Jakarta: Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafly Amar menyebtu teroris saat ini menyasar kaum milenial. Sebab, mendoktrinkan radikalime tidak perlu bertemu langsung, cukup melalui media sosial (medsos).
"Iya menyasar (kaum) milenial. Hari ini yang terjadi itu adalah proses regenerasi sel-sel baru dikarenakan milenial," kata Boy dalam program NewsMaker Medcom.id bertajuk 'Waspadai Kelompok Radikal Intoleran Milenial', Sabtu, 3 April 2021.
Menurut Boy, para senior pelaku teror itu sadar pemanfaatan teknologi informasi efektif dalam proses radikalisasi. Pelaku teror hanya perlu mencari orang-orang yang mau melakukan misi jihad untuk mati syahid.
"Tentu ini adalah pemahaman keliru dalam memperoleh predikat mati syahid itu. Ini lah yang harus kita waspadai, jangan sampai propaganda kepada anak-anak muda, kemudian dipahami itu sebagai sebuah kebenaran jalan terbaik dalam hidup ini," ujar jenderal bintang tiga itu.
Baca: Indonesia Disebut Jadi Lokasi Wajib untuk Jihad Teroris
Boy menyebut dalam kejahatan terorisme perempuan dikategorikan sebagai korban. Sebab, laki-laki lah biang dari kegiatan teror tersebut.
Contohnya kasus bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Boy memandang aksi itu dikomandoi sang suami dan mengajak istrinya.
Begitu juga aksi serangan perempuan Zakiah Aini di Bareskrim Mabes Polri. Boy meyakini Zakiah tidak bergerak sendiri, meski disebut lone wolf atau beraksi seorang diri.
"Itu bisa jadi ada mentor juga di dalam sosialnya. Proses teradikalisasinya dia adalah proses komunikasi. Komunikasi tidak harus face to face, tapi komunikasi melalui medsos itu menjadi sarana efektif," kata Boy.
Jakarta: Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafly Amar menyebtu
teroris saat ini menyasar kaum milenial. Sebab, mendoktrinkan radikalime tidak perlu bertemu langsung, cukup melalui media sosial (medsos).
"Iya menyasar (kaum) milenial. Hari ini yang terjadi itu adalah proses regenerasi sel-sel baru dikarenakan milenial," kata Boy dalam program
NewsMaker Medcom.id bertajuk 'Waspadai Kelompok Radikal Intoleran Milenial', Sabtu, 3 April 2021.
Menurut Boy, para senior pelaku teror itu sadar pemanfaatan teknologi informasi efektif dalam proses radikalisasi. Pelaku teror hanya perlu mencari orang-orang yang mau melakukan misi jihad untuk mati syahid.
"Tentu ini adalah pemahaman keliru dalam memperoleh predikat mati syahid itu. Ini lah yang harus kita waspadai, jangan sampai propaganda kepada anak-anak muda, kemudian dipahami itu sebagai sebuah kebenaran jalan terbaik dalam hidup ini," ujar jenderal bintang tiga itu.
Baca:
Indonesia Disebut Jadi Lokasi Wajib untuk Jihad Teroris
Boy menyebut dalam kejahatan terorisme perempuan dikategorikan sebagai korban. Sebab, laki-laki lah biang dari kegiatan teror tersebut.
Contohnya kasus bom bunuh diri di
Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Boy memandang aksi itu dikomandoi sang suami dan mengajak istrinya.
Begitu juga aksi serangan perempuan Zakiah Aini di
Bareskrim Mabes Polri. Boy meyakini Zakiah tidak bergerak sendiri, meski disebut lone wolf atau beraksi seorang diri.
"Itu bisa jadi ada mentor juga di dalam sosialnya. Proses teradikalisasinya dia adalah proses komunikasi. Komunikasi tidak harus face to face, tapi komunikasi melalui medsos itu menjadi sarana efektif," kata Boy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)