Ilustrasi: Video mapping di monumen Arc de Triomphe di Paris, Prancis, 31 Desember 2016 (Foto:AFP/Lionel Bonaventure)
Ilustrasi: Video mapping di monumen Arc de Triomphe di Paris, Prancis, 31 Desember 2016 (Foto:AFP/Lionel Bonaventure)

Bingkai Seni di Teknologi

Pelangi Karismakristi • 22 Februari 2017 18:39
medcom.id, Jakarta: Pernahkah Anda menyaksikan video mapping? Pertunjukan ini biasanya diselenggarakan dalam sebuah gedung atau bangunan lainnya dengan memproyeksikan gambar bergerak yang memiliki rangkaian cerita.
 
Video mapping merupakan seni visual yang menggunakan teknik pencahayaan, pemetaan, dan proyeksi sehingga menciptakan ilusi optik. Adi Panuntun adalah sosok di balik layar yang menciptakan karya seni berbalut teknologi.
 
Untuk menciptakan sajian video mapping yang apik, ia tak bekerja sendirian. Adi melibatkan banyak orang dari berbagai disiplin ilmu, seperti desain, arsitektur, animasi, dan film.

Sebelum membuat video mapping, Adi bersama timnya duduk bersama guna membahas cerita menarik yang akan diangkat. Baru setelahnya, eksekusi di masing-masing divisi.
 
"Mereka harus percaya bahwa mendesain satu rancangan tampilan tak hanya sebatas pada layar datar. Tapi juga gedung yang konturnya memiliki pilar, lobi, dan jendela juga sangat mungkin kita proyeksikan. Animasi nanti akan dibuat 3D, kemudian mengikuti jendela atau pilar, yang kemudian membuat ilusi gedung berubah bentuk atau ada bagian yang hilang," papar Adi kepada Yovie Widianto, di Galeri Indonesia Kaya, West Mall Lantai 8, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, belum lama ini.
 
Pria yang pernah membuat video mapping di Gedung Sate, Kota Tua, dan Candi Prambanan itu pernah mendapatkan penghargaan juara pertama ajang video mapping internasional di Jepang pada 2013. Dia bersyukur karena karyanya mendapatkan apresiasi dari masyarakat Negeri Matahari.
 
"Kami ditantang untuk menembakkan (gambar) ke sebuah gedung SD. Kami bikin konten tentang anak-anak. Alhamdulillah, dapat tepuk tangan paling banyak dari anak SD di sana. Kami mengolaborasikan inspirasi Jepang dan nusantara. Jadi, walaupun tampil di internasional, jiwa ke-Indonesia-an lah yang membawa kita ke sana," ucap pria berkacamata ini.
 
Selain Adi, ada Galih Montana. Galih memanfaatkan keahlian sulapnya untuk dikemas dengan teknologi, atau disebut juga hi tech magic.
 
Galih mengaku terinspirasi dari seorang ilusionis Amerika Marco Tempes yang ahli menggunakan gadget dalam sulapnya. Lalu, Galih mengadopsinya.
 
"Aku pelajari dengan memanfaatkan teknologi. Kan, orang memang butuh sesuatu yang baru. Aku gabungkan keduanya (sulap dan teknologi), ditambah lagi aku pakai imajinasiku," tutur Galih.
 
Simak perbincangan Yovie Widianto bersama Adi Panuntun dan Galih Montana dalam program IDEnesia Metro TV, Kamis (23/2/2017), pukul 22.30 WIB. Jangan lupa, ikuti kuis IDEnesia dan Galeri Indonesia Kaya dengan mem-follow twitter @IDEnesiaTwit atau @IndonesiaKaya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan