medcom.id, Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menilai program deradikalisasi sejatinya sulit untuk disimpulkan berhasil atau tidak. Sebab, program itu bersifat simultan dan berkesinambungan.
Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris menyatakan, kalaupun ada yang menyimpulkan deradikalisasi gagal, dia meyakini orang tersebut tidak sepenuhnya mengerti soal program deradikalisasi.
"Dia tidak lihat tahapan, dia tidak lihat siapa yang terlibat, dia tidak lihat substansi daripada ideologi radikal itu," jelas Irfan kepada Metrotvnews.com, Kamis 2 Maret 2017.
Dalam proses deradikalisasi, kata Irfan, tidak bisa dilakukan dengan paksaan. Sebab, itu berkaitan dengan ideologi seseorang.
"Ideologi tidak bisa dilawan dengan kekerasan, itu merupakan proses simultan," ungkap Irfan.
Namun, Irfan mengaku, tetap menerima segala kritik yang masuk. Setidaknya itu bisa jadi bahan evaluasi terhadap program yang baru mulai digagas sejak 2014. Buat BNPT, kata Irfan, kritik yang masuk justru jadi tantangan yang harus dipecahkan.
"Istilahnya kalau satu sendok gula kurang terasa, tambah satu sendok lagi biar gulanya terasa," ucap Irfan.
Baca: Deradikalisasi Dinilai Gagal
Dia memastikan, program deradikalisasi jalan terus. Program itu sudah dilakukan di dalam maupun luar lembaga pemasyarakatan.
Banyak kritik menghampiri kepolisian juga BNPT usai insiden teror di Cicendo, Bandung. Mengingat, pelaku teror, yakni Yayat Cahdiyat, diketahui bekas narapidana teroris.
Pemilik nama alias Abu Salam itu disebut merupakan lulusan program deradikalisasi. Yayat tewas saat penyergapan di Kantor Kelurahan Arjuna, Cicendo.
Publik bertanya-tanya lagi soal efektivitas program yang dijalankan BNPT itu. Ada yang menyebut deradikalisasi gagal dalam kasus itu.
medcom.id, Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menilai program deradikalisasi sejatinya sulit untuk disimpulkan berhasil atau tidak. Sebab, program itu bersifat simultan dan berkesinambungan.
Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris menyatakan, kalaupun ada yang menyimpulkan deradikalisasi gagal, dia meyakini orang tersebut tidak sepenuhnya mengerti soal program deradikalisasi.
"Dia tidak lihat tahapan, dia tidak lihat siapa yang terlibat, dia tidak lihat substansi daripada ideologi radikal itu," jelas Irfan kepada
Metrotvnews.com, Kamis 2 Maret 2017.
Dalam proses deradikalisasi, kata Irfan, tidak bisa dilakukan dengan paksaan. Sebab, itu berkaitan dengan ideologi seseorang.
"Ideologi tidak bisa dilawan dengan kekerasan, itu merupakan proses simultan," ungkap Irfan.
Namun, Irfan mengaku, tetap menerima segala kritik yang masuk. Setidaknya itu bisa jadi
bahan evaluasi terhadap program yang baru mulai digagas sejak 2014. Buat BNPT, kata Irfan, kritik yang masuk justru jadi tantangan yang harus dipecahkan.
"Istilahnya kalau satu sendok gula kurang terasa, tambah satu sendok lagi biar gulanya terasa," ucap Irfan.
Baca:
Deradikalisasi Dinilai Gagal
Dia memastikan, program deradikalisasi jalan terus. Program itu sudah dilakukan di dalam maupun luar lembaga pemasyarakatan.
Banyak kritik menghampiri kepolisian juga BNPT usai insiden teror di Cicendo, Bandung. Mengingat, pelaku teror, yakni Yayat Cahdiyat, diketahui bekas narapidana teroris.
Pemilik nama alias Abu Salam itu disebut merupakan lulusan program deradikalisasi. Yayat tewas saat penyergapan di Kantor Kelurahan Arjuna, Cicendo.
Publik bertanya-tanya lagi soal efektivitas program yang dijalankan BNPT itu. Ada yang menyebut deradikalisasi gagal dalam kasus itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UWA)