Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut mutasi covid-19 varian delta cukup berbahaya. Salah satunya, penularan mutasi dari India itu lebih cepat dari jenis virus korona lainnya.
"Bahkan yang delta ini 10 kali lebih cepat kecepatannya (penularan)," kata Ketua IDI Daeng M Faqih dalam diskusi virtual, Sabtu, 26 Juni 2021.
Tak hanya cepat, covid-19 varian delta ini mampu menginfeksi kelompok yang selama ini bukan kategori rawan terjangkit covid-19. Salah satu contohnya, adalah anak-anak.
"Anak-anak kecil ya itu yang biasanya lebih kuat sekarang dengan delta (mutasi covid-19) ini lebih banyak yang terinfeksi dan gejalanya langsung lebih berat," ungkap dia.
Baca: 18.872 Kasus Covid-19 Terdeteksi dalam Sehari
Dia meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Penyebaran covid-19 saat ini tidak bisa dianggap remeh.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan menghadapi covid-19 yaitu menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Protokol tersebut dianggap harga mati yang harus dilakukan, agar terhindar dari ancaman covid-19.
"Harus hati-hati dan tidak boleh kendor, dan tidak boleh lengah," ujar dia
Terpisah, epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Budi Haryanto menyebut covid-19 varian itu bisa menulari lebih banyak orang dalam satu lingkungan. Hal tersebut diketahui berdasarkan penelitian di negara yang lebih dahulu menghadapi varian itu.
"Kalau varian biasa kan yang bawa virus itu satu dua orang menularnya bisa ke satu dua orang. Kalau ini (delta) bisa menulari lebih dari beberapa orang," kata Budi dalam diskusi daring bertema Covid-19 Gawat Darurat, Sabtu, 26 Juni 2021.
Di sisi lain, pelacakan virus covid-19 varian delta tidak mudah. Perlu pemeriksaan lebih lanjut terhadap seseorang yang telah dinyatakan positif covid-19.
"Setelah dites positif, nah kemudian hasil positif tadi secara random dites sesuai anggaran yang dipunyai oleh Satgas," kata dia.
Budi tidak menyebutkan jenis tes yang dilakukan. Menurut dia, satu-satunya jalan untuk menghentikan penularan ialah dengan memutus mata rantai.
"Di era seperti sekarang ini justru yang terpenting bagaimana mengendalikan angka penularan. Begitu meningkat tinggi bagaimana kita memutuskan mata rantainya," ungkap dia.
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut mutasi
covid-19 varian delta cukup berbahaya. Salah satunya, penularan mutasi dari India itu lebih cepat dari jenis virus korona lainnya.
"Bahkan yang delta ini 10 kali lebih cepat kecepatannya (penularan)," kata Ketua IDI Daeng M Faqih dalam diskusi virtual, Sabtu, 26 Juni 2021.
Tak hanya cepat, covid-19
varian delta ini mampu menginfeksi kelompok yang selama ini bukan kategori rawan terjangkit covid-19. Salah satu contohnya, adalah anak-anak.
"Anak-anak kecil ya itu yang biasanya lebih kuat sekarang dengan delta (mutasi covid-19) ini lebih banyak yang terinfeksi dan gejalanya langsung lebih berat," ungkap dia.
Baca:
18.872 Kasus Covid-19 Terdeteksi dalam Sehari
Dia meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Penyebaran covid-19 saat ini tidak bisa dianggap remeh.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan menghadapi covid-19 yaitu menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Protokol tersebut dianggap harga mati yang harus dilakukan, agar terhindar dari ancaman covid-19.
"Harus hati-hati dan tidak boleh kendor, dan tidak boleh lengah," ujar dia
Terpisah, epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Budi Haryanto menyebut covid-19 varian itu bisa menulari lebih banyak orang dalam satu lingkungan. Hal tersebut diketahui berdasarkan penelitian di negara yang lebih dahulu menghadapi varian itu.
"Kalau varian biasa kan yang bawa virus itu satu dua orang menularnya bisa ke satu dua orang. Kalau ini (delta) bisa menulari lebih dari beberapa orang," kata Budi dalam diskusi daring bertema Covid-19 Gawat Darurat, Sabtu, 26 Juni 2021.
Di sisi lain, pelacakan virus covid-19 varian delta tidak mudah. Perlu pemeriksaan lebih lanjut terhadap seseorang yang telah dinyatakan positif covid-19.
"Setelah dites positif, nah kemudian hasil positif tadi secara
random dites sesuai anggaran yang dipunyai oleh Satgas," kata dia.
Budi tidak menyebutkan jenis tes yang dilakukan. Menurut dia, satu-satunya jalan untuk menghentikan penularan ialah dengan memutus mata rantai.
"Di era seperti sekarang ini justru yang terpenting bagaimana mengendalikan angka penularan. Begitu meningkat tinggi bagaimana kita memutuskan mata rantainya," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)