Jakarta: Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyebut lonjakan kasus virus korona di Indonesia pada Juli 2021 bukan sepenuhnya karena gempuran varian Delta. Menurunnya kepatuhan protokol kesehatan juga ikut memicu lonjakan tersebut.
"Gelombang kedua di Indonesia tidak semata-mata terjadi karena kekuatan infeksius dari Delta," kata juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito melalui konferensi pers virtual, Selasa, 21 September 2021.
Wiku mengatakan varian Delta sudah ditemukan di Indonesia sejak Januari 2021. Lima bulan berselang, varian Delta baru mulai meningkat penularannya.
Lemahnya kesadaran protokol kesehatan dinilai membuat kasus covid-19 di hulu menyebar cepat. Hal ini akibat interaksi antarmanusia yang meningkat, seperti pada periode libur panjang dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
"Kita juga tidak bisa melupakan bahwa kenaikan kasus covid-19 sangat lekat kaitannya dengan interaksi antarmanusia," ujar Wiku.
Baca: Penanganan Covid-19 Indonesia Dipuji, Masyarakat Diminta Tak Lengah
Interaksi manusia, kata Wiku, dapat digambarkan melalui tingkat mobilitas. Satgas Penanganan Covid-19 menyadari hal itu dan mengeluarkan formula pembatasan perjalanan.
Pencegahan berlapis juga mencegah varian seperti Mu dan Lamda masuk ke Indonesia. Wiku mengatakan tidak hanya mobilitas internasional yang perlu menjadi perhatian, namun juga pergerakan domestik di dalam negeri mesti diawasi.
"Kita harus mengetahui pula bahwa dalam mencegah lonjakan kasus berbagai upaya pengendalian harus dilakukan sebagai bentuk penerapan kebijakan berlapis," ucap Wiku.
Jakarta: Satuan Tugas
(Satgas) Penanganan Covid-19 menyebut lonjakan kasus
virus korona di Indonesia pada Juli 2021 bukan sepenuhnya karena gempuran
varian Delta. Menurunnya kepatuhan protokol kesehatan juga ikut memicu lonjakan tersebut.
"Gelombang kedua di Indonesia tidak semata-mata terjadi karena kekuatan infeksius dari Delta," kata juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito melalui konferensi pers virtual, Selasa, 21 September 2021.
Wiku mengatakan varian Delta sudah ditemukan di Indonesia sejak Januari 2021. Lima bulan berselang, varian Delta baru mulai meningkat penularannya.
Lemahnya kesadaran
protokol kesehatan dinilai membuat kasus covid-19 di hulu menyebar cepat. Hal ini akibat interaksi antarmanusia yang meningkat, seperti pada periode libur panjang dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
"Kita juga tidak bisa melupakan bahwa kenaikan
kasus covid-19 sangat lekat kaitannya dengan interaksi antarmanusia," ujar Wiku.
Baca:
Penanganan Covid-19 Indonesia Dipuji, Masyarakat Diminta Tak Lengah
Interaksi manusia, kata Wiku, dapat digambarkan melalui tingkat mobilitas. Satgas Penanganan Covid-19 menyadari hal itu dan mengeluarkan formula pembatasan perjalanan.
Pencegahan berlapis juga mencegah varian seperti Mu dan Lamda masuk ke Indonesia. Wiku mengatakan tidak hanya mobilitas internasional yang perlu menjadi perhatian, namun juga pergerakan domestik di dalam negeri mesti diawasi.
"Kita harus mengetahui pula bahwa dalam mencegah lonjakan kasus berbagai upaya pengendalian harus dilakukan sebagai bentuk penerapan kebijakan berlapis," ucap Wiku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)