medcom.id, Jakarta: Sudah enam hari Yeti Pramutia meninggalkan suami, Ahmad Hajizi, dan kedua anaknya, Muhammad Yasir serta Mutia Sahla. Yeti adalah salah satu korban tewas dalam tragedi terbakarnya kapal motor Zahro Express.
Hajizi mengenang Yeti sebagai sosok yang ceria dan tak pernah lelah menjalankan aktivitasnya. Saban hari, setelah pulang mengajar, Yeti selalu terlihat semringah.
"Tidak pernah cemberut. Senyum terus," kenang Hajizi sembari menahan air matanya yang mulai mengembang, ditemui di rumahnya di Kembangan, Jakarta Barat, Sabtu (7/1/2017).
Meski aktivitasnya padat, Yeti tak pernah mengeluh. Senin hingga Jumat perempuan berusia 34 tahun itu mengajar di SD Sukabumi, Jakarta Barat. Sabtu dan Minggu dia harus kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
"Tapi, dia masih menyempatkan diri mengajak anak-anak bermain, liburan," ujarnya.
Peti jenazah Yeti Pramutia
Hajizi mengaku sangat merindukan Yeti, terlebih senyumnya yang selalu mengembang. "Dia orang yang baik, Mbak," imbuhnya.
Neni, 34. sependapat dengan Hajizi. Sudah delapan tahun ia menjadi tetangga Yeti. Menurutnya, Yeti sosok yang selalu ceria.
Baca: Kisah Heroik Yeti Saat Kapal Zahro Dijilat Api
Setiap kali bertemu, Yeti selalu bertutur sapa. Neni mengaku berutang budi kepada Yeti karena anaknya bisa masuk ke SDN 07 Petang Kembangan.
"Anak saya juga bisa lancar baca dan menulis karena bantuan bu Yeti. Dia bu guru. Anak saya belajar kepadanya selama dua tahun," cerita Neni.
Neni tak menyangka, tetangganya menjadi korban dalam tragedi nahas itu. Ia turut berduka atas musibah yang menimpa Yeti dan keluarganya.
medcom.id, Jakarta: Sudah enam hari Yeti Pramutia meninggalkan suami, Ahmad Hajizi, dan kedua anaknya, Muhammad Yasir serta Mutia Sahla. Yeti adalah salah satu korban tewas dalam tragedi terbakarnya kapal motor Zahro Express.
Hajizi mengenang Yeti sebagai sosok yang ceria dan tak pernah lelah menjalankan aktivitasnya. Saban hari, setelah pulang mengajar, Yeti selalu terlihat semringah.
"Tidak pernah cemberut. Senyum terus," kenang Hajizi sembari menahan air matanya yang mulai mengembang, ditemui di rumahnya di Kembangan, Jakarta Barat, Sabtu (7/1/2017).
Meski aktivitasnya padat, Yeti tak pernah mengeluh. Senin hingga Jumat perempuan berusia 34 tahun itu mengajar di SD Sukabumi, Jakarta Barat. Sabtu dan Minggu dia harus kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
"Tapi, dia masih menyempatkan diri mengajak anak-anak bermain, liburan," ujarnya.
Peti jenazah Yeti Pramutia
Hajizi mengaku sangat merindukan Yeti, terlebih senyumnya yang selalu mengembang. "Dia orang yang baik, Mbak," imbuhnya.
Neni, 34. sependapat dengan Hajizi. Sudah delapan tahun ia menjadi tetangga Yeti. Menurutnya, Yeti sosok yang selalu ceria.
Baca:
Kisah Heroik Yeti Saat Kapal Zahro Dijilat Api
Setiap kali bertemu, Yeti selalu bertutur sapa. Neni mengaku berutang budi kepada Yeti karena anaknya bisa masuk ke SDN 07 Petang Kembangan.
"Anak saya juga bisa lancar baca dan menulis karena bantuan bu Yeti. Dia bu guru. Anak saya belajar kepadanya selama dua tahun," cerita Neni.
Neni tak menyangka, tetangganya menjadi korban dalam tragedi nahas itu. Ia turut berduka atas musibah yang menimpa Yeti dan keluarganya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)