Batam: Petang di Pelabuhan Batuampar, Batam, Kepulauan Riau. Saat itu, hari Rabu 15 Agustus 2018. Ini pertama kalinya Medcom.id menginjakan kaki di Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Yos Sudarso.
Yos Sudarso adalah yang paling tersohor dan yang paling tua di antara KRI lainnya. Kapal dengan nomor lambung 353 ini dibuat di Belanda pada 1967. Meski sudah uzur, KRI Yos Sudarso masih gagah.
Petang itu, Medcom.id bertemu dengan Kolonel Laut Henry Ballo. Para awak kapal memanggilnya "komandan". Komandan Henry, pria yang memimpin kapal perang Yos Sudarso, sudah menanti kami.
Pertemuan diawali dengan perkenalan. Kami banyak bertanya soal kehidupan prajurit TNI Angkatan Laut (AL) di dalam kapal, apa saja yang dilakukan, sejak kapan berada di kapal, dan bagaimana rasanya tak melihat daratan selama berbulan-bulan.
"Nanti kamu coba menginap di sini. Biar tahu rasanya ya," kata Henry. Tawaran Mantan Komandan Lanal Tolitoli itu kami terima. Menginap di Kapal Perang tak jadi masalah.
Kamis, 16 Agustus kami mulai menginap. KRI Yos Sudarso memiliki 12 kamar. Tiap-tiap kamar memiliki dua ranjang tingkat tiga. Total ada enam orang dalam kamar berukuran 7x6 meter itu.
Di pagi hari, para awak kapal melakukan tugas utama yang bermacam-macam. Ada yang penjagaan, menyiapkan logistik hingga mengatur sensor radar navigasi sperry marine, radar navigasi JRC, radar udara LW-03, radar senjata DA-05, sampai sSonar CWE-610 (sensor bawah air).
Beberapa ada yang bertugas mengecek persenjataan, mulai dari meriam 76 mm otomelara, rudal C-802, torpedo MK-44/MK-32, mitraliur 12,7 mm. Semua diperiksa secara menyeluruh dan bergantian.
Menjelang petang, kegiatan awak KRI Yos Sudarso sudah mulai longgar. Mereka biasa bersantai di haluan dan buritan kapal, sekadar ngobrol atau nyeruput kopi.
"Memang kalau sore sudah agak santai. Ada yang ngopi di buritan (bagian belakang kapal), ada yang baca di kamar, olahraga, macam-macamlah," ungkap Henry.
Momen seperti ini menjadi sangat berharga bagi mereka. Pasalnya, tentara AL bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan menghabiskan waktu di dalam kapal. Meski santai, mereka tetap sigap bila ada tugas sewaktu-waktu.
Makan adalah hiburan
"Teng teng teng... Teng teng teng..," bunyi lonceng terdengar ke seluruh dek kapal. Pemberitahuan waktu jam makan tiba. Di sini, informasi apa pun ditandai dengan bunyi lonceng.
Sesaat kemudian, para Bintara AL berkumpul di dek H, tempat kafetaria berada. Semua duduk berhadapan, berdoa lalu makan. Saat makan mereka tak banyak bicara. Semua fokus melahap nasi, lauk-pauk, dan sayur di piring mereka.
Ketika semuanya sudah selesai, makan bersama ditutup dengan doa. Satu orang ditunjuk untuk memimpin.
Di kapal perang Yos Sudarso seluruh juru masak adalah seorang pria. Waktu makan dibagi menjadi tiga kali, pagi, siang, dan malam.
Baca: KRI Bima Suci Meriahkan Sail Regatta Vladivostok di Rusia
"Itu yang pokoknya, tapi kalau lagi jaga malam ingin makan ya makan saja. Biasanya buat mie kapal," kata Mayor Laut Ahmad Faizal.
Mie kapal adalah makanan khas di seluruh kapal TNI AL. Sebenernya mie kapal sama dengan mie instan lainnya, hanya saja sensasi menikmatinya yang berbeda.
"Kalau lagi bosen kita ini makan, masak. Habis mau bagaimana lagi karena di kapal makan adalah hiburan," pungkas dia.
Batam: Petang di Pelabuhan Batuampar, Batam, Kepulauan Riau. Saat itu, hari Rabu 15 Agustus 2018. Ini pertama kalinya
Medcom.id menginjakan kaki di Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Yos Sudarso.
Yos Sudarso adalah yang paling tersohor dan yang paling tua di antara KRI lainnya. Kapal dengan nomor lambung 353 ini dibuat di Belanda pada 1967. Meski sudah uzur, KRI Yos Sudarso masih gagah.
Petang itu,
Medcom.id bertemu dengan Kolonel Laut Henry Ballo. Para awak kapal memanggilnya "komandan". Komandan Henry, pria yang memimpin kapal perang Yos Sudarso, sudah menanti kami.
Pertemuan diawali dengan perkenalan. Kami banyak bertanya soal kehidupan prajurit TNI Angkatan Laut (AL) di dalam kapal, apa saja yang dilakukan, sejak kapan berada di kapal, dan bagaimana rasanya tak melihat daratan selama berbulan-bulan.
"Nanti kamu coba menginap di sini. Biar tahu rasanya ya," kata Henry. Tawaran Mantan Komandan Lanal Tolitoli itu kami terima. Menginap di Kapal Perang tak jadi masalah.
Kamis, 16 Agustus kami mulai menginap. KRI Yos Sudarso memiliki 12 kamar. Tiap-tiap kamar memiliki dua ranjang tingkat tiga. Total ada enam orang dalam kamar berukuran 7x6 meter itu.
Di pagi hari, para awak kapal melakukan tugas utama yang bermacam-macam. Ada yang penjagaan, menyiapkan logistik hingga mengatur sensor radar navigasi sperry marine, radar navigasi JRC, radar udara LW-03, radar senjata DA-05, sampai sSonar CWE-610 (sensor bawah air).

Beberapa ada yang bertugas mengecek persenjataan, mulai dari meriam 76 mm otomelara, rudal C-802, torpedo MK-44/MK-32, mitraliur 12,7 mm. Semua diperiksa secara menyeluruh dan bergantian.
Menjelang petang, kegiatan awak KRI Yos Sudarso sudah mulai longgar. Mereka biasa bersantai di haluan dan buritan kapal, sekadar ngobrol atau nyeruput kopi.
"Memang kalau sore sudah agak santai. Ada yang ngopi di buritan (bagian belakang kapal), ada yang baca di kamar, olahraga, macam-macamlah," ungkap Henry.
Momen seperti ini menjadi sangat berharga bagi mereka. Pasalnya, tentara AL bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan menghabiskan waktu di dalam kapal. Meski santai, mereka tetap sigap bila ada tugas sewaktu-waktu.
Makan adalah hiburan
"Teng teng teng... Teng teng teng..," bunyi lonceng terdengar ke seluruh dek kapal. Pemberitahuan waktu jam makan tiba. Di sini, informasi apa pun ditandai dengan bunyi lonceng.
Sesaat kemudian, para Bintara AL berkumpul di dek H, tempat kafetaria berada. Semua duduk berhadapan, berdoa lalu makan. Saat makan mereka tak banyak bicara. Semua fokus melahap nasi, lauk-pauk, dan sayur di piring mereka.
Ketika semuanya sudah selesai, makan bersama ditutup dengan doa. Satu orang ditunjuk untuk memimpin.
Di kapal perang Yos Sudarso seluruh juru masak adalah seorang pria. Waktu makan dibagi menjadi tiga kali, pagi, siang, dan malam.
Baca: KRI Bima Suci Meriahkan Sail Regatta Vladivostok di Rusia
"Itu yang pokoknya, tapi kalau lagi jaga malam ingin makan ya makan saja. Biasanya buat mie kapal," kata Mayor Laut Ahmad Faizal.
Mie kapal adalah makanan khas di seluruh kapal TNI AL. Sebenernya mie kapal sama dengan mie instan lainnya, hanya saja sensasi menikmatinya yang berbeda.
"Kalau lagi bosen kita ini makan, masak. Habis mau bagaimana lagi karena di kapal makan adalah hiburan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)