Jakarta: Kecamatan Kebayoran Baru menjadi salah satu kecamatan dengan tingkat demam berdarah dengue (DBD) paling tinggi di Jakarta. Berdasarkan tingkat kejadian atau incidence rate (IR) Kebayoran baru memiliki 16,54 IR.
IR adalah perhitungan kejadian per 100.000 penduduk yang digunakan untuk mengukur proporsi kejadian DBD. Semakin tinggi angka IR, maka semakin tinggi kejadiannya.
Camat Kebayoran Baru Aroman Nimbang mengaku telah menginstruksikan seluruh Lurah dan jajaran Puskesmas di wilayahnya untuk melakukan juru pemandu jentik (Jumantik) setiap hari. Ia juga meminta seluruh RT/RW agar membersihkan lingkungan secara rutin.
"Saya sudah instruksikan agar Jumantik setiap hari. Kami juga mengimbau baik secara tertulis maupun lisan untuk melakukan Jumantik mandiri," kata Aroman saat dihubungi, Jakarta, Selasa, 29 Januari 2019.
Jumantik mandiri setidaknya dilakukan minimal satu pekan sekali dengan membersihkan lingkungan. Para lurah juga diminta membuat surat edaran untuk sekolah dan gedung sekitar untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Lalu memberikan Abate kepada masyarakat, Puskesmas dengan melakukan Pemeriksaan Endemik (PE)," papar Aroman.
PE bertujuan untuk mengetahui lingkungan terdapat nyamuk DBD atau tidak. Aroman menyebut, tingginya angka DBD di lingkungannya lantaran banyak kelurahan padat penduduk.
"Kasus terbanyak di Kelurahan Gandaria Utara dan Cipete Utara. Masing-masing enam Kasus. Dua kelurahan itu terdapat permukiman padat," pungkas dia.
(Baca juga: Sekolah DKI Diminta Cekatan Basmi Sarang Nyamuk)
Kasus DBD di Jakarta dari awal Januari-31 Desember 2018, tercatat 2.947 kasus DBD (Insidence Rate/IR=28,15/100.000 penduduk) dengan dua kematian (Case Fatality Rate/CFR= 0,07 persen). Wilayah yang memiliki IR tertinggi di Jakarta adalah Kepulauan Seribu, yakni 41,4/100.000 penduduk, disusul Jakarta Barat sebesar 37,0/100.000 penduduk.
"Tindak lanjut guna mengantisipasi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD dengan melibatkan masyarakat bersama Pemprov DKI Jakarta," ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti beberapa waktu lalu.
Widyastuti mengatakan harus ada langkah-langkah yang dilakukan untuk pencegahan terjangkit DBD. Di antaranya, menyebarluaskan informasi kepada masyarakat menggunakan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) atau media sosial yang ada tentang waspada DBD dan pengendaliannya, yaitu dengan PSN.
"Peningkatan sistem kewaspadaan dini penyakit DBD, melalui penguatan jejaring pelaporan kasus berbasis rumah sakit," ucap dia.
Kemudian, melakukan upaya-upaya pengendalian DBD dengan kegiatan peningkatan PSN 3 M (menguras, menutup, mendaur ulang) tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, serta kegiatan lainnya dalam mengurangi gigitan nyamuk. Lalu, memeriksa jentik oleh Jumantik minimal seminggu sekali.
"Serta pemutusan mata rantai penularan dengan fogging fokus pada kasus DBD dengan hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE) positif," pungkas Widyastuti.
Pemprov DKI saat ini bekerja sama dengan BMKG mengembangkan model prediksi angka DBD berbasis iklim. Prediksi angka itu dapat diakses melalui https://bmkg.dbd.go.id/. Pemodelan ini merupakan bentuk sistem kewaspadaan dini yang dapat diakses seluruh lapisan masyarakat dalam rangka antisipasi.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/zNAL1xAK" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Kecamatan Kebayoran Baru menjadi salah satu kecamatan dengan tingkat demam berdarah dengue (DBD) paling tinggi di Jakarta. Berdasarkan tingkat kejadian atau incidence rate (IR) Kebayoran baru memiliki 16,54 IR.
IR adalah perhitungan kejadian per 100.000 penduduk yang digunakan untuk mengukur proporsi kejadian DBD. Semakin tinggi angka IR, maka semakin tinggi kejadiannya.
Camat Kebayoran Baru Aroman Nimbang mengaku telah menginstruksikan seluruh Lurah dan jajaran Puskesmas di wilayahnya untuk melakukan juru pemandu jentik (Jumantik) setiap hari. Ia juga meminta seluruh RT/RW agar membersihkan lingkungan secara rutin.
"Saya sudah instruksikan agar Jumantik setiap hari. Kami juga mengimbau baik secara tertulis maupun lisan untuk melakukan Jumantik mandiri," kata Aroman saat dihubungi, Jakarta, Selasa, 29 Januari 2019.
Jumantik mandiri setidaknya dilakukan minimal satu pekan sekali dengan membersihkan lingkungan. Para lurah juga diminta membuat surat edaran untuk sekolah dan gedung sekitar untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Lalu memberikan Abate kepada masyarakat, Puskesmas dengan melakukan Pemeriksaan Endemik (PE)," papar Aroman.
PE bertujuan untuk mengetahui lingkungan terdapat nyamuk DBD atau tidak. Aroman menyebut, tingginya angka DBD di lingkungannya lantaran banyak kelurahan padat penduduk.
"Kasus terbanyak di Kelurahan Gandaria Utara dan Cipete Utara. Masing-masing enam Kasus. Dua kelurahan itu terdapat permukiman padat," pungkas dia.
(Baca juga:
Sekolah DKI Diminta Cekatan Basmi Sarang Nyamuk)
Kasus DBD di Jakarta dari awal Januari-31 Desember 2018, tercatat 2.947 kasus DBD (Insidence Rate/IR=28,15/100.000 penduduk) dengan dua kematian (Case Fatality Rate/CFR= 0,07 persen). Wilayah yang memiliki IR tertinggi di Jakarta adalah Kepulauan Seribu, yakni 41,4/100.000 penduduk, disusul Jakarta Barat sebesar 37,0/100.000 penduduk.
"Tindak lanjut guna mengantisipasi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD dengan melibatkan masyarakat bersama Pemprov DKI Jakarta," ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti beberapa waktu lalu.
Widyastuti mengatakan harus ada langkah-langkah yang dilakukan untuk pencegahan terjangkit DBD. Di antaranya, menyebarluaskan informasi kepada masyarakat menggunakan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) atau media sosial yang ada tentang waspada DBD dan pengendaliannya, yaitu dengan PSN.
"Peningkatan sistem kewaspadaan dini penyakit DBD, melalui penguatan jejaring pelaporan kasus berbasis rumah sakit," ucap dia.
Kemudian, melakukan upaya-upaya pengendalian DBD dengan kegiatan peningkatan PSN 3 M (menguras, menutup, mendaur ulang) tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, serta kegiatan lainnya dalam mengurangi gigitan nyamuk. Lalu, memeriksa jentik oleh Jumantik minimal seminggu sekali.
"Serta pemutusan mata rantai penularan dengan fogging fokus pada kasus DBD dengan hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE) positif," pungkas Widyastuti.
Pemprov DKI saat ini bekerja sama dengan BMKG mengembangkan model prediksi angka DBD berbasis iklim. Prediksi angka itu dapat diakses melalui https://bmkg.dbd.go.id/. Pemodelan ini merupakan bentuk sistem kewaspadaan dini yang dapat diakses seluruh lapisan masyarakat dalam rangka antisipasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)