Jakarta: Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dr. Sally Aman Nasution menekankan masyarakat harus mulai peduli dengan salah satu penyakit tropis terabaikan atau Neglected Tropical Diseases (NTD) yakni malaria. Kasusnya masih banyak hingga kini.
Menurut dia, masyarakat bisa diberikan edukasi dengan berbagai upaya melalui media sosial, konten digital, dan sejenisnya. Dengan begitu, penyebaran informasi secara masif bisa sampai di wilayah-wilayah yang muncul kasus malaria.
"Ini salah satu bentuk edukasi yang kami buat di PAPDI melalui konten digital," ucap Sally saat dihubungi, Jumat, 26 April 2024.
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan infeksi parasit, yang paling banyak adalah Plasmodium Falsiparum atau Vivax melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Indonesia merupakan negara dengan endemisitas malaria yang bervariasi.
Terdapat 4 provinsi yang sudah bebas malaria. Namun, terdapat daerah dengan endemisitas tinggi, terutama di Indonesia timur seperti Pulau Papua, Maluku dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ia menjelaskan gejala yang ditimbulkan dari malaria biasanya dimulai dalam beberapa minggu setelah digigit nyamuk anopheles betina. Seperti demam, berkeringat, dan menggigil, sakit kepala, nyeri otot atau sendi.
"Bisa juga alami kelelahan, mual dan muntah, sakit perut, diare, detak jantung cepat, batuk, nafas cepat, hingga perasaan tidak nyaman dan penurunan nafsu makan," ujarnya.
Gejala klasik malaria adalah demam dengan menggigil, berkeringat, dan suhu kembali normal. Gejala tersebut dikenal dengan trias malaria. Infeksi ini dapat menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja pada paparan parasit yang kronik di daerah endemis tinggi malaria.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar masyarakat mengetahui risiko gigitan nyamuk malaria, kemudian bisa mengatur kegiatan tidak di malam hari di luar rumah, menutup jendela. Bisa juga menggunakan pakaian tertutup yang nyaman seperti pakaian lengan atau celana panjang, menggunakan kelambu saat tidur, atau memakai krim anti nyamuk.
"Bila ada gejala demam setelah kembali dari daerah endemis malaria harus menyampaikan pada dokter yang memeriksa riwayat perjalanan tersebut. Atau juga minum obat pencegah malaria konsultasi ke dokter untuk pilihan obat chemoprophylaxis pencegah infeksi," ungkapnya.
Jakarta: Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dr. Sally Aman Nasution menekankan masyarakat harus mulai peduli dengan salah satu penyakit tropis terabaikan atau
Neglected Tropical Diseases (NTD) yakni
malaria. Kasusnya masih banyak hingga kini.
Menurut dia, masyarakat bisa diberikan edukasi dengan berbagai upaya melalui media sosial, konten digital, dan sejenisnya. Dengan begitu, penyebaran informasi secara masif bisa sampai di wilayah-wilayah yang muncul kasus malaria.
"Ini salah satu bentuk edukasi yang kami buat di PAPDI melalui konten digital," ucap Sally saat dihubungi, Jumat, 26 April 2024.
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan infeksi parasit, yang paling banyak adalah Plasmodium Falsiparum atau Vivax melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Indonesia merupakan negara dengan endemisitas
malaria yang bervariasi.
Terdapat 4 provinsi yang sudah bebas malaria. Namun, terdapat daerah dengan endemisitas tinggi, terutama di Indonesia timur seperti Pulau Papua, Maluku dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ia menjelaskan gejala yang ditimbulkan dari
malaria biasanya dimulai dalam beberapa minggu setelah digigit nyamuk anopheles betina. Seperti demam, berkeringat, dan menggigil, sakit kepala, nyeri otot atau sendi.
"Bisa juga alami kelelahan, mual dan muntah, sakit perut, diare, detak jantung cepat, batuk, nafas cepat, hingga perasaan tidak nyaman dan penurunan nafsu makan," ujarnya.
Gejala klasik malaria adalah demam dengan menggigil, berkeringat, dan suhu kembali normal. Gejala tersebut dikenal dengan trias malaria. Infeksi ini dapat menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja pada paparan parasit yang kronik di daerah endemis tinggi malaria.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar masyarakat mengetahui risiko gigitan nyamuk malaria, kemudian bisa mengatur kegiatan tidak di malam hari di luar rumah, menutup jendela. Bisa juga menggunakan pakaian tertutup yang nyaman seperti pakaian lengan atau celana panjang, menggunakan kelambu saat tidur, atau memakai krim anti nyamuk.
"Bila ada gejala demam setelah kembali dari daerah endemis malaria harus menyampaikan pada dokter yang memeriksa riwayat perjalanan tersebut. Atau juga minum obat pencegah malaria konsultasi ke dokter untuk pilihan obat chemoprophylaxis pencegah infeksi," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)