Jakarta: Tren hiburan semakin menjadi-jadi, seperti deretan konser yang tak ada habisnya, liburan, hingga maraknya kegiatan berbelanja daring. Sobat Medcom perlu membatasi diri terhadap tren ini supaya tidak menyesal di kemudian hari.
Psikolog Pendidikan sekaligus dosen Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Adhissa Qonita, M.Psi., menyebut tidak ada salahnya memanjakan diri dengan menonton konser hingga berbelanja daring. Namun, ia menyarankan agar tidak FOMO (fear of missing out).
“Nggak harus FOMO. Konteksnya adalah bagaimana cara kita mengerem diri, secara umum kita bisa melihat ke diri kita sendiri sebelum kita menyimpulkan dan menyelesaikan sesuatu," kata Adhissa, dilansir dari Antara, Selasa, 8 Oktober 2024.
Adhissa pun membagikan beberapa kiat menahan diri supaya tidak kebablasan dalam mengikuti tren hiburan yang ada, hingga berakhir menyesal. Berikut ini cara membatasi diri dalam mengikuti tren hiburan:
Pikirkan Keuntungan dan Kerugian
Menurut Adhissa, seseorang perlu berpikir sejenak sambil melihat faktor kerugian dan keuntungan suatu kegiatan hiburan, sebelum melakukannya. Jika dirasa lebih banyak kerugiannya, sebaiknya hindari kegiatan tersebut.
“Tidak harus sehari (berpikir), sebenarnya cuma butuh beberapa menit saja dan kita bisa melihat pro's (pro) & con's (kontra) nya, take a time dulu," ujarnya.
Lihat Kondisi Keuangan
Sebelum membeli tiket konser, merencanakan liburan, maupun berbelanja daring, tak ada salahnya lihat dulu kondisi keuangan Sobat Medcom. Apabila anggaran tidak mencukupi, jangan memaksakan diri. Namun jika mencukupi, bisa pikirkan lagi apakah ada kebutuhan yang lebih penting dalam waktu dekat ini.
“Secara keuangan, memenuhi nggak kita (jika menggunakannya untuk kegiatan hiburan), kalau pun memenuhi apakah uangnya akan dipakai untuk kebutuhan lain atau tidak," jelasnya.
Tentukan Skala Prioritas
Adhissa menilai bahwa tidak semua orang bisa menentukan prioritas dengan mudah. Namun skala prioritas tetap harus diperhatikan sehingga Sobat Medcom tidak terjerumus dalam mengikuti tren hiburan secara berlebihan.
“Kembali lagi ke diri sendiri. Cek ulang apa baik dan buruknya (kegiatan hiburan tersebut), kita pasti akan berhenti melakukannya kalau ujung-ujungnya banyak buruknya,” tutur Adhissa.
Bedakan Kebutuhan dan Hanya FOMO
FOMO merupakan fenomena psikologis yang ditandai dengan ketakutan akan ketinggalan momen penting atau tren terkini. Hal ini sering kali dipicu oleh penggunaan media sosial berlebihan.
Sikap ini ditandai dengan keinginan besar seseorang untuk mengikuti suatu kegiatan karena banyak orang melakukannya. Padahal, kegiatan tersebut tidak benar-benar ia suka atau perlu lakukan. Setelah melakukan kegiatan itu, mereka biasanya merasa menyesal.
Contohnya, seseorang yang menonton konser hanya karena FOMO umumnya tidak bisa menikmati konser tersebut. Karena ia memaksakan diri berada di sana. Di saat yang sama, mereka telah mengeluarkan uang dan merelakan waktu luangnya.
Untuk itu dalam membatasi diri di tengah menggilanya tren hiburan, Sobat Medcom perlu memastikan bahwa kegiatan hiburan yang hendak dilakukan tidak didasari oleh rasa takut tertinggal tren yang ada, melainkan sebuah kebutuhan.
"Mengukur diri itu wajib, kita harus lihat dari dua sisi yang menguntungkan atau merugikan kita," kata Adhissa. "Kalau kita merasa hal itu masih menguntungkan, jangan-jangan itu bukan FOMO, tapi kebutuhan sifatnya.”
Jakarta: Tren hiburan semakin menjadi-jadi, seperti deretan
konser yang tak ada habisnya, liburan, hingga maraknya kegiatan
berbelanja daring. Sobat Medcom perlu membatasi diri terhadap tren ini supaya tidak menyesal di kemudian hari.
Psikolog Pendidikan sekaligus dosen Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Adhissa Qonita, M.Psi., menyebut tidak ada salahnya memanjakan diri dengan menonton konser hingga berbelanja daring. Namun, ia menyarankan agar tidak
FOMO (fear of missing out).
“Nggak harus FOMO. Konteksnya adalah bagaimana cara kita mengerem diri, secara umum kita bisa melihat ke diri kita sendiri sebelum kita menyimpulkan dan menyelesaikan sesuatu," kata Adhissa, dilansir dari
Antara, Selasa, 8 Oktober 2024.
Adhissa pun membagikan beberapa kiat menahan diri supaya tidak kebablasan dalam mengikuti tren hiburan yang ada, hingga berakhir menyesal. Berikut ini cara membatasi diri dalam mengikuti tren hiburan:
Pikirkan Keuntungan dan Kerugian
Menurut Adhissa, seseorang perlu berpikir sejenak sambil melihat faktor kerugian dan keuntungan suatu kegiatan hiburan, sebelum melakukannya. Jika dirasa lebih banyak kerugiannya, sebaiknya hindari kegiatan tersebut.
“Tidak harus sehari (berpikir), sebenarnya cuma butuh beberapa menit saja dan kita bisa melihat pro's (pro) & con's (kontra) nya, take a time dulu," ujarnya.
Lihat Kondisi Keuangan
Sebelum membeli tiket konser, merencanakan liburan, maupun berbelanja daring, tak ada salahnya lihat dulu kondisi keuangan Sobat Medcom. Apabila anggaran tidak mencukupi, jangan memaksakan diri. Namun jika mencukupi, bisa pikirkan lagi apakah ada kebutuhan yang lebih penting dalam waktu dekat ini.
“Secara keuangan, memenuhi nggak kita (jika menggunakannya untuk kegiatan hiburan), kalau pun memenuhi apakah uangnya akan dipakai untuk kebutuhan lain atau tidak," jelasnya.
Tentukan Skala Prioritas
Adhissa menilai bahwa tidak semua orang bisa menentukan prioritas dengan mudah. Namun skala prioritas tetap harus diperhatikan sehingga Sobat Medcom tidak terjerumus dalam mengikuti tren hiburan secara berlebihan.
“Kembali lagi ke diri sendiri. Cek ulang apa baik dan buruknya (kegiatan hiburan tersebut), kita pasti akan berhenti melakukannya kalau ujung-ujungnya banyak buruknya,” tutur Adhissa.
Bedakan Kebutuhan dan Hanya FOMO
FOMO merupakan fenomena psikologis yang ditandai dengan ketakutan akan ketinggalan momen penting atau tren terkini. Hal ini sering kali dipicu oleh penggunaan media sosial berlebihan.
Sikap ini ditandai dengan keinginan besar seseorang untuk mengikuti suatu kegiatan karena banyak orang melakukannya. Padahal, kegiatan tersebut tidak benar-benar ia suka atau perlu lakukan. Setelah melakukan kegiatan itu, mereka biasanya merasa menyesal.
Contohnya, seseorang yang menonton konser hanya karena FOMO umumnya tidak bisa menikmati konser tersebut. Karena ia memaksakan diri berada di sana. Di saat yang sama, mereka telah mengeluarkan uang dan merelakan waktu luangnya.
Untuk itu dalam membatasi diri di tengah menggilanya tren hiburan, Sobat Medcom perlu memastikan bahwa kegiatan hiburan yang hendak dilakukan tidak didasari oleh rasa takut tertinggal tren yang ada, melainkan sebuah kebutuhan.
"Mengukur diri itu wajib, kita harus lihat dari dua sisi yang menguntungkan atau merugikan kita," kata Adhissa. "Kalau kita merasa hal itu masih menguntungkan, jangan-jangan itu bukan FOMO, tapi kebutuhan sifatnya.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)