"Jika kerja hulu dan kerja hilir tidak sinergis, maka potensi terorisme akan terus berulang," kata Hendardi kepada Medcom.id, Kamis, 8 Desember 2022.
Hendardi mengatakan upaya di hulu berupa pencegahan intoleransi. Sedangkan upaya di hilir berupa deradikalisasi.
"Early warning dan early response system (EWERS) yang dikembangkan di daerah belum banyak membantu mencegah recovery kelompok teroris untuk melakukan tindakan serupa," ujar dia.
Hendardi menyoroti sederet regulasi pemerintah yang telah diterbitkan. Termasuk berbagai rencana aksi mencegah kekerasan ekstremis.
"BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) dan Polri bisa mengefektifkan berbagai regulasi dan inisiasi untuk memperkuat sinergi dengan pemerintah daerah," papar dia.
Baca: Kasus Bom Bandung, Program Deradikalisasi Perlu Dievaluasi |
Menurut Hendardi, Polri selalu akan menjadi sasaran utama tindakan kekerasan dari kelompok pengusung aspirasi politik intoleran. Sebab, Polri adalah institusi terdepan.
"Kesatupaduan langkah berbagai institusi negara dibutuhkan untuk mengatasi kekerasan ekstremis yang berulang," tegas dia.
Sebelumnya, bom bunuh diri terjadi di Polsek Astanaanyar sekitar pukul 08.20 WIB, Rabu, 7 Desember 2022. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan identitas pelaku ialah Agus Sujatno alias Abu Muslim. Agus terafiliasi dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulat (JAD) Bandung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id