Jakarta: Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said meluncurkan buku berjudul Bergerak dengan Kewajaran. Dalam bukunya, Sudirman mengontekstualkan konsep kewajaran dengan kepatutan dan kepantasan yang dinilainya mulai sering ditinggalkan, termasuk dalam ranah hukum.
"Kenyataannya, betapa banyak aturan-aturan bahkan konstitusi pun diubah untuk kepentingan diri dan keluarga. Jadi ini satu pesan kepada publik, para penyelenggara negara, bahwa pada akhirnya standar kepatutan itu yang diperlukan untuk menjaga bangsa ini makin maju, makmur, makin adil," ujar Sudirman dalam peluncuran bukunya di Teater Salihara, Jakarta, Kamis, 30 November 2023.
Co-Captain Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) itu berpendapat memaknai konsep kewajaran harus kembali pada standar etik. Sebab, etika merupakan standar tertinggi, khususnya dalam urusan kepemimpinan.
Menurutnya, bersikap legalistik saja tidak cukup bagi seorang pemimpin. Sebab, aturan hukum pada kenyataannya dapat diubah-ubah. Melihat kondisi politik saat ini, Sudirman mengatakan perlu kerja keras untuk menjaga kewajaran.
Peluncuran buku setebal 409 halaman itu ditanggapi oleh peneliti senior bidang politik pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) R Siti Zuhro, tokoh pemberantasan korupsi Erry Riyana Hardjapamekas, dan alumnus program Institut Harkat Negeri Siti Hardianti Darma Pertiwi.
Siti Zuhro menilai cara berpikir Sudirman dalam buku tersebut menunjukkan pengalaman empiris yang luar biasa. Menurutnya, salah satu intisari dari pemikiran Sudirman adalah humanis, yakni membangun Indonesia secara bersama-sama.
Sudirman juga berupaya meredam politisasi identitas di Indonesia yang menyebabkan masyarakat terpolarisasi. Bagi Siti, upaya tersebut relevan dengan konsep ke-Indonesiaan.
"Indonesia harus dibangun secara bersama karena jauh sebelum Indonesia ada, karakter bangsa Indonesia adalah majemuk," ucap Siti.
Jakarta: Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said
meluncurkan buku berjudul Bergerak dengan Kewajaran. Dalam bukunya, Sudirman mengontekstualkan konsep kewajaran dengan kepatutan dan kepantasan yang dinilainya mulai sering ditinggalkan, termasuk dalam ranah hukum.
"Kenyataannya, betapa banyak aturan-aturan bahkan konstitusi pun diubah untuk kepentingan diri dan keluarga. Jadi ini satu pesan kepada publik, para penyelenggara negara, bahwa pada akhirnya standar kepatutan itu yang diperlukan untuk menjaga bangsa ini makin maju, makmur, makin adil," ujar Sudirman dalam peluncuran bukunya di Teater Salihara, Jakarta, Kamis, 30 November 2023.
Co-Captain Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (
Timnas AMIN) itu berpendapat memaknai konsep kewajaran harus kembali pada standar etik. Sebab, etika merupakan standar tertinggi, khususnya dalam urusan kepemimpinan.
Menurutnya, bersikap legalistik saja tidak cukup bagi seorang pemimpin. Sebab, aturan hukum pada kenyataannya dapat diubah-ubah. Melihat kondisi politik saat ini, Sudirman mengatakan perlu kerja keras untuk menjaga kewajaran.
Peluncuran buku setebal 409 halaman itu ditanggapi oleh peneliti senior bidang politik pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) R Siti Zuhro, tokoh pemberantasan korupsi Erry Riyana Hardjapamekas, dan alumnus program Institut Harkat Negeri Siti Hardianti Darma Pertiwi.
Siti Zuhro menilai cara berpikir Sudirman dalam buku tersebut menunjukkan pengalaman empiris yang luar biasa. Menurutnya, salah satu intisari dari pemikiran Sudirman adalah humanis, yakni membangun Indonesia secara bersama-sama.
Sudirman juga berupaya meredam politisasi identitas di Indonesia yang menyebabkan masyarakat terpolarisasi. Bagi Siti, upaya tersebut relevan dengan konsep ke-Indonesiaan.
"Indonesia harus dibangun secara bersama karena jauh sebelum Indonesia ada, karakter bangsa Indonesia adalah majemuk," ucap Siti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)