Jakarta: Presiden yang baru dilantik pada 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto dalam pidato pelantikannya, menegaskan komitmen untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa anti penindasan dan anti apartheid sambil mengungkit sejarah kolonialisme Belanda.
Gambar: Presiden Prabowo Subianto, 20 Oktober 2024. (Youtube)
"Banyak papan-papan, disebut 'honden en inlander verboden (Priboemi dan Anjing Di Larang Masoek!)" ucap Prabowo di Gedung Nusantara, Jakarta, 20 Oktober 2024.
Namun, keberadaan papan ini dalam sejarah selalu menjadi tanda tanya, apakah ada atau tidak? Berikut uraiannya.
Keberadaan Papan Honden en Inlander Verboden
Gambar: Verboden Voor Honden en Inlander di Studio Alam Gamplong. (Youtube/Maju Mapan)
Jika sobat sekalian mencari gambar papan ini di google, sobat akan menemukan gambar papan yang kemungkinan berasal dari Studio Alam Gamplang, keberadaan papan dengan tulisan ini dari zaman kolonial ada kemungkinan tidak ada di museum atau lokasi manapun saat ini.
Keberadaan papan ini berasal dari kesaksian-kesaksian beberapa orang, pertama dari Direktur LBH Jakarta Alghiffari Aqsa pada 23 September 2015 yang mengatakan pengacara terkenal Adnan Buyung pernah menemui papan ini di tahun 1950-an di gedung Societet de Harmonie (Sekarang Sekretariat Negara RI).
"Saat itu ia melihat plang besar bertuliskan 'Verboden voor Honden en Inlanders' yang artinya 'Dilarang masuk untuk anjing dan orang pribumi' yang menyamakan orang Indonesia dengan." ujar Alghif.
Yang kedua adalah kesaksian dari Presiden Prabowo tahun 2022 dalam buku "Kepemimpian Militer". Dia menulis bahwa dia menemui papan ini pada tahun 1978 di kolam renang Manggarai Jakarta Selatan.
Namun, keberadaan papan itu diluar kesaksian kedua orang tersebut dipertanyakan. Konon, Olivier Johannes penulis buku "Pekerdja di Djawa Tempo Doelo" dan ahli sejarah masa kolonialisme Belanda pernah membantah keberadaan papan tersebut dan menyebutnya "propaganda".
Sumber: Quora
Alasan penulis menyebut "konon" disini karena penulis tidak bisa menemukan komen tersebut di Facebook dan hanya bisa menemukan tangkapan layar pengguna quora pada 3 Maret.
Meskipun begitu, memang benar terdapat ejaan yang kurang akurat disini. Dalam bahasa Belanda Honden merupakan bentuk bahasa jamak yang artinya "anjing-anjing". Namun, Inlander merupakan kata singular yang artinya pribumi semata, seharusnya keduanya dalam bentuk jamak atau singular.
Namun, ini juga bisa jadi hanya typo semata, sama halnya dengan "Di Larang" disini yang seharusnya "Dilarang".
Beberapa pihak telah mencari bukti keberadaan plakat ini, salah satunya adalah penulis Mooibandoeng, yang mencari di kota Bandung atas keberadaan plakat ini dan tidak menemukan apapun.
Yang bisa ditemukan adalah plakat historis bertuliskan "Verboden Toegang".
Gambar: Artefak Plakat Kolonial Bertuliskan "Verboden Toegang". (Mooibandoeng)
Kesamaan Fenemona di Beberapa Negara
Fenomena plakat "Dilarang anjing atau (atau orang lokal)" bisa ditemukan di beberapa negara pos-kolonial seperti India dan Tiongkok.
Gambar: Dilarang Anjing atau Orang India. (Indian Summers)
Foto diatas bersebaran di Internet yang menunjukkan bukti kejam kolonialisme Inggris terhadap orang-orang India. Namun setelah penelusuran lebih lanjut, plakat ini ternyata berasal dari TV series Indian Indian Summers tahun 2015.
Sama halnya dengan Tiongkok yang jika mungkin asal dari motif plakat ini. Dalam film Bruce Lee "Fist of Fury" Tahun 1972. Dalam film tersebut, pemeran utama yang dimainkan Bruce Lee melihat papan tersebut dan menghancurkan sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme.
Gambar: DIlarang Anjing dan Orang-orang Cina Masuk. (Fist of Fury)
Konon, plakat tersebut berdasarkan plakat nyata pada masa Tiongkok dijajah oleh negara-negara barat di Taman Hungapu, Shanghai. Namun, dari penelusuran lebih lanjut, aslinya taman tersebut memiliki 10 larangan.
Gambar: Larangan di Taman Huangpu, 1917. (Domain Publik)
Di larangan pertama ditulis "Taman ini khusus untuk komunitas orang-orang luar" dan di keempat ditulis "Anjing dan sepeda dilarang masuk". Peraturan-peraturan bisa jadi yang menginspirasi plakat di Fist of Fury yang disederhanakan.
Kesimpulannya, apa larangan tersebut nyata di Indonesia? Penulis jujur tidak tahu.
Baca Juga:
Tak Bahas IKN, Prabowo Justru Singgung 'Pengusaha Nakal' di Pidato Perdana
Jakarta: Presiden yang baru dilantik pada 20 Oktober 2024,
Prabowo Subianto dalam pidato pelantikannya, menegaskan komitmen untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa anti penindasan dan anti apartheid sambil mengungkit sejarah kolonialisme Belanda.
Gambar: Presiden Prabowo Subianto, 20 Oktober 2024. (Youtube)
"Banyak papan-papan, disebut '
honden en inlander verboden (Priboemi dan Anjing Di Larang Masoek!)" ucap Prabowo di Gedung Nusantara, Jakarta, 20 Oktober 2024.
Namun, keberadaan papan ini dalam sejarah selalu menjadi tanda tanya, apakah ada atau tidak? Berikut uraiannya.
Keberadaan Papan Honden en Inlander Verboden
Gambar: Verboden Voor Honden en Inlander di Studio Alam Gamplong. (Youtube/Maju Mapan)
Jika sobat sekalian mencari gambar papan ini di google, sobat akan menemukan gambar papan yang kemungkinan berasal dari Studio Alam Gamplang, keberadaan papan dengan tulisan ini dari zaman kolonial ada kemungkinan tidak ada di museum atau lokasi manapun saat ini.
Keberadaan papan ini berasal dari kesaksian-kesaksian beberapa orang, pertama dari Direktur LBH Jakarta Alghiffari Aqsa pada 23 September 2015 yang mengatakan pengacara terkenal Adnan Buyung pernah menemui papan ini di tahun 1950-an di gedung Societet de Harmonie (Sekarang Sekretariat Negara RI).
"Saat itu ia melihat plang besar bertuliskan '
Verboden voor Honden en Inlanders' yang artinya 'Dilarang masuk untuk anjing dan orang pribumi' yang menyamakan orang Indonesia dengan." ujar Alghif.
Yang kedua adalah kesaksian dari Presiden Prabowo tahun 2022 dalam buku "
Kepemimpian Militer". Dia menulis bahwa dia menemui papan ini pada tahun 1978 di kolam renang Manggarai Jakarta Selatan.
Namun, keberadaan papan itu diluar kesaksian kedua orang tersebut dipertanyakan. Konon, Olivier Johannes penulis buku "
Pekerdja di Djawa Tempo Doelo" dan ahli sejarah masa kolonialisme Belanda pernah membantah keberadaan papan tersebut dan menyebutnya "propaganda".
Sumber: Quora
Alasan penulis menyebut "konon" disini karena penulis tidak bisa menemukan komen tersebut di Facebook dan hanya bisa menemukan tangkapan layar pengguna quora pada 3 Maret.
Meskipun begitu, memang benar terdapat ejaan yang kurang akurat disini. Dalam bahasa Belanda Honden merupakan bentuk bahasa jamak yang artinya "anjing-anjing". Namun, Inlander merupakan kata singular yang artinya pribumi semata, seharusnya keduanya dalam bentuk jamak atau singular.
Namun, ini juga bisa jadi hanya typo semata, sama halnya dengan "Di Larang" disini yang seharusnya "Dilarang".
Beberapa pihak telah mencari bukti keberadaan plakat ini, salah satunya adalah penulis Mooibandoeng, yang mencari di kota Bandung atas keberadaan plakat ini dan tidak menemukan apapun.
Yang bisa ditemukan adalah plakat historis bertuliskan "Verboden Toegang".
Gambar: Artefak Plakat Kolonial Bertuliskan "Verboden Toegang". (Mooibandoeng)
Kesamaan Fenemona di Beberapa Negara
Fenomena plakat "Dilarang anjing atau (atau orang lokal)" bisa ditemukan di beberapa negara pos-kolonial seperti India dan Tiongkok.
Gambar: Dilarang Anjing atau Orang India. (Indian Summers)
Foto diatas bersebaran di Internet yang menunjukkan bukti kejam kolonialisme Inggris terhadap orang-orang India. Namun setelah penelusuran lebih lanjut, plakat ini ternyata berasal dari TV series Indian Indian Summers tahun 2015.
Sama halnya dengan Tiongkok yang jika mungkin asal dari motif plakat ini. Dalam film Bruce Lee "
Fist of Fury" Tahun 1972. Dalam film tersebut, pemeran utama yang dimainkan Bruce Lee melihat papan tersebut dan menghancurkan sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme.
Gambar: DIlarang Anjing dan Orang-orang Cina Masuk. (Fist of Fury)
Konon, plakat tersebut berdasarkan plakat nyata pada masa Tiongkok dijajah oleh negara-negara barat di Taman Hungapu, Shanghai. Namun, dari penelusuran lebih lanjut, aslinya taman tersebut memiliki 10 larangan.
Gambar: Larangan di Taman Huangpu, 1917. (Domain Publik)
Di larangan pertama ditulis "Taman ini khusus untuk komunitas orang-orang luar" dan di keempat ditulis "Anjing dan sepeda dilarang masuk". Peraturan-peraturan bisa jadi yang menginspirasi plakat di Fist of Fury yang disederhanakan.
Kesimpulannya, apa larangan tersebut nyata di Indonesia? Penulis jujur tidak tahu.
Baca Juga:
Tak Bahas IKN, Prabowo Justru Singgung 'Pengusaha Nakal' di Pidato Perdana Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(SUR)