medcom.id, Jakarta: Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat sudah mengetahui adanya rencana pembunuhan terhadap mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Telegram. Aplikasi percakapan itu memang digemari kelompok radikal karena memiliki end to end encription yang tidak bisa disadap dan dilacak.
"Saya sudah dengar ada ancaman ke pak Ahok," kata Djarot di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu, 19 Juli 2017.
Djarot menyampaikan, ancaman pembunuhan sudah ada sejak beberapa waktu lalu. Itulah yang menjadi salah satu alasan ia meminta Ahok dipindahkan ke Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.
"Kalau ancaman sudah lama bahkan sebelum di Telegram. Tapi, kami tidak boleh takut. Negara tidak boleh takut terhadap itu," ujarnya
Mantan Wali Kota Blitar ini meminta pemerintah mengkontrol penggunaan Telegram. Bila lebih banyak dampak negatifnya, dia setuju Telegram ditutup.
Baca: IDC: Pemblokiran Telegram Akibat Regulasi OTT Belum Jelas
"Katanya informasinya untuk menyebarkan cara membuat, merakit bom, ujaran-ujaran, dan paham-paham radikal. Kalau begitu saya setuju dicabut (izinnya)" pungkas dia.
Adanya rencana pembunuhan terhadap Ahok diungkapkan Dirjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo Semuel Abrijani Pangerapan. Rencana tersebut dibarengi dengan rencana pengeboman mobil dan tempat ibadah pada 23 Desember 2015.
medcom.id, Jakarta: Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat sudah mengetahui adanya rencana pembunuhan terhadap mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Telegram. Aplikasi percakapan itu memang digemari kelompok radikal karena memiliki
end to end encription yang tidak bisa disadap dan dilacak.
"Saya sudah dengar ada ancaman ke pak Ahok," kata Djarot di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu, 19 Juli 2017.
Djarot menyampaikan, ancaman pembunuhan sudah ada sejak beberapa waktu lalu. Itulah yang menjadi salah satu alasan ia meminta Ahok dipindahkan ke Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.
"Kalau ancaman sudah lama bahkan sebelum di Telegram. Tapi, kami tidak boleh takut. Negara tidak boleh takut terhadap itu," ujarnya
Mantan Wali Kota Blitar ini meminta pemerintah mengkontrol penggunaan Telegram. Bila lebih banyak dampak negatifnya, dia setuju Telegram ditutup.
Baca: IDC: Pemblokiran Telegram Akibat Regulasi OTT Belum Jelas
"Katanya informasinya untuk menyebarkan cara membuat, merakit bom, ujaran-ujaran, dan paham-paham radikal. Kalau begitu saya setuju dicabut (izinnya)" pungkas dia.
Adanya rencana pembunuhan terhadap Ahok diungkapkan Dirjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo Semuel Abrijani Pangerapan. Rencana tersebut dibarengi dengan rencana pengeboman mobil dan tempat ibadah pada 23 Desember 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)