Jakarta: Lazis Lazis Assalam Fil Alamin (ASFA) mendorong percepatan pengembangan sumber daya manusia (SDM) di pesantren dan lembaga pendidikan Islam. Hingga Juli 2023, ada 939 orang mendapatkan beasiswa mulai dari jenjang santri, pelajar, S1, S2 hingga S3, di dalam dan luar negeri.
Wakil Ketua Lazis ASFA KH. Anizar Masyhadi, menjelaskan bagi kader lembaga atau pesantren, setelah selesai studi mereka diwajibkan kembali ke lembaga pesantren atau pendidikannya.
"Sedangkan bagi non kader lembaga maka wajib menjalani masa pengabdian masyarakat di pesantren-pesantren selama minimal 1 tahun yang ditentukan oleh Lazis ASFA," ujar Kiai Anizar dalam acara peluncuran buku "Filantropi Islam untuk Indonesia yang digelar Kementerian Agama, di Kantor Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu, 30 Juli 2023.
Dalam kesempatan ini, Lazis ASFA yang didirikan Komjen (Purn) Syafruddin dan diketuai KH Dasat Latief, mendapatkan penghargaan dari Kemenag dalam bidang inovasi pengembangan dan percepatan SDM, serta kaderisasi berbasis pondok pesantren atau lembaga pendidikan Islam.
Lazis ASFA pun mencanangkan hingga 2024, ada 2 ribu orang yang mendapat beasiswa jenjang S1-S3.
Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin menyampaikan zakat menjadi instrumen penting dan strategis dalam berbangsa dan bernegara.
Menurut dia, tren perkembangan zakat, infak, dan sodaqoh di Indonesia sudah bagus. Pada 2023, menembus angka Rp33 triliun.
Dia berharap 10 tahun ke depan bisa mencapai di atas Rp100 triliun. "Ada ghirah kesadaran berzakat dari umat Islam, dikarenakan lembaga filantropi dan penggiat zakat serta penyuluh agama bergerak secara masif memberikan nilai-nilai penting tentang wajibnya zakat dan dampaknya pada sektor masyarakat," ujar dia.
Sementara itu, Pimpinan Baznas Zainul Bahar Noor menjelaskan jika target capaian perolehan dan pengelolaan zakat berhasil, zakat akan menjadi instrumen power full menyelesaikan problematika umat.
Zainul menjelaskan potensi perolehan Zis di Indonesia sangat besar, yaitu Ro326,7 triliun, namun kini baru mencapai 33 triliun.
Kemenag dan Baznas mengapresiasi kinerja filantropi Indonesia yang sudah sangat bagus, diantaranya Lazis ASFA, yang kontinyu berpikir keras untuk ikut menyelesaikan problematika umat, melalui pendayagunaan tasaruf zakat yang tepat sasaran.
Ketua Dewan Syariah Lazis ASFA, KH. Anang Rikza, menjelaskan pentingnya dua sayap filantropi, zakat dan wakaf yang harus dikelola serta dikembangkan dengan baik.
Menurut dia, zakat dan wakaf harus menjadi menjadi gaya hidup umat Islam Indonesia. Zakat menjadi kewajiban setiap muslim sebagaimana salat, yang jika ditinggalkan akan berdosa.
Jakarta: Lazis Lazis Assalam Fil Alamin (ASFA) mendorong percepatan pengembangan
sumber daya manusia (SDM) di
pesantren dan lembaga pendidikan Islam. Hingga Juli 2023, ada 939 orang mendapatkan beasiswa mulai dari jenjang
santri, pelajar, S1, S2 hingga S3, di dalam dan luar negeri.
Wakil Ketua Lazis ASFA KH. Anizar Masyhadi, menjelaskan bagi kader lembaga atau pesantren, setelah selesai studi mereka diwajibkan kembali ke lembaga pesantren atau pendidikannya.
"Sedangkan bagi non kader lembaga maka wajib menjalani masa pengabdian masyarakat di pesantren-pesantren selama minimal 1 tahun yang ditentukan oleh Lazis ASFA," ujar Kiai Anizar dalam acara peluncuran buku "Filantropi Islam untuk Indonesia yang digelar Kementerian Agama, di Kantor Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu, 30 Juli 2023.
Dalam kesempatan ini, Lazis ASFA yang didirikan Komjen (Purn) Syafruddin dan diketuai KH Dasat Latief, mendapatkan penghargaan dari Kemenag dalam bidang inovasi pengembangan dan percepatan SDM, serta kaderisasi berbasis pondok pesantren atau lembaga pendidikan Islam.
Lazis ASFA pun mencanangkan hingga 2024, ada 2 ribu orang yang mendapat beasiswa jenjang S1-S3.
Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin menyampaikan zakat menjadi instrumen penting dan strategis dalam berbangsa dan bernegara.
Menurut dia, tren perkembangan zakat, infak, dan sodaqoh di Indonesia sudah bagus. Pada 2023, menembus angka Rp33 triliun.
Dia berharap 10 tahun ke depan bisa mencapai di atas Rp100 triliun. "Ada ghirah kesadaran berzakat dari umat Islam, dikarenakan lembaga filantropi dan penggiat zakat serta penyuluh agama bergerak secara masif memberikan nilai-nilai penting tentang wajibnya zakat dan dampaknya pada sektor masyarakat," ujar dia.
Sementara itu, Pimpinan Baznas Zainul Bahar Noor menjelaskan jika target capaian perolehan dan pengelolaan zakat berhasil, zakat akan menjadi instrumen power full menyelesaikan problematika umat.
Zainul menjelaskan potensi perolehan Zis di Indonesia sangat besar, yaitu Ro326,7 triliun, namun kini baru mencapai 33 triliun.
Kemenag dan Baznas mengapresiasi kinerja filantropi Indonesia yang sudah sangat bagus, diantaranya Lazis ASFA, yang kontinyu berpikir keras untuk ikut menyelesaikan problematika umat, melalui pendayagunaan tasaruf zakat yang tepat sasaran.
Ketua Dewan Syariah Lazis ASFA, KH. Anang Rikza, menjelaskan pentingnya dua sayap filantropi, zakat dan wakaf yang harus dikelola serta dikembangkan dengan baik.
Menurut dia, zakat dan wakaf harus menjadi menjadi gaya hidup umat Islam Indonesia. Zakat menjadi kewajiban setiap muslim sebagaimana salat, yang jika ditinggalkan akan berdosa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)