Jakarta: Pakar molekular Amin Soebandrio menyebut SARS-COV-1 varian R.1 yang baru ditemukan baru-baru ini memiliki beberapa sifat dan mutasi yang ada di varian lain, seperti D614G dan E-484K. Varian ini memiliki perubahan sifat pada virus covid-19.
"Terjadi perubahan sifat ya misal di D614G itu menyebabkan lebih menular dan E-484K itu menyebabkan penurunan daya netralisasi dari antibodi," kata Amin saat dihubungi, Sabtu, 25 September 2021.
SARS-COV-1 varian R.1 ditemukan di salah satu panti jompo Kentucky, Amerika Serikat pada Maret 2021. Salah satu pegawai terinfeksi varian baru setelah sebelumnya divaksinasi dan diperiksa.
Varian R.1 adalah salah satu varian yang mengandung sejumlah mutasi. Di antaranya D614G yang terbukti meningkatkan kemampuan menular lebih tinggi seperti varian Delta.
"Memang tingkat penularannya mirip-mirip seperti itu meskipun belum dibandingkan tapi kandungannya ada D614G. Itu sudah meluas memang ada di berbagai varian covid-19 lainnya dan E-484K ada juga di varian lainnya," jelas Mantan Kepala Pusat Riset Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tersebut.
Amin menyebutkan varian R.1 sudah ada di Jepang. Namun, kasusnya masih sedikit sekali.
Sementara itu, di Indonesia sudah dicek belum ada temuan varian anyar tersebut. Amin menuturkan efektivitas vaksin terhadap varian baru tersebut masih belum berubah.
Namun, terjadi penurunan efikasi karena perubahan antibodi. Sehingga terjadi terjadi penurunan tapi tidak sampai 50 persen.
"Mungkin ada penurunan efikasi karena ada perubahan di antibodi itu jadi. Tapi belum sampai menurun di bawah 50 persen," papar dia.
Baca: Lonjakan Covid-19 Bukan Sepenuhnya Disebabkan Gempuran Varian Delta
Jakarta: Pakar molekular Amin Soebandrio menyebut
SARS-COV-1 varian R.1 yang baru ditemukan baru-baru ini memiliki beberapa sifat dan mutasi yang ada di varian lain, seperti D614G dan E-484K. Varian ini memiliki perubahan sifat pada
virus covid-19.
"Terjadi perubahan sifat ya misal di D614G itu menyebabkan lebih menular dan E-484K itu menyebabkan penurunan daya netralisasi dari antibodi," kata Amin saat dihubungi, Sabtu, 25 September 2021.
SARS-COV-1 varian R.1 ditemukan di salah satu panti jompo Kentucky, Amerika Serikat pada Maret 2021. Salah satu pegawai terinfeksi varian baru setelah sebelumnya divaksinasi dan diperiksa.
Varian R.1 adalah salah satu varian yang mengandung sejumlah mutasi. Di antaranya D614G yang terbukti meningkatkan kemampuan menular lebih tinggi seperti varian Delta.
"Memang tingkat penularannya mirip-mirip seperti itu meskipun belum dibandingkan tapi kandungannya ada D614G. Itu sudah meluas memang ada di berbagai varian covid-19 lainnya dan E-484K ada juga di varian lainnya," jelas Mantan Kepala Pusat Riset Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tersebut.
Amin menyebutkan varian R.1 sudah ada di Jepang. Namun, kasusnya masih sedikit sekali.
Sementara itu, di Indonesia sudah dicek belum ada temuan varian anyar tersebut. Amin menuturkan efektivitas
vaksin terhadap varian baru tersebut masih belum berubah.
Namun, terjadi penurunan efikasi karena perubahan antibodi. Sehingga terjadi terjadi penurunan tapi tidak sampai 50 persen.
"Mungkin ada penurunan efikasi karena ada perubahan di antibodi itu jadi. Tapi belum sampai menurun di bawah 50 persen," papar dia.
Baca:
Lonjakan Covid-19 Bukan Sepenuhnya Disebabkan Gempuran Varian Delta
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)