membangun konektifitas dengan negara lain. Konektifitas ini difokuskan demi kemajuan perekonomian.
Baca juga: Proyek Belt and Road Initiatives Dipastikan Gunakan Skema B-to-B
"Itu merupakan suatu keharusan. Konektivity dalam konteks belt and road initiative itu juga antar negara. Jadi bagaimana kita bisa memperdekat jarak antara negara-negara itu demi kemakmuran," Jelas Retno.
Retno mengatakan proyek BRI juga dipastikan dapat dinikmati masyarakat secara luas. Dia menargetkan kemajuan ekonomi di Indonesia akan lebih pesat.
“Sehingga kita juga masuk kepada bagaimana mempersempit gap pembangunan atau gap masyarakat yang merasakan pembangunan. Yang pak JK sudah menyampaikan yang bahkan di Tiongkok yang mengalami kemajuan ekonomi double digit sejak 20 tahun juga mengalami," ujarnya.
Proyek Belt and Road Initiative digagas oleh Tiongkok untuk membuka konektivitas perdagangan antarnegara di Eropa serta Asia melalui jalur maritim. Konferensi BRI yang dihadiri Jusuf Kalla ini, juga dihadiri oleh 37 kepala negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(BOW)