Jakarta: Jemaat misa Paskah di Gereja Katedral Jakarta diminta merawat ingatan tentang sejarah persatuan Indonesia. Saat ini, hal tersebut kerap dilupakan dan menimbulkan banyak perpecahan dan intoleransi antarumat beragama.
"Salah satu alasannya, karena meski bangsa kita punya banyak ingatan bersama, namun ingatan-ingatan itu sudah banyak dilupakan," kata Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Minggu, 1 April 2018.
Menurut dia, ingatan bersama seperti kebangkitan nasional, sumpah pemuda, dan proklamasi kemerdekaan Indonesia seolah dibiarkan menjadi peristiwa masa lalu. Padahal, ketiganya adalah rentetan bersejarah menuju kemerdekaan Indonesia.
Suharyo menegaskan peristiwa itu perekat persatuan Indonesia. Kebangkitan nasional pada 1908 misalnya, menjadi insipirasi perjuangan rakyat. Begitu juga dengan sumpah pemuda pada 1928 dan proklamasi kemerdekaan saat 1945.
Baca: Uskup Agung Tolak Komentari Perayaan Paskah di Monas
"Bangsa Indonesia yang punya ingatan kemerdekaan, harus merawat itu. Tidak dengan memalsukan sejarah dan memasukkan unsur lain yang tak ada kaitannya dengan kemerdekaan Indonesia," kata Suharyo.
Dia menyebut konsep ingatan bersama ini harus diwujudkan menjadi gerakan. Pasalnya, perubahan harus diawali dengan hal ini, termasuk dalam merawat persatuan masyarakat. Suharyo yakin kalau gerakan berjalan terus-menerus, akan ada habitus atau kebiasaan baru.
"Yaitu cara merasa, berpikir, bertindak dan berperilaku baru. Baik dalam tataran pribadi maupun bersama. Inilah yang menjadi daya transformatif. Bentuk nyata dari Paskah yang memerdekakan," pungkas dia.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/eN4XMywN" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Jemaat misa Paskah di Gereja Katedral Jakarta diminta merawat ingatan tentang sejarah persatuan Indonesia. Saat ini, hal tersebut kerap dilupakan dan menimbulkan banyak perpecahan dan intoleransi antarumat beragama.
"Salah satu alasannya, karena meski bangsa kita punya banyak ingatan bersama, namun ingatan-ingatan itu sudah banyak dilupakan," kata Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Minggu, 1 April 2018.
Menurut dia, ingatan bersama seperti kebangkitan nasional, sumpah pemuda, dan proklamasi kemerdekaan Indonesia seolah dibiarkan menjadi peristiwa masa lalu. Padahal, ketiganya adalah rentetan bersejarah menuju kemerdekaan Indonesia.
Suharyo menegaskan peristiwa itu perekat persatuan Indonesia. Kebangkitan nasional pada 1908 misalnya, menjadi insipirasi perjuangan rakyat. Begitu juga dengan sumpah pemuda pada 1928 dan proklamasi kemerdekaan saat 1945.
Baca: Uskup Agung Tolak Komentari Perayaan Paskah di Monas
"Bangsa Indonesia yang punya ingatan kemerdekaan, harus merawat itu. Tidak dengan memalsukan sejarah dan memasukkan unsur lain yang tak ada kaitannya dengan kemerdekaan Indonesia," kata Suharyo.
Dia menyebut konsep ingatan bersama ini harus diwujudkan menjadi gerakan. Pasalnya, perubahan harus diawali dengan hal ini, termasuk dalam merawat persatuan masyarakat. Suharyo yakin kalau gerakan berjalan terus-menerus, akan ada habitus atau kebiasaan baru.
"Yaitu cara merasa, berpikir, bertindak dan berperilaku baru. Baik dalam tataran pribadi maupun bersama. Inilah yang menjadi daya transformatif. Bentuk nyata dari Paskah yang memerdekakan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)