Jakarta: Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan lima strategi mengendalikan pandemi covid-19. Strategi mencangkup komunikasi publik hingga keakuratan dan transparansi data.
“Yang pertama soal pencegahan,” kata Tjandra dalam Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk Alarm Bahaya Ledakan Gelombang Baru dan Antisipasinya secara virtual, Rabu, 9 Juni 2021.
Tjandra menyebut upaya pencegahan terdiri atas peraturan yang jelas dan implementasi yang baik di lapangan. Kemudian komunikasi publik yang baik sehingga masyarakat mudah memahami dan mengikuti peraturan.
Strategi kedua, memastikan kesiapan elemen-elemen di rumah sakit. Mulai jumlah tenaga kesehatan, ketersediaan ruang perawatan, alat dan obat, sistem rujukan, hingga rencana kontingensi.
“Saya ingin menggarisbawahi, selain rumah sakit, tidak kalah penting kesiapan pelayanan kesehatan primer,” papar Tjandra.
(Baca: Sudahlah, Jangan Ngeyel)
Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdiri atas pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan klinik di sekitar masyarakat. Kesiapan fasyankes melayani pasien covid-19 berperan penting dalam meringankan beban rumah sakit.
“Karena berhubungan langsung dengan masyarakat, kenal masyarakat di wilayahnya, dan bisa berkomunikasi setiap hari,” tutur dia.
Jurus keempat adalah ketersediaan data yang akurat. Tjandra menilai data yang akurat akan menghasilkan kebijakan yang tepat sasaran.
Dan strategi kelima adalah partisipasi masyarakat dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro. Tjandra mencontohkan upaya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengingatkan masyarakat di rumah sakit.
“Ada pasien covid-19 ditunggu keluarganya. Pak Gubernur mencoba memengaruhi masyarakat untuk jangan ditunggu (untuk menghindari kerumunan),” ujar Tjandra.
Jakarta: Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan lima strategi mengendalikan
pandemi covid-19. Strategi mencangkup komunikasi publik hingga keakuratan dan transparansi data.
“Yang pertama soal pencegahan,” kata Tjandra dalam Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk Alarm Bahaya Ledakan Gelombang Baru dan Antisipasinya secara virtual, Rabu, 9 Juni 2021.
Tjandra menyebut upaya pencegahan terdiri atas peraturan yang jelas dan implementasi yang baik di lapangan. Kemudian komunikasi publik yang baik sehingga masyarakat mudah memahami dan mengikuti peraturan.
Strategi kedua, memastikan kesiapan elemen-elemen di rumah sakit. Mulai jumlah tenaga kesehatan, ketersediaan ruang perawatan, alat dan obat, sistem rujukan, hingga rencana kontingensi.
“Saya ingin menggarisbawahi, selain rumah sakit, tidak kalah penting kesiapan pelayanan kesehatan primer,” papar Tjandra.
(Baca:
Sudahlah, Jangan Ngeyel)
Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdiri atas pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan klinik di sekitar masyarakat. Kesiapan fasyankes melayani pasien covid-19 berperan penting dalam meringankan beban rumah sakit.
“Karena berhubungan langsung dengan masyarakat, kenal masyarakat di wilayahnya, dan bisa berkomunikasi setiap hari,” tutur dia.
Jurus keempat adalah ketersediaan data yang akurat. Tjandra menilai data yang akurat akan menghasilkan kebijakan yang tepat sasaran.
Dan strategi kelima adalah partisipasi masyarakat dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (
PPKM) mikro. Tjandra mencontohkan upaya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengingatkan masyarakat di rumah sakit.
“Ada pasien covid-19 ditunggu keluarganya. Pak Gubernur mencoba memengaruhi masyarakat untuk jangan ditunggu (untuk menghindari kerumunan),” ujar Tjandra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)