“Patahan yang teridentifikasi belum terpetakan. Maka sesuai dengan analisis data seismisitas BMKG, patahan tersebut karena melewati Kota Sumedang maka disebut sebagai Sesar Sumedang,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 8 Januari 2024.
Pada 31 Desember 2023 pukul 20.34 WIB, terjadi gempa di wilayah Sumedang dengan kekuatan 4,8 magnitudo. Sebelum itu, ada sejumlah gempa yang mengawali, yakni pada pukul 14.35 WIB dengan kekuatan 4,1 magnitudo dan pada pukul 15.38 WIB dengan kekuatan 3,4 magnitudo.
Adapun, berdasarkan data BPBD Jawa Barat, gempa tersebut mengakibatkan 10 orang luka-luka dan 138 rumah di wilayah Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung rusak.
Baca: Angka Kematian Gempa Jepang 126, Guncangan Susulan Hambat Pencarian |
Berdasarkan hasil pemetaan, sumber gempa berasal dari Sesar Sumedang yang memiliki dua segmen dengan panjang masing-masing sekitar 2 kilometer. Menurut Dwikorita, wilayah Kabupaten Sumedang memang merupakan wilayah rawan gempa.
Dia mengungkap hal itu karena adanya zona tumbukan lempeng Indo Australia dan lempeng Eurasia di Suamudra Hindia, serta adanya beberapa sesar aktif di daratan yang telah terpetakan sebelumnya, Seperti sesar Cimandiri, sesar Cugenang, Sesar Lembang, Sesar Cipamigkis, sesar Garseia, sesar Baribis, Sesar Cicalengka, Sesar Cileunyi-Tanjungsari, Sesar Tomo, Sesar Cipeles serta beberapa sesar aktif lainnya yang belum terpetakan.
Informasi mengenai adanya sesar baru, kata Dwikorita, bukan bermaksud untuk menakut-nakuti masyarakat. Tapi untuk mengantisipasi kejadian gempa selanjutnya.
“Ini untuk menjadi kewaspadaan dan kesiapan, bukan menimbulkan ketakutan. Justru untuk menenangkan. Kalau sudah tahu apa ancamannya dan di mana, risikonya seberapa besar, bisa disiapkan langkah mitigasi untuk mengurangi risiko tersebut,” beber dia.
Baca: Angka Kematian Gempa Jepang Lampaui 100, Pencarian Korban Hilang Berlanjut |
Terkait dengan hal itu, BMKG merekomendasikan agar pemerintah daerah dan pihak terkait perlu melakukan evaluasi rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sumedang dengan mempertimbangkan peta zona bahaya gempa bumi serta pelamparan sesar aktif, evaluasi dan penerapan building code berdasarkan peta mikrozonasi berbasis peak ground acceleration (PGA).
Selain itu edukasi dan sosialisasi kebencanaan yang berkesinambungan, terkait potensi bencana gempa bumi maupun bahaya ikutannya, serta potensi bencana hidrometeorologi. “Dalam hal itu BMKG siap untuk terus mendukung program edukasi tersebut,” jelas Dwikorita.
Ia mengimbau agar pemerintah terus mendampingi dan mengingatkan masyarakat agar jangan terpengaruh isu-isu yang tidak jelas tentang gempa bumi dari sumber yang tidak jelas.
“Masyarakat diimbau untuk memonitor perkembangan informasi dari BMKG yang disampaikan melaluli berbagai media atau melalui posko utama,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id