Dalam paparan bertajuk “Jurnalisme Berkualitas di Bawah Langit Algoritma” pada Pra-Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Angkatan V yang dilaksanakan secara daring, Prof. Ibnu menekankan bahwa ‘summum bonum jurnalisme’ atau kebaikan tertinggi dari profesi jurnalis antara lain kebenaran, kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sosial.
Menurutnya, di era digital ini, algoritma bekerja sebagai sistem otomatis yang menyaring dan menampilkan berita berdasarkan preferensi pengguna. Akibatnya, banyak media tergoda untuk menyesuaikan isi berita dengan “selera mesin”, bukan kebutuhan publik.
| Baca juga: Survei: Kekerasan Terhadap Jurnalis Masih Sering Terjadi di Wilayah Ini |
Biasanya penulis menyesuaikan dengan rumus algoritma agar tulisannya sering ditampilkan. Namun, kata Prof. Ibnu Hamad, ini akan menjadi berbahaya jika sudah sampai mengubah isi atau nilainya. Oleh karenanya, algoritma jangan dijadikan juragan jurnalis.
“Algoritma pemberitaan menimbulkan tantangan etis karena menciptakan gelembung informasi dan memperkuat bias tertentu dalam konsumsi berita,” ujarnya.
Menutup pemaparannya, Prof. Ibnu Hamad menyerukan agar jurnalis tidak terjebak menjadi ‘kulit tinta’, istilah yang digunakan untuk menggambarkan jurnalis yang hanya menulis demi angka, klik, atau viralitas.
| Baca juga: Kabar Baik! Wartawan Kini Bisa Dapat Rumah Subsidi, Ini Syarat dan Cara Daftarnya |
“Saya mengundang menjadi jurnalis yang bukan hanya mengejar algoritma atau kuli tinta algoritma, tetapi menjadi agen moral. Sebagai pemilih fakta, pemilih data yang penting bagi kemanusiaan, bagi alam, bagi kehidupan yang lebih baik,” pesannya.
Ia juga menegaskan bahwa jurnalisme yang bertanggung jawab harus mampu menjadi pilar keempat demokrasi, bukan sekadar pengikut tren digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id