Pantauan dari udara kebakaran lahan gambut di kawasan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel. (Foto: ANTARA/Mushaful Imam)
Pantauan dari udara kebakaran lahan gambut di kawasan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel. (Foto: ANTARA/Mushaful Imam)

Jokowi Malu Kebakaran Hutan Jadi Berita Utama Mancanegara

Desi Angriani • 06 Agustus 2019 14:08
Jakarta: Presiden Joko Widodo mengaku malu kabut asap yang akibat kebakaran hutan di Riau dan Kalimantan menjadi berita utama di negara tetangga. Malaysia dan Singapura baru-baru ini memuat kebakaran lahan di Indonesia sebagai berita utama.
 
"Saya kadang-kadang malu. Minggu ini saya mau ke Malaysia dan Singapura. Tapi, saya tahu minggu kemarin sudah jadi headline, cirebu masuk lagi ke negara kita. Saya cek cirebu ini apa, ternyata asap. Hati-hati, malu kita kalau enggak bisa menyelesaikan ini," ujar Jokowi di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 6 Agustus 2019.
 
Jokowi menyebut sudah empat tahun terakhir Malaysia dan Singapura tidak mengeluhkan kabut asap. Namun, kebakaran lahan di Indonesia kembali terjadi dan menyebar ke negara tetangga.

"Sehingga bapak ibu dan saudara saudari semuanya saya kumpulkan untuk mengingatkan lagi pentingnya mengatasi kebakaran hutan dan kebakaran lahan," ungkapnya.
 
Baca juga: Kepala BNPB Yakin Kebakaran Hutan Ulah Manusia
 
Jokowi menuturkan kebakaran hutan pada 2015 mengakibatkan kerugian hampir Rp221 triliun karena lahan yang terbakar mencapai 2,6 juta hektare. Angka itu memang lebih rendah dibandingkan kerugian kebakaran tahun ini atau turun 81 persen.
 
"Tahun ini naik lagi. Lebih tinggi dari 2018. Ini yang tidak boleh. Harusnya tiap tahun turun, turun, turun terus. Menghilangkan total memang sulit tetapi harus tekan turun," jelas Jokowi.
 
Penanganan sedini mungkin sangat diperlukan sebelum titik api meluas. Karena itu, kerja sama gubernur, pangdam, kapolda, pemerintah pusat, panglima tni, kapolri, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Restorasi Gambut (BRG), penting dalam menyiapkan langkah antisipasi atau pencegahan.
 
"Meskipun saya belum dapat laporan terakhir dari Kepala BRG, apakah kanal-kanal untuk lahan gambut masih terus atau sudah berhenti. Tapi, ini dalam jangka panjang akan sangat berguna sekali dalam mengelola hutan dan lahan kita," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan