Jakarta: Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia digelar setiap tanggal 17 Agustus. Peringatan ini merujuk peristiwa Soekarno didampingi Mohammad Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan pada Jumat, 17 Agustus 1945.
Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan di sebuah rumah, Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat. Sejak saat itu, setiap tahun digelar peringatan HUT RI.
Namun tahukah Sobat? Soekarno-Hatta sempat bersikeras ingin membacakan proklamasi pada 24 Agustus 1945. Keinginan itu berdasarkan kesepakatan Soekarno-Hatta dengang penjajah saat itu, Jepang.
"Indonesia mau diberikan kemerdekaan itu dengan hadiah. Bung Karno, Bung Hatta, Radjiman (Radjiman Wedyodiningrat) dipanggil ke Dalat (Kota di Vietnam) oleh pemerintah Jepang sebagai penjajah," kata Mahfud MD dalam sebuah video yang diunggah ulang di akun Instagram Ketua MPR Bambang Soesatyo dan dikutip, Kamis, 17 Agustus 2023.
Ketiga tokoh berangkat ke Vietnam untuk memenuhi panggilan Jenderal Hisaichi Terauchi pada 9 Agustus 1945. Terauchi merupakan panglima tentara Jepang ditugaskan di wilayah Asia Tenggara selama Perang Dunia II.
Terauchi ingin menghadiahkan kemerdekaan kepada Indonesia usai terdesak dalam Perang Dunia II. Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di d ua kota di Jepang, yakni Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945.
Mahfud menceritakan Pemerintah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada 24 Agustus 1945. Mahfud menyebut ketiga tokoh Indonesia setuju.
"Bung Karno setuju, Bung Hatta setuju, Radjiman setuju. Oke kita merdeka. Tapi pulang ke Indonesia, oleh anak-anak muda dicegat," ujar Mahfud.
Baca juga: 78 Tahun Kemerdekaan RI, Seperti Apa Momen Penting Sejarah Diplomasi Indonesia
Anak muda bergerak
Anak-anak muda yang dikenal dari perkumpulan "Menteng 31" mendesak Soekarno-Hatta mempercepat waktu kemerdekaan. Mereka berdalih janji kemerdekaan dari Jepang tidak akan berlaku karena berdasarkan perjanjian Internasional, negara yang kalah perang dalam hal ini Jepang, tidak berwenang mengatur nasib wilayah bekas jajahannya.
"Nggak bisa, kata Bung Karno. Saya sudah berjanji tanggal 24 akan ngambil kemerdekaan ke Tokyo. Bung Hatta juga nggak mau. Lalu diberi tahu, 'Bung, kalau tidak merdeka sekarang, Indonesia tidak akan pernah merdeka. Kenapa? Karena menurut Konvensi Wina, PBB pada waktu itu, bekas suatu negara jajahan, yang penjajahnya kalah perang, harus mengembalikan negara jajahannya ke penjajah sebelumnya. Itu sebabnya, Belanda tahun 1946 masuk nyerang ke sini (Indonesia), itu atas izin PBB," terang Mahfud.
Meski sudah diberikan penjelasan, Seokarno-Hatta tetap bersikeras denggan ide awal. Lantas sejumlah anak muda Menteng 31 menculik kedua tokoh tersebut yang kini dikenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.
Dalam proses penculikan, Soekarno-Hatta membacakan proklamasi pada 16 Agustus 1945 di depan sejumlah anak muda. Selain proklamasi, mereka menaikkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Namun Soekarno mengaku terpaksa melakukan itu. Ia menyebut proklamasi pada 16 Agustus tidak sah karena hanya dilakukan secara terbatas tanpa diketahui khalayak luas.
"Cuma anak-anak ini (Menteng 31) revolusioner. Tidak perlu nunggu tanggal 24 Agustus. Besok kita ulangi lagi. Itulah terjadinya kemerdekaan 17 Agustus," tegas Mahfud.
Ia menegaskan Indonesia merupakan satu-satunya negara di dunia yang merdeka dengan usaha sendiri alias bukan hadiah. Meski akan diberi hadiah dengan kompensasi ikut membantu Jepang yang terdesak dalam perang dunia, Indonesia menolak dengan tegas.
Alhasil, Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan pada Jumat 17 Agustus 1945 di sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, pukul 10.00 WIB. Rumah berhalaman luas bekas milik WN Belanda.
Jakarta: Peringatan
Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia digelar setiap tanggal 17 Agustus. Peringatan ini merujuk peristiwa Soekarno didampingi Mohammad Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan pada Jumat, 17 Agustus 1945.
Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan di sebuah rumah, Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat. Sejak saat itu, setiap tahun digelar peringatan HUT RI.
Namun tahukah Sobat? Soekarno-Hatta sempat bersikeras ingin membacakan proklamasi pada 24 Agustus 1945. Keinginan itu berdasarkan kesepakatan Soekarno-Hatta dengang penjajah saat itu, Jepang.
"Indonesia mau diberikan kemerdekaan itu dengan hadiah. Bung Karno, Bung Hatta, Radjiman (Radjiman Wedyodiningrat) dipanggil ke Dalat (Kota di Vietnam) oleh pemerintah Jepang sebagai penjajah," kata Mahfud MD dalam sebuah video yang diunggah ulang di akun Instagram Ketua MPR Bambang Soesatyo dan dikutip, Kamis, 17 Agustus 2023.
Ketiga tokoh berangkat ke Vietnam untuk memenuhi panggilan Jenderal Hisaichi Terauchi pada 9 Agustus 1945. Terauchi merupakan panglima tentara Jepang ditugaskan di wilayah Asia Tenggara selama Perang Dunia II.
Terauchi ingin menghadiahkan kemerdekaan kepada Indonesia usai terdesak dalam Perang Dunia II. Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di d ua kota di Jepang, yakni Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945.
Mahfud menceritakan Pemerintah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada 24 Agustus 1945. Mahfud menyebut ketiga tokoh Indonesia setuju.
"Bung Karno setuju, Bung Hatta setuju, Radjiman setuju. Oke kita merdeka. Tapi pulang ke Indonesia, oleh anak-anak muda dicegat," ujar Mahfud.
Baca juga:
78 Tahun Kemerdekaan RI, Seperti Apa Momen Penting Sejarah Diplomasi Indonesia
Anak muda bergerak
Anak-anak muda yang dikenal dari perkumpulan "Menteng 31" mendesak Soekarno-Hatta mempercepat waktu kemerdekaan. Mereka berdalih janji kemerdekaan dari Jepang tidak akan berlaku karena berdasarkan perjanjian Internasional, negara yang kalah perang dalam hal ini Jepang, tidak berwenang mengatur nasib wilayah bekas jajahannya.
"Nggak bisa, kata Bung Karno. Saya sudah berjanji tanggal 24 akan ngambil kemerdekaan ke Tokyo. Bung Hatta juga nggak mau. Lalu diberi tahu, 'Bung, kalau tidak merdeka sekarang, Indonesia tidak akan pernah merdeka. Kenapa? Karena menurut Konvensi Wina, PBB pada waktu itu, bekas suatu negara jajahan, yang penjajahnya kalah perang, harus mengembalikan negara jajahannya ke penjajah sebelumnya. Itu sebabnya, Belanda tahun 1946 masuk nyerang ke sini (Indonesia), itu atas izin PBB," terang Mahfud.
Meski sudah diberikan penjelasan, Seokarno-Hatta tetap bersikeras denggan ide awal. Lantas sejumlah anak muda Menteng 31 menculik kedua tokoh tersebut yang kini dikenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.
Dalam proses penculikan, Soekarno-Hatta membacakan proklamasi pada 16 Agustus 1945 di depan sejumlah anak muda. Selain proklamasi, mereka menaikkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Namun Soekarno mengaku terpaksa melakukan itu. Ia menyebut proklamasi pada 16 Agustus tidak sah karena hanya dilakukan secara terbatas tanpa diketahui khalayak luas.
"Cuma anak-anak ini (Menteng 31) revolusioner. Tidak perlu nunggu tanggal 24 Agustus. Besok kita ulangi lagi. Itulah terjadinya kemerdekaan 17 Agustus," tegas Mahfud.
Ia menegaskan Indonesia merupakan satu-satunya negara di dunia yang merdeka dengan usaha sendiri alias bukan hadiah. Meski akan diberi hadiah dengan kompensasi ikut membantu Jepang yang terdesak dalam perang dunia, Indonesia menolak dengan tegas.
Alhasil, Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan pada Jumat 17 Agustus 1945 di sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, pukul 10.00 WIB. Rumah berhalaman luas bekas milik WN Belanda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DHI)