Ilustrasi perjuangan di Hari Pahlawan. Medcom.id
Ilustrasi perjuangan di Hari Pahlawan. Medcom.id

Bung Tomo, Sang Orator Berbakat Sejak Kecil

Theofilus Ifan Sucipto • 08 November 2020 10:29
Jakarta: Kemampuan berorasi Sutomo atau yang lebih dikenal dengan Bung Tomo sudah terlihat sejak anak-anak. Bakat itu menjadi modal perjuangan Bung Tomo dan mampu menyihir pendengarnya untuk menjadi pejuang.
 
“Bakat Bung Tomo sebagai orator andal sebenarnya memang sudah terlihat sejak kecil,” tulis pemerhati sejarah, Abdul Waid, dalam bukunya berjudul Bung Tomo: Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November, seperti dikutip Medcom.id, Minggu, 8 November 2020.
 
Abdul menyebut gaya bicara Bung Tomo berbeda dengan anak-anak sebayanya. Bung Tomo kerap berbicara dengan nada keras dan bisa didengar lawan bicaranya.

Kata-kata Bung Tomo jelas dan terarah, tepat sasaran, serta sesuai topik pembicaraan. Wawasan pria kelahiran Blauran, Surabaya, 3 Oktober 1920, itu luas sehingga siapa pun yang mengobrol dengan Bung Tomo akan senang.
 
“Dengan kata lain, sejak kecil ia memang terbiasa berbicara tegas dan serius,” ujar Abdul.
 
Baca: Magis Pidato Bung Tomo Bakar Semangat Surabaya
 
Abdul menilai bakat Bung Tomo unik. Kedua orang tuanya, Kartawan Tjiptowidjojo dan Subastita, tak punya riwayat sebagai orator. Bahkan kakek Bung Tomo bukan seorang pembicara ulung atau penceramah.
 
Abdul menduga naluri sebagai orator penerima lima tanda jasa itu lahir dari interaksi dengan lingkungannya. Interaksi sosial yang sering dilakukan memunculkan sikap kritis dan nalar Bung Tomo.
 
“Bung Tomo tidak pernah demam panggung dan pidatonya selalu membuat orang tercengang,” papar dia.
 
Kemampuannya berbicara menjadi modal penting untuk melawan tentara Inggris di Surabaya. Padahal, para pejuang biasanya mengandalkan bambu runcing untuk melawan musuh. Namun, orasi Bung Tomo sukses membuat rakyat Surabaya tak gentar.
 
“Pejuang pembela kemerdekaan Indonesia seakan terhipnotis menjadi pejuang tangguh dan tidak gentar menghadapi pasukan penjajah dengan peralatan perang yang serba canggih,” tutur Abdul.
 
 

Berikut isi pidato Bung Tomo sebelum melawan tentara Inggris pada 10 November 1945:
 
Bismillahirrahmanirrahim.
Merdeka!
 
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya.
Kita semuanya telah mengetahui.
Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.
Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan,
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.
Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
 
Saudara-saudara.
Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya.
Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku,
Pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan,
Pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera,
Pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing.
Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.
Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.
Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.
 
Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara.
 
Dengan mendatangkan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini.
 
Maka kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran.
 
Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri.
 
Dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.
 
Saudara-saudara kita semuanya, kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini.
 
Akan menerima tantangan tentara Inggris itu.
 
Dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya.
 
Ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia.
 
Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
 
Dengarkanlah ini tentara Inggris.
 
Ini jawaban kita. Ini jawaban Rakyat Surabaya.
 
Hai tentara Inggris!
Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu.
Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu.
Kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu
Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita.
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
Yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga Saudara-saudara rakyat Surabaya siaplah keadaan genting!
Tetapi saya peringatkan sekali lagi.
Jangan mulai menembak,
Baru kalau kita ditembak,
Maka kita akan ganti menyerang mereka itu. Kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.
 
Dan untuk kita saudara-saudara.
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
 
Dan kita yakin saudara-saudara.
Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah saudara-saudara.
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
 
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Merdeka!

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan