Jakarta: Pengembangan vaksin virus korona (covid-19) harus tetap disertai dengan disiplin protokol kesehatan. Kehadiran vaksin tidak berarti masalah kesehatan selesai.
"Sekalipun vaksin ada, tidak otomatis pandeminya berakhir karena virus ada di lingkungan sampai lama," kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Subandrio, dalam diskusi virtual Crosscheck Medcom.id bertajuk 'Ditolak Masuk Malaysia, Indonesia Harus Apa?', Minggu, 6 September 2020.
Amin mengatakan adanya vaksin harus tetap dibarengi protokol kesehatan. Yakni dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.
Hal tersebut juga berlaku bagi pemerintah. Proses tracing, testing, dan treatment harus tetap dilakukan.
"Tidak boleh berhenti karena negara lain menganggap kita tidak berhasil karena angkanya naik terus," tegas Amin.
Baca: Positivity Rate Covid-19 Indonesia Meningkat Jadi 13,8%
Sementara itu, pakar epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Rio, meragukan vaksin covid-19 yang 100 persen ampuh. Sebab, virus covid-19 mudah bermutasi.
"Efektivitas proteksinya paling 30 sampai 40 persen dan efek samping yang luar biasa," kata Pandu.
Pandu menyebut vaksin bukan solusi jangka pendek. Sehingga penerapan protokol kesehatan harus terus dilakukan.
"Vaksin solusi jangka panjang. Jangka pendeknya melakukan protokol kesehatan," ucap Pandu.
Jakarta: Pengembangan vaksin
virus korona (covid-19) harus tetap disertai dengan disiplin protokol kesehatan. Kehadiran vaksin tidak berarti masalah kesehatan selesai.
"Sekalipun vaksin ada, tidak otomatis pandeminya berakhir karena virus ada di lingkungan sampai lama," kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Subandrio, dalam diskusi virtual Crosscheck
Medcom.id bertajuk 'Ditolak Masuk Malaysia, Indonesia Harus Apa?', Minggu, 6 September 2020.
Amin mengatakan adanya vaksin harus tetap dibarengi protokol kesehatan. Yakni dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.
Hal tersebut juga berlaku bagi pemerintah. Proses
tracing, testing, dan
treatment harus tetap dilakukan.
"Tidak boleh berhenti karena negara lain menganggap kita tidak berhasil karena angkanya naik terus," tegas Amin.
Baca:
Positivity Rate Covid-19 Indonesia Meningkat Jadi 13,8%
Sementara itu, pakar epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Rio, meragukan
vaksin covid-19 yang 100 persen ampuh. Sebab, virus covid-19 mudah bermutasi.
"Efektivitas proteksinya paling 30 sampai 40 persen dan efek samping yang luar biasa," kata Pandu.
Pandu menyebut vaksin bukan solusi jangka pendek. Sehingga penerapan protokol kesehatan harus terus dilakukan.
"Vaksin solusi jangka panjang. Jangka pendeknya melakukan protokol kesehatan," ucap Pandu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)