PBNU: Moderasi Beragama Penting di Era Media Sosial
Medcom • 16 Oktober 2021 12:15
Jakarta: Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Marsudi Syuhud menegaskan sikap moderat sangat penting dalam membentuk ummatan wasathan atau umat Islam yang berada 'di tengah'. Dan sikap moderat itu juga menjadi penting di era digital yang bercirikan penggunaan media sosial (medsos) seperti saat ini.
Sebab, ujar Marsudi, jika tidak ada sikap moderat, maka jagad medsos akan dipenuhi oleh konten-konten berisi kebohongan atau hoaks, kebencian, dan hasutan. Dan semua hal itu sangat merusak ummatan wasathan.
Hal itu dikatakan Marsudi dalam Webinar Moya Institute bertajuk Umat Islam Indonesia: Ummatan Wasathan pada Jumat, 15 Oktober 2021. "Bahwa yang dituntut ketika era medsos ini adalah tawasutiyah atau moderat karena konten-konten omongan itu jangan sampai di-share ke jagad medsos apabila belum tahu kebenarannya," kata Marsudi.
Marsudi menegaskan, dalam menghadapi penyebaran konten yang merusak ummatan wasathan di medsos, masyarakat terutama umat Islam harus ditanamkan sikap untuk tidak menebarkan kabar bohong atau ujaran kebencian. Apalagi, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan aturan terkait hal tersebut yang tertuang dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Jadi, bila ada anggota atau kelompok masyarakat membagikan konten yang tidak sesuai fakta, maka jelas hal itu melanggar ajaran agama. "Kalau mau berdialog diskusi mengangkat suatu topik, maka harus berdasarkan data dan fakta. Kalau tidak, ya itu hanya hoaks. Hoaks itu bohong, dan bohong itu dilarang Tuhan," katanya.
Rektor Universitas Islam International Indonesia (UIII) Prof Komaruddin Hidayat menyatakan, sebelum menjadi nabi, Rasulullah SAW sudah memiliki kualitas kemanusiaan yang sempurna. Nabi Muhammad, ujar Komarudin, sudah diberi gelar Al-Amin yang artinya 'manusia yang bisa dipercaya'. Hal itu dikarenakan Nabi Muhammad sudah menunjukkan sikap yang wasathiyah atau moderat.
Baca: Politisasi Agama Barang Usang
Hal itu mirip dengan beberapa masyarakat atau peradaban di dunia ini yang belum mengenal Islam atau agama, tapi peradabannya sudah bagus. Mereka antikorupsi, mencintai ilmu, dan melindungi kemanusiaan.
"Sebaliknya, ada masyarakat yang sangat bersemangat bicara soal agama, tapi kualitas peradaban dan kemanusiaannya masih kurang. Jadi, tak nyambung antara retorika agamanya dengan kualitas peradabannya."
"Yang bagus adalah, ketika kualitas peradaban dan kemanusiaannya sudah bagus, ditambah dengan Wahyu Islam. Inilah yang makin mendekati ummatan wasathan," ujar Komarudin.
Imam Besar di Islamic Center of New York, Muhammad Shamsi Ali, menyatakan di dunia barat studi tentang Islam kebanyakan dikemas dengan bungkus "Studi Timur Tengah". Jadi, ada pemahaman bahwa Islam adalah Timur Tengah. Menurut Shamsi Ali, hal itu harus diluruskan.
"Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia harus bisa menunjukkan pada dunia, khususnya dunia Barat bahwa Islam itu bukan Timur Tengah semata. Islam itu universal," tegas Shamsi.
"Bahkan, saya membayangkan suatu saat bila orang di dunia ini mendengar nama Islam, maka pikiran mereka akan tertuju pada Indonesia. Di sinilah pentingnya perwujudan ummatan wasathan dalam masyarakat Indonesia," tambahnya
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto selaku pemantik diskusi menyatakan sejatinya umat Islam Indonesia sudah memiliki banyak ciri yang menunjukkan ummatan wasathan.
"Ke depannya, tantangan bagi Umat Islam Indonesia untuk dapat mengejawantahkan prinsip-prinsip ummatan wasathan itu dalam menghadapi tantangan zaman, khususnya di masa pandemi yang belum berakhir ini," kata dia.
Imam Besar di Islamic Center of New York, Muhammad Shamsi Ali, menyatakan di dunia barat studi tentang Islam kebanyakan dikemas dengan bungkus "Studi Timur Tengah". Jadi, ada pemahaman bahwa Islam adalah Timur Tengah. Menurut Shamsi Ali, hal itu harus diluruskan.
"Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia harus bisa menunjukkan pada dunia, khususnya dunia Barat bahwa Islam itu bukan Timur Tengah semata. Islam itu universal," tegas Shamsi.
"Bahkan, saya membayangkan suatu saat bila orang di dunia ini mendengar nama Islam, maka pikiran mereka akan tertuju pada Indonesia. Di sinilah pentingnya perwujudan ummatan wasathan dalam masyarakat Indonesia," tambahnya
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto selaku pemantik diskusi menyatakan sejatinya umat Islam Indonesia sudah memiliki banyak ciri yang menunjukkan ummatan wasathan.
"Ke depannya, tantangan bagi Umat Islam Indonesia untuk dapat mengejawantahkan prinsip-prinsip ummatan wasathan itu dalam menghadapi tantangan zaman, khususnya di masa pandemi yang belum berakhir ini," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)