Jakarta: Masyarakat Indonesia diminta tetap waspada terhadap paham radikal. Sebab, penyebaran paham tersebut masih terlihat.
"Saya ingin katakan bahwa paham radikalisme itu masih sangat masif menyebar di masyarakat," kata mantan narapidana terorisme Haris Amir Falah dalam diskusi virtual, Sabtu, 3 April 2021.
Penilaian pembina Hubbul Wathon Indonesia 19 itu berdasarkan aksi teror yang terjadi sepekan terakhir. Teror bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga penyerangan di Markas Besar (Mabes) Polri menjadi bukti.
Baca: 2 Teroris Ditangkap di Klaten dan Yogyakarta
Khusus kejadian Makassar, Haris menyebut setidaknya ada dua lokasi yang dijadikan sebagai pusat kegiatan untuk mendoktrin dan merencanakan melakukan aksi teror. Namun, dia tak memerinci kedua tempat itu.
"Dan saya rasa (kegiatan kelompok teroris) bukan hanya di Makassar, di seluruh wilayah di Indonesia ini juga pasti tidak lepas dari sasaran yang mereka lakukan," ungkap dia.
Haris menyayangkan aksi tersebut. Sebab, yang menjadi korban adalah pihak yang tidak bersalah.
"Termasuk orang yang ada di depan Gereja Katedral Makassar, apalagi kemudian sudah menyasar ke Mabes (Polri)," ungkap dia.
Haris menegaskan radikalisme dan aksi teror bukan bagian dari ajaran agama. Sehingga, pemberantasan paham dan aksi teror tak termasuk perlawanan terhadap agama.
"Kita harus punya kesepakatan untuk memberantas ini," sebut Haris.
Dia sangat mendukung upaya negara memberantas paham dan aksi radikalisme. Sebab, memiliki dampak yang cukup besar bagi masyarakat.
"Karena daya rusak sangat luar biasa dan saya secara pribadi pernah mengalami itu," ujar dia.
Jakarta: Masyarakat Indonesia diminta tetap waspada terhadap paham
radikal. Sebab, penyebaran paham tersebut masih terlihat.
"Saya ingin katakan bahwa paham radikalisme itu masih sangat masif menyebar di masyarakat," kata mantan narapidana terorisme Haris Amir Falah dalam diskusi virtual, Sabtu, 3 April 2021.
Penilaian pembina Hubbul Wathon Indonesia 19 itu berdasarkan aksi
teror yang terjadi sepekan terakhir. Teror bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga penyerangan di Markas Besar (Mabes) Polri menjadi bukti.
Baca: 2 Teroris Ditangkap di Klaten dan Yogyakarta
Khusus kejadian Makassar, Haris menyebut setidaknya ada dua lokasi yang dijadikan sebagai pusat kegiatan untuk mendoktrin dan merencanakan melakukan aksi teror. Namun, dia tak memerinci kedua tempat itu.
"Dan saya rasa (kegiatan kelompok teroris) bukan hanya di Makassar, di seluruh wilayah di Indonesia ini juga pasti tidak lepas dari sasaran yang mereka lakukan," ungkap dia.
Haris menyayangkan aksi tersebut. Sebab, yang menjadi korban adalah pihak yang tidak bersalah.
"Termasuk orang yang ada di depan Gereja Katedral Makassar, apalagi kemudian sudah menyasar ke Mabes (Polri)," ungkap dia.
Haris menegaskan radikalisme dan aksi teror bukan bagian dari ajaran agama. Sehingga, pemberantasan paham dan aksi teror tak termasuk perlawanan terhadap agama.
"Kita harus punya kesepakatan untuk memberantas ini," sebut Haris.
Dia sangat mendukung upaya negara memberantas paham dan aksi radikalisme. Sebab, memiliki dampak yang cukup besar bagi masyarakat.
"Karena daya rusak sangat luar biasa dan saya secara pribadi pernah mengalami itu," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)