Jakarta: Fotografi jalanan pada dasarnya mengandalkan spontanitas dan kepekaan terhadap momen. Di era media sosial, kini banyak bermunculan fotografer jalanan yang mencoba mencari nafkah lewat jepretan mereka.
Walaupun dilakukan di ruang publik, setiap orang tetap memiliki hak atas privasinya. Terlebih jika hasil foto tersebut dijual di platform digital untuk memperoleh keuntungan pribadi, hal ini termasuk bentuk pelanggaran hukum.
Maka dari itu, etika seharusnya tetap menjadi landasan agar kegiatan memotret di ruang publik tidak melanggar hak orang lain atau menimbulkan ketidaknyamanan.
Berikut beberapa prinsip etika penting yang sebaiknya dipahami oleh fotografer jalanan:
1. Menghormati privasi orang lain
Meskipun berada di ruang publik, seseorang tetap memiliki hak atas citranya. Hindari memotret dari jarak terlalu dekat atau menangkap ekspresi pribadi tanpa izin, terutama jika subjek menunjukkan ketidaksenangan.
2. Minta izin jika diperlukan
Tidak semua situasi menuntut izin eksplisit, tetapi ketika foto akan dipublikasikan, terlebih untuk tujuan komersial maka izin dari subjek adalah bentuk penghormatan dan perlindungan hukum.
3. Tidak mengeksploitasi
Etika fotografi menolak tindakan yang memanfaatkan penderitaan, kemiskinan, atau kondisi seseorang demi estetika atau popularitas. Potret manusia seharusnya memperlihatkan empati, bukan sensasi.
4. Memahami konteks sosial dan budaya
Setiap tempat memiliki norma dan sensitivitas sendiri. Di beberapa daerah, memotret tanpa izin bisa dianggap tidak sopan atau bahkan menyinggung keyakinan tertentu.
5. Transparansi dalam penggunaan foto
Jika foto akan dipublikasikan di media sosial, pameran, atau dijual, sebaiknya fotografer menjelaskan tujuan dan konteksnya. Hal ini membantu menghindari kesalahpahaman dan menjaga reputasi fotografer.
Jakarta:
Fotografi jalanan pada dasarnya mengandalkan spontanitas dan kepekaan terhadap momen. Di era media sosial, kini banyak bermunculan fotografer jalanan yang mencoba mencari nafkah lewat jepretan mereka.
Walaupun dilakukan di ruang publik, setiap orang tetap memiliki hak atas privasinya. Terlebih jika hasil foto tersebut dijual di platform digital untuk memperoleh keuntungan pribadi, hal ini termasuk bentuk pelanggaran hukum.
Maka dari itu, etika seharusnya tetap menjadi landasan agar kegiatan memotret di ruang publik tidak melanggar hak orang lain atau menimbulkan ketidaknyamanan.
Berikut beberapa prinsip etika penting yang sebaiknya dipahami oleh fotografer jalanan:
1. Menghormati privasi orang lain
Meskipun berada di ruang publik, seseorang tetap memiliki hak atas citranya. Hindari memotret dari jarak terlalu dekat atau menangkap ekspresi pribadi tanpa izin, terutama jika subjek menunjukkan ketidaksenangan.
2. Minta izin jika diperlukan
Tidak semua situasi menuntut izin eksplisit, tetapi ketika foto akan dipublikasikan, terlebih untuk tujuan komersial maka izin dari subjek adalah bentuk penghormatan dan perlindungan hukum.
3. Tidak mengeksploitasi
Etika fotografi menolak tindakan yang memanfaatkan penderitaan, kemiskinan, atau kondisi seseorang demi estetika atau popularitas. Potret manusia seharusnya memperlihatkan empati, bukan sensasi.
4. Memahami konteks sosial dan budaya
Setiap tempat memiliki norma dan sensitivitas sendiri. Di beberapa daerah, memotret tanpa izin bisa dianggap tidak sopan atau bahkan menyinggung keyakinan tertentu.
5. Transparansi dalam penggunaan foto
Jika foto akan dipublikasikan di media sosial, pameran, atau dijual, sebaiknya fotografer menjelaskan tujuan dan konteksnya. Hal ini membantu menghindari kesalahpahaman dan menjaga reputasi fotografer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)