Batam: Namanya Sugiman. Usianya sudah 51 tahun. Lebih dari setengah hidupnya dihabiskan untuk mengabdi pada negara.
Pria asal Banyumas ini bergabung di TNI Angkatan Laut di usia 20-an. Sejak pertama, Sugiman sudah ditugaskan di Kapal Perang Republik Indonesia Yos Sudarso.
Sebagai tentara, dia siap ditempatkan di mana. Di darat, laut, hutan, perbatasan, bahkan daerah rawan konflik sekalipun. "Kami sudah berkomitmen untuk menjaga Indonesia," kata Sugiman pada Medcom.id ketika tengah berlayar di Selat Singapura, Batam, Jumat, 17 Agustus 2018.
Tak terasa, sudah 29 tahun Sugiman berada di KRI Yos Sudarso. Dia satu-satunya awak paling senior dari segi usia. Pengalamannya juga bukan main, banyak sekali.
Baca: Kehidupan di Kapal Perang Yos Sudarso
Mulai dari menjaga perairan Indonesia di Natuna, menjalankan misi penyelamatan korban pesawat Jatuh Air Asia QZ8501 pada 2015, pembebasan sandera di Bangladesh hingga pembebasan 20 anak buah kapal (ABK) MV Sinar Kudus di Somalia. Menurutnya, semua operasi yang dijalani berkesan.
"Karena kami bisa menjaga kedaulatan Indonesia dan membantu banyak orang dengan misi yang kami jalankan," imbuh perwira sersan dua itu.
Sugiman, juga manusia biasa. Sering rindu keluarga. Kalau ada sinyal, dia bebas bertukar kabar dengan istri dan anak. Maklum, bila kapal sedang berada di tengah laut, sinyal kerap tak ada.
"Hanya bisa lihat foto saja, sudah senang. Lalu kirim doa semoga mereka sehat," cerita dia. Di laut, sinyal menjadi barang berharga yang sulit didapat.
Kisah yang sama datang dari Rendi Ardali Yusra. Perwira kelasi dua yang baru bergabung di KRI Yos Sudarso. "Baru satu tahun," ucap dia.
Katanya, ia ingin mengabdi pada Negeri. Menjaga Indonesia. Setelah lulus pendidikan TNI AL, pria asli Padang, Sumatera Barat, ini langsung ditugaskan di kapal peran Yos Sudarso. Kapal perang tertua dengan nomor lambung 353.
Dia merasakan betul perbedaan hidup di darat dan di laut. Di kapal, apa-apa serba terbatas. Sementara di darat, dia leluasa melakukan yang dia suka.
"Kadang bosan, tapi untungnya di sini banyak kegiatan dan kekeluargaannya sangat kuat," ungkap dia.
Bila kangen orang tua, Rendi lebih memilih mengisi waktu dengan belajar. Apalagi, Rendi masih baru. Pria kelahiran 1996 ini masuk di divisi persenjataan. "Pegang rudal C02," imbuhnya.
Dia berharap TNI AL bisa lebih maju lagi. Anggotanya semakin profesional. Kapal dan senjatanya makin canggih. Ia juga berdoa agar tidak ada lagi kapal-kapal ilegal menyusup ke perairan Indonesia.
Batam: Namanya Sugiman. Usianya sudah 51 tahun. Lebih dari setengah hidupnya dihabiskan untuk mengabdi pada negara.
Pria asal Banyumas ini bergabung di TNI Angkatan Laut di usia 20-an. Sejak pertama, Sugiman sudah ditugaskan di Kapal Perang Republik Indonesia Yos Sudarso.
Sebagai tentara, dia siap ditempatkan di mana. Di darat, laut, hutan, perbatasan, bahkan daerah rawan konflik sekalipun. "Kami sudah berkomitmen untuk menjaga Indonesia," kata Sugiman pada Medcom.id ketika tengah berlayar di Selat Singapura, Batam, Jumat, 17 Agustus 2018.
Tak terasa, sudah 29 tahun Sugiman berada di KRI Yos Sudarso. Dia satu-satunya awak paling senior dari segi usia. Pengalamannya juga bukan main, banyak sekali.
Baca: Kehidupan di Kapal Perang Yos Sudarso
Mulai dari menjaga perairan Indonesia di Natuna, menjalankan misi penyelamatan korban pesawat Jatuh Air Asia QZ8501 pada 2015, pembebasan sandera di Bangladesh hingga pembebasan 20 anak buah kapal (ABK) MV Sinar Kudus di Somalia. Menurutnya, semua operasi yang dijalani berkesan.
"Karena kami bisa menjaga kedaulatan Indonesia dan membantu banyak orang dengan misi yang kami jalankan," imbuh perwira sersan dua itu.
Sugiman, juga manusia biasa. Sering rindu keluarga. Kalau ada sinyal, dia bebas bertukar kabar dengan istri dan anak. Maklum, bila kapal sedang berada di tengah laut, sinyal kerap tak ada.
"Hanya bisa lihat foto saja, sudah senang. Lalu kirim doa semoga mereka sehat," cerita dia. Di laut, sinyal menjadi barang berharga yang sulit didapat.
Kisah yang sama datang dari Rendi Ardali Yusra. Perwira kelasi dua yang baru bergabung di KRI Yos Sudarso. "Baru satu tahun," ucap dia.
Katanya, ia ingin mengabdi pada Negeri. Menjaga Indonesia. Setelah lulus pendidikan TNI AL, pria asli Padang, Sumatera Barat, ini langsung ditugaskan di kapal peran Yos Sudarso. Kapal perang tertua dengan nomor lambung 353.
Dia merasakan betul perbedaan hidup di darat dan di laut. Di kapal, apa-apa serba terbatas. Sementara di darat, dia leluasa melakukan yang dia suka.
"Kadang bosan, tapi untungnya di sini banyak kegiatan dan kekeluargaannya sangat kuat," ungkap dia.
Bila kangen orang tua, Rendi lebih memilih mengisi waktu dengan belajar. Apalagi, Rendi masih baru. Pria kelahiran 1996 ini masuk di divisi persenjataan. "Pegang rudal C02," imbuhnya.
Dia berharap TNI AL bisa lebih maju lagi. Anggotanya semakin profesional. Kapal dan senjatanya makin canggih. Ia juga berdoa agar tidak ada lagi kapal-kapal ilegal menyusup ke perairan Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)