Jakarta: Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal (Letjen) Dudung Abdurachman menegaskan TNI AD tidak disusupi Partai Komunis Indonesia (PKI). Isu itu dilontarkan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menyusul hilangnya patung tiga tokoh yang berperan memberantas PKI di Museum Darma Bhakti Kostrad.
"Itu tudingan yang keji terhadap kami," kata Dudung dalam keterangan tertulis, Selasa, 28 September 2021.
Jenderal berbintang tiga itu menyesalkan pernyataan Gatot. Dudung menilai Gatot sebagai seniornya di TNI seharusnya terlebih dahulu mengklarifikasi kepadanya.
"Dalam Islam disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa," ujar Dudung.
Baca: Duduk Perkara Patung Soeharto Hingga Nasution 'Lenyap' di Museum Kostrad
Patung yang dipermasalahkan, yakni patung mantan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KSAB) Jenderal AH Nasution, mantan Pangkostrad Mayor Jenderal (Mayjen) Soeharto, dan eks Komandan Resimen Para Komando AD (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo. Patung itu dibuat Pangkostrad Letjen AY Nasution (2011-2012).
Dudung mengakui ketiga patung itu memang sudah tidak ada. Patung itu diambil langsung oleh sang penggagas, AY Nasution, atas izin Dudung.
"Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," ungkap Dudung.
Namun, dia tidak terima bila lenyapnya tiga patung itu membuat TNI dicap melupakan sejarah Gerakan 30 September (G30S)/PKI 56 tahun silam. Dudung bersama AY Nasution menegaskan tetap berkomitmen tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa berdarah itu.
Dia mengatakan foto peristiwa serta barang-barang milik Soeharto saat peristiwa 1965 masih tersimpan di Museum Darma Bhakti Kostrad. Peninggalan bersejarah itu dinilai bisa menjadi pembelajaran agar bangsa tidak melupakan pemberontakan PKI dan terbunuhnya pimpinan TNI AD.
Jakarta: Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal (Letjen) Dudung Abdurachman menegaskan
TNI AD tidak disusupi Partai Komunis Indonesia (
PKI). Isu itu dilontarkan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn)
Gatot Nurmantyo menyusul hilangnya patung tiga tokoh yang berperan memberantas PKI di Museum Darma Bhakti Kostrad.
"Itu tudingan yang keji terhadap kami," kata Dudung dalam keterangan tertulis, Selasa, 28 September 2021.
Jenderal berbintang tiga itu menyesalkan pernyataan Gatot. Dudung menilai Gatot sebagai seniornya di TNI seharusnya terlebih dahulu mengklarifikasi kepadanya.
"Dalam Islam disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa," ujar Dudung.
Baca:
Duduk Perkara Patung Soeharto Hingga Nasution 'Lenyap' di Museum Kostrad
Patung yang dipermasalahkan, yakni patung mantan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KSAB) Jenderal AH Nasution, mantan Pangkostrad Mayor Jenderal (Mayjen) Soeharto, dan eks Komandan Resimen Para Komando AD (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo. Patung itu dibuat Pangkostrad Letjen AY Nasution (2011-2012).
Dudung mengakui ketiga patung itu memang sudah tidak ada. Patung itu diambil langsung oleh sang penggagas, AY Nasution, atas izin Dudung.
"Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," ungkap Dudung.
Namun, dia tidak terima bila lenyapnya tiga patung itu membuat TNI dicap melupakan sejarah Gerakan 30 September (G30S)/PKI 56 tahun silam. Dudung bersama AY Nasution menegaskan tetap berkomitmen tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa berdarah itu.
Dia mengatakan foto peristiwa serta barang-barang milik Soeharto saat peristiwa 1965 masih tersimpan di Museum Darma Bhakti Kostrad. Peninggalan bersejarah itu dinilai bisa menjadi pembelajaran agar bangsa tidak melupakan pemberontakan PKI dan terbunuhnya pimpinan TNI AD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)