Buku. Ilustrasi: Medcom.id/Mohammad Rizal.
Buku. Ilustrasi: Medcom.id/Mohammad Rizal.

Memotret Batin Indonesia Lewat Puisi Esai

Achmad Zulfikar Fazli • 05 Agustus 2018 14:33
Jakarta: Ratusan penyair dan aktivis memotret batin isu sosial di seluruh Indonesia lewat 34 buku puisi esai. Puisi itu dapat dibaca di Facebook Perpustakaan Puisi Esai.
 
Penggagas gerakan nasional puisi esai, Denny JA, menyebarkan meme di media sosial. Dia menyuarakan tagline: Dan Penyair Pun Membuat Sejarah.
 
"Ini bukan sekedar membuat buku puisi, tapi menjadi gerakan budaya dilihat dari banya sisi," kata Denny, Minggu, 5 Agustus 2018.

Melalui puisi, masyarakat akan memahami aneka isu sosial dan kearifan lokal di setiap provinsi. Misalnya, gambar suasana batin dinamika individu yang pro NKRI dan pro Aceh Merdeka di Aceh. Adapula, kisah seorang ayah yang membawa anaknya berobat ke klinik kesehatan terdekat, tapi harus berjalan kaki berhari- hari di Papua.
 
Ada juga kisah di Yogyakarta mengenai konflik keluarga akibat kemungkinan pewaris tahta kerajaan seorang wanita. Di Jawa Tengah, terdapat kisah penduduk yang cemas karena tersingkir industri. 
 
"Semua kisah adalah kisah nyata, dengan catatan kaki yang merujuk sumber informasi. Namun, aneka kisah itu difiksikan agar lebih menyentuh. Dengan membaca 34 buku, kita menyadari betapa kayanya kearifan lokal bumi nusantara," ucap dia.
 
Menurut dia, siapa pun bisa masuk ke batinnya melalui puisi esai. Syaratnya, mereka harus mengenal budaya Indonesia dari aneka buku ilmiah. 
 
Dari sisi puisi, semua menuliskan dalam bentuk puisi esai. Sebanyak lebih dari 170 puisi esai dalam 34 buku adalah puisi panjang yang berbabak. 
 
Ada catatan kaki yang melampirkan fakta dan data menunjang kisah fiksi. Pembaca pun tak hanya mendapatkan drama, tapi juga informasi tentang sejarah atau isu sosial.
 
Puisi esai diklaim sebagai genre baru puisi. Genre itu itu diwujudkan dalam ratusan puisi dan puluhan buku.
 
Dari sisi program, lanjut Denny, ini murni gerakan masyarakat. Tak ada sepersen dana dari pemerintah atau lembaga asing atau pabrik rokok. 
 
Ia mengeklaim gerakan ini sepenuhnya dibiayai oleh kalangan komunitas puisi esai sendiri. Menurut dia, gerakan ini menunjukkan komunitas puisi mandiri tanpa harus membebani APBN atau APBD.
 
Baca: Festival Sastra di Makassar Bahas Voice/Noise Politik
 
"Di era media sosial, saya mencari cara paling mudah agar seluasnya publik bisa mengakses, membaca bahkan mengunduh 34 buku puisi esai. Cara paling jitu dan ngetren, 34 buku itu bisa diakses di Facebook Perpustakan Puisi Esai. Data menunjukkan sebanyak 100-150 juta populasi Indonesia punya akun Facebook," jelas dia.
 
Denny dan komunitas puisi esai akan memilih 34 puisi esai untuk dibuatkan film pendek bekerja sama dengan TV nasional. Puisi esai akan mengawali betapa puisi dapat menjadi basis untuk divisualkan dalam film.
 
Ia juga berharap puisi esai bisa masuk ke sekolah karena banyak ruang dalam puisi esai untuk diiisi oleh kisah moral. Menurut dia, saatnya karakter siswa ikut dibentuk melalui sastra. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan