Tenaga medis di RSD Wisma Atlet. Medcom.id/Sri Yanti Nainggolan
Tenaga medis di RSD Wisma Atlet. Medcom.id/Sri Yanti Nainggolan

Nakes Melawan Pandemi Covid-19

Sri Yanti Nainggolan • 29 September 2020 04:26
Jakarta: Lebih dari enam bulan tenaga medis (nakes) menangani pasien virus korona (covid-19) di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet. Para nakes memiliki strategi masing-masing untuk mengantisipasi kewalahan.
 
"Kalau sudah lelah, di-off selama 1-2 minggu," kata Koordinator Dokter Spesialis Paru BNPB dan RSD Wisma Atlet Arief Riadi Arifin pada Medcom.id, Minggu, 27 September 2020.
 
Bekerja dalam tim yang berisikan sekitar lima orang juga membantu meringankan kewalahan. Arief menjelaskan sistem kerja dokter spesialis berbeda dengan perawat atau dokter umum.

Tim spesialis berperan sebagai penanggung jawab para pasien dan datang ke RSD Wisma Atlet 2-3 kali seminggu. Mereka melayani konsultasi, bukan berkunjung melihat kondisi pasien.
 
Saat tak berkunjung ke RSD Wisma Atlet, para dokter spesialis melayani pasien covid-19 di rumah sakit mereka bekerja. Arief sendiri melayani di RS Pertamina Jaya, Jakarta Pusat.
 
"PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia) mengimbau pada dokter di luar rumah sakit rujukan supaya menyediakan waktu di Wisma Atlet untuk melayani masyarakat," kata dia.
 
 

Menurut Arief, sebagai nakes penting menjaga stamina tubuh. Istirahat cukup dan makan makanan bergizi adalah kunci utama.
 
"Bahagiakan diri dan tahu batas diri," kata dia.
 
Baca: Semangat Nakes Melawan Ketakutan Melayani di RSD Wisma Atlet

Kejujuran pasien penting

Seiring berjalannya waktu, banyak nakes yang mulai tertular covid-19 bahkan hingga berguguran. Kemungkinan ada dua penyebab hal itu terjadi.
 
Pertama, sterilisasi APD yang tak maksimal setelah bertugas. Padahal, hal ini penting. RSD Wisma Atlet selalu melakukan sterilisasi APD setelah nakes selesai bertugas.
 
"Sebelum membuka APD, dilakukan disinfektan. Ini tak ada di rumah sakit," kata dia.
 
Kemudian, ketidakjujuran pasien juga menjadi faktor mengapa banyak nakes terpapar covid-19. Dia mencontohkan, ada pasien yang sudah menjadi suspek di RS satu namun tak memberitahukan informasi tersebut pada RS selanjutnya yang dikunjungi.
 
"Tolong jujur, jangan disembunyikan. Karena tak akan distigma," kata dia.
 
 

Arief hanya bisa berpesan agar para nakes lebih waspada dalam melindungi diri saat bertugas. "APD digunakan dan dilepaskan sesuai protokol. Jaga stamina, karena kalau kelelahan, bisa lupa cara pakai," ucap dia.
 
Arief mengimbau agar masyarakat tidak abai pada virus ini. Umumnya, kebanyakan orang baru menyadari virus ini nyata ketika ada kerabat atau orang terdekat yang terpapar.
 
"Sayangi diri dan keluarga. Karena sakit ini bukan cuma tentang diri sendiri, tapi juga orang lain," ucap dia.
 
Arief maklum jika masyarakat mulai jenuh. Namun, dia mengingatkan peperangan dengan penyakit ini ibarat lari maraton, bukan lari sprint.
 
"Butuh ketabahan dan menjaga stamina," kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan