Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bakal memasifkan testing, tracing, dan treatment (3T). Kementerian sudah mematok target dan strategi demi mencapainya.
“Dalam konteks testing kita inginkan 1 per 1.000 penduduk per minggu dan kecepatan keluar hasil kurang dari 24 jam sejak spesimen diterima,” kata Sekretaris Jenderal Kemenkes Oscar Primadi dalam Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk Alarm Bahaya Ledakan Gelombang Baru dan Antisipasinya secara virtual, Rabu, 9 Juni 2021.
Oscar menyebut Kemenkes meningkatkan akses, kapasitas, dan efisiensi laboratorium polymerase chain reaction (PCR). Kemudian menggunakan rapid diagnostic test antigen (RDT-Ag) untuk memeriksa kontak erat.
“Kemudian kita berharap mencapai 15 hingga 30 kontak erat per kasus konfirmasi dalam waktu kurang dari 72 jam,” ujar dia.
(Baca: 5 Jurus Mengendalikan Pandemi Covid-19 dari Kacamata Kedokteran)
Kemenkes bakal mengetes kontak erat dengan gejala maupun tanpa gejala. Kemudian melatih bintara pembina desa (Babinsa) dan bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Bhabinkamtibmas) untuk menjadi pelacak kontak erat.
“Pelatihan dilakukan oleh petugas puskesmas melalui on the job training (OJT),” papar Oscar.
Terakhir, Kemenkes menargetkan isolasi pasien tanpa gejala dan gejala ringan tidak di rumah sakit. Sehingga fasilitas isolasi di rumah sakit difokuskan bagi pasien dengan gejala sedang dan berat.
Oscar mengatakan Babinsa dan Bhabinkamtibmas terlibat meningkatkan kepatuhan dan pemantauan isolasi. Kemudian mendorong pemberdayaan masyarakat mendukung keberhasilan karantina dan isolasi.
“Lalu memberlakukan entry atau hari pertama karantina dan exit test di hari kelima karantina untuk mendeteksi kasus lebih cepat dan meningkatkan kepatuhan karantina,” tutur dia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bakal memasifkan
testing,
tracing, dan
treatment (3T). Kementerian sudah mematok target dan strategi demi mencapainya.
“Dalam konteks
testing kita inginkan 1 per 1.000 penduduk per minggu dan kecepatan keluar hasil kurang dari 24 jam sejak spesimen diterima,” kata Sekretaris Jenderal Kemenkes Oscar Primadi dalam Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk Alarm Bahaya Ledakan Gelombang Baru dan Antisipasinya secara virtual, Rabu, 9 Juni 2021.
Oscar menyebut Kemenkes meningkatkan akses, kapasitas, dan efisiensi laboratorium
polymerase chain reaction (PCR). Kemudian menggunakan
rapid diagnostic test antigen (RDT-Ag) untuk memeriksa kontak erat.
“Kemudian kita berharap mencapai 15 hingga 30 kontak erat per kasus konfirmasi dalam waktu kurang dari 72 jam,” ujar dia.
(Baca:
5 Jurus Mengendalikan Pandemi Covid-19 dari Kacamata Kedokteran)
Kemenkes bakal mengetes kontak erat dengan gejala maupun tanpa gejala. Kemudian melatih bintara pembina desa (Babinsa) dan bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Bhabinkamtibmas) untuk menjadi pelacak kontak erat.
“Pelatihan dilakukan oleh petugas puskesmas melalui
on the job training (OJT),” papar Oscar.
Terakhir, Kemenkes menargetkan isolasi pasien tanpa gejala dan gejala ringan tidak di rumah sakit. Sehingga fasilitas
isolasi di rumah sakit difokuskan bagi pasien dengan gejala sedang dan berat.
Oscar mengatakan Babinsa dan Bhabinkamtibmas terlibat meningkatkan kepatuhan dan pemantauan isolasi. Kemudian mendorong pemberdayaan masyarakat mendukung keberhasilan karantina dan isolasi.
“Lalu memberlakukan
entry atau hari pertama karantina dan
exit test di hari kelima karantina untuk mendeteksi kasus lebih cepat dan meningkatkan kepatuhan karantina,” tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)