Jakarta: Mutasi virus covid-19 disebut hal alamiah. Namun, protokol kesehatan untuk pencegahan penularan virus tak berubah.
“Jangan ribut dan geger soal mutasi. Sejatinya mutasi virus bukan sesuatu yang luar biasa,” kata Dosen Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Sugeng Ibrahim, dalam diskusi virtual, Sabtu, 22 Mei 2021.
Sugeng mengatakan ada sejumlah mutasi yang ditemukan di Indonesia. Yakni, varian B117 dari Inggris, varian B1351 dari Afrika Selatan, dan varian P1 dari Brasil.
Baca: Mutasi Covid-19 Tak Akan Terjadi Jika Penyebaran Bisa Ditekan
Sugeng menyitat sejumlah laporan ihwal dampak mutasi covid-19. Dia mencontohkan varian dari Afrika Selatan dan Brasil disebut hanya berdampak pada tingkat infeksi.
“Yang sebelumnya tujuh hari baru menunjukkan tanda (gejala), jadi tiga hari,” papar dia.
Meski begitu, tingkat fatalitas tidak berubah dibanding virus aslinya. Namun, bukan berarti masyarakat boleh mengendurkan protokol kesehatan.
Sugeng menyebut lapisan paling awal yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Kemudian tahap berikutnya memasifkan testing, tracing, dan treatment (3T).
“Terakhir, divaksin dengan Sinovac, AstraZeneca, dan lainnya supaya target 80 persen orang divaksin tercapai,” tutur Sugeng.
Jakarta:
Mutasi virus covid-19 disebut hal alamiah. Namun, protokol kesehatan untuk pencegahan penularan virus tak berubah.
“Jangan ribut dan geger soal mutasi. Sejatinya mutasi virus bukan sesuatu yang luar biasa,” kata Dosen Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Sugeng Ibrahim, dalam diskusi virtual, Sabtu, 22 Mei 2021.
Sugeng mengatakan ada sejumlah mutasi yang ditemukan di Indonesia. Yakni, varian B117 dari Inggris, varian B1351 dari Afrika Selatan, dan varian P1 dari Brasil.
Baca:
Mutasi Covid-19 Tak Akan Terjadi Jika Penyebaran Bisa Ditekan
Sugeng menyitat sejumlah laporan ihwal dampak mutasi
covid-19. Dia mencontohkan varian dari Afrika Selatan dan Brasil disebut hanya berdampak pada tingkat infeksi.
“Yang sebelumnya tujuh hari baru menunjukkan tanda (gejala), jadi tiga hari,” papar dia.
Meski begitu, tingkat fatalitas tidak berubah dibanding virus aslinya. Namun, bukan berarti masyarakat boleh mengendurkan protokol kesehatan.
Sugeng menyebut lapisan paling awal yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Kemudian tahap berikutnya memasifkan testing, tracing, dan treatment (3T).
“Terakhir, divaksin dengan Sinovac, AstraZeneca, dan lainnya supaya target 80 persen orang divaksin tercapai,” tutur Sugeng.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)