Jakarta: Panitia seleksi (Pansel) calon pimpinan (Capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) jilid V, memastikan semua informasi tentang persoalan internal Lembaga Antirasuah jadi pertimbangan pihaknya dalam memilih sosok terbaik. Pansel dipastikan memilih calon yang mampu menyelesaikan permasalahan tersebut.
Ketua Pansel Capim KPK Jilid V, Yenti Garnasih mengakui kabar adanya 'Polisi Taliban vs Polisi India' di internal menjadi salah satu rujukan pihaknya untuk menyaring sosok calon pimpinan yang tepat. Pansel ingin KPK jilid V kompak dalam memberantas praktik rasuah.
Baca Juga: Pansel Capim KPK Minta Masukan Masyarakat
"Tentu mencari sosok yang memahami betul masalah pemberantasan, pencegahan korupsi termasuk bisa menjadi pimpinan yang bisa menyelesaikan segala permasalahan yang muncul termasuk kalau ada permasalahan internal," kata Yenti kepada Medcom.id, Jakarta, Sabtu, 13 Juli 2019.
Tak hanya itu, kata Yenti, Pansel juga mencari sosok yang memahami kondisi KPK. Terpenting, mampu memberikan solusi atas persoalan internal yang mencuat ke publik.
"Selain tentu persyaratan lain untuk pimpinan KPK ke depan yang lebih baik," ujarnya.
Pengamat tindak pidana pencucian uang ini menegaskan pihaknya bakal mencari calon yang bebas dari kepentingan kelompok atau organisasi manapun. Calon terpilih harus mengabdi untuk memberantas tindak pidana korupsi.
"Insya Allah kami akan mencari yang independen yang bebas dari kepentingan kelompok atau organisasi asalnya. Dia harus fokuskan dirinya untuk tugas dan fungsinya di KPK sebagai pimpinan sesuai amanah UU," pungkasnya.
Isu 'Polisi Taliban vs Polisi India' pertama kali dilontarkan Indonesa Police watch (IPW). Hal ini bermuara pada seteru di internal KPK soal pimpinan yang mesti menjaga soliditas Lembaga Antirasuah.
Menurut IPW, Taliban merujuk pada kubu penyidik senior KPK Novel Baswedan. Sedangkan, India mengarah pada kubu non-Novel atau di luar kubu Novel. Meski innformasi ini beredar luas, tak ada ketegasan pimpinan era Agus Rahardjo cs untuk menanggapi isu tersebut.
Jakarta: Panitia seleksi (Pansel) calon pimpinan (Capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) jilid V, memastikan semua informasi tentang persoalan internal Lembaga Antirasuah jadi pertimbangan pihaknya dalam memilih sosok terbaik. Pansel dipastikan memilih calon yang mampu menyelesaikan permasalahan tersebut.
Ketua Pansel Capim KPK Jilid V, Yenti Garnasih mengakui kabar adanya 'Polisi Taliban vs Polisi India' di internal menjadi salah satu rujukan pihaknya untuk menyaring sosok calon pimpinan yang tepat. Pansel ingin KPK jilid V kompak dalam memberantas praktik rasuah.
Baca Juga:
Pansel Capim KPK Minta Masukan Masyarakat
"Tentu mencari sosok yang memahami betul masalah pemberantasan, pencegahan korupsi termasuk bisa menjadi pimpinan yang bisa menyelesaikan segala permasalahan yang muncul termasuk kalau ada permasalahan internal," kata Yenti kepada Medcom.id, Jakarta, Sabtu, 13 Juli 2019.
Tak hanya itu, kata Yenti, Pansel juga mencari sosok yang memahami kondisi KPK. Terpenting, mampu memberikan solusi atas persoalan internal yang mencuat ke publik.
"Selain tentu persyaratan lain untuk pimpinan KPK ke depan yang lebih baik," ujarnya.
Pengamat tindak pidana pencucian uang ini menegaskan pihaknya bakal mencari calon yang bebas dari kepentingan kelompok atau organisasi manapun. Calon terpilih harus mengabdi untuk memberantas tindak pidana korupsi.
"Insya Allah kami akan mencari yang independen yang bebas dari kepentingan kelompok atau organisasi asalnya. Dia harus fokuskan dirinya untuk tugas dan fungsinya di KPK sebagai pimpinan sesuai amanah UU," pungkasnya.
Isu 'Polisi Taliban vs Polisi India' pertama kali dilontarkan Indonesa Police watch (IPW). Hal ini bermuara pada seteru di internal KPK soal pimpinan yang mesti menjaga soliditas Lembaga Antirasuah.
Menurut IPW, Taliban merujuk pada kubu penyidik senior KPK Novel Baswedan. Sedangkan, India mengarah pada kubu non-Novel atau di luar kubu Novel. Meski innformasi ini beredar luas, tak ada ketegasan pimpinan era Agus Rahardjo cs untuk menanggapi isu tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)