Jakarta: Direktur Eksekutif CERI Yusri Usman menepis pernyataan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji yang menyebut salah satu penyebab kelangkaan LPG 3 kg subsidi karena ada persoalan tata kelola distribusi. Pernyataan itu dinilai terlontar karena tak paham akar masalahnya.
"Karena kelangkaan LPG subsidi lebih disebabkan maraknya pengoplosan LPG subsidi menjadi LPG 12 kg oleh mafia LPG atau akibat tingginya migrasi konsumen," ungkap Yusri dalam keterangan tertulis, Selasa, 1 Agustus 2023.
Penyebab utamanya, kata Yusri, adalah disparitas harga LPG 3 kg subsidi dengan LPG 12 kg yang sangat tinggi. Disparitas harga mencapai Rp 10 ribu per kg.
"Selisih harga itu lah cuan besar yang telah memicu suburnya praktik oplosan oleh mafia LPG, yang sudah menjadi fakta yang terungkap di berbagai daerah yang telah diberitakan oleh sejumlah media," kata Yusri.
Menurut dia, sudah menjadi rahasia umum, mafia LPG bisa leluasa melakukan praktik ilegal tersebut. Pasalnya, diduga ada perlindungan dari oknum penegak hukum.
"Jadi jika kita mau serius memberantas mafia LPG, sangat gampang, cukup Kapolri (Jenderal Listyo Sigit Prabowo) mau tegas dengan menginstruksikan seluruh Kapolda jika terdapat praktik oplosan LPG di suatu daerah, ancamannya Kapolres dicopot," kata Yusri.
Menurut Yusri, jika Kapolri berani menerapkan kebijakan tersebut, tidak akan ada kelangkaan LPG subsidi di berbagai daerah.
"Jadi kelangkaan itu bukan karena sistem alokasi penyaluran agen 20 persen dan pangkalan 80 persen, karena sependek pengetahuan kami, BPK secara rutin mengaudit penyaluran LPG subsidi dari pangkalan ke agen hingga SPPBE, subsidi LPG 3 kg di APBN 2023 sekitar Rp117,5 triliun," jelas Yusri.
Selain itu, lanjut Yusri, Pertamina sudah sangat terencana dan terbiasa menyiapkan kebutuhan LPG subsidi setiap tahunnya sekitar 8 juta ton. Termasuk, mengantisipasi pertumbuhan kebutuhannya.
Dia menyampaikan Pertamina juga sudah sangat berpengalaman dalam mendistrubiskan BBM dan LPG di seluruh negeri, termasuk daerah 3 T (Tertinggal, Terdepan dan Terjauh) dengan harga yang sama.
"Karena kita adalah negara kepulauan dengan luas serta sebaran penduduk yang cukup besar, sehingga menjadikan pola distribusi LPG dan BBM Pertamina memang paling rumit di dunia," ungkap Yusri.
Jakarta: Direktur Eksekutif CERI Yusri Usman menepis pernyataan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji yang menyebut salah satu penyebab kelangkaan
LPG 3 kg subsidi karena ada persoalan tata kelola distribusi. Pernyataan itu dinilai terlontar karena tak paham akar masalahnya.
"Karena kelangkaan LPG subsidi lebih disebabkan maraknya pengoplosan LPG subsidi menjadi LPG 12 kg oleh mafia LPG atau akibat tingginya migrasi konsumen," ungkap Yusri dalam keterangan tertulis, Selasa, 1 Agustus 2023.
Penyebab utamanya, kata Yusri, adalah disparitas harga LPG 3 kg subsidi dengan LPG 12 kg yang sangat tinggi. Disparitas harga mencapai Rp 10 ribu per kg.
"Selisih harga itu lah cuan besar yang telah memicu suburnya praktik oplosan oleh mafia LPG, yang sudah menjadi fakta yang terungkap di berbagai daerah yang telah diberitakan oleh sejumlah media," kata Yusri.
Menurut dia, sudah menjadi rahasia umum, mafia LPG bisa leluasa melakukan praktik ilegal tersebut. Pasalnya, diduga ada perlindungan dari oknum penegak hukum.
"Jadi jika kita mau serius memberantas mafia LPG, sangat gampang, cukup Kapolri (Jenderal Listyo Sigit Prabowo) mau tegas dengan menginstruksikan seluruh
Kapolda jika terdapat praktik oplosan LPG di suatu daerah, ancamannya Kapolres dicopot," kata Yusri.
Menurut Yusri, jika
Kapolri berani menerapkan kebijakan tersebut, tidak akan ada kelangkaan LPG subsidi di berbagai daerah.
"Jadi kelangkaan itu bukan karena sistem alokasi penyaluran agen 20 persen dan pangkalan 80 persen, karena sependek pengetahuan kami, BPK secara rutin mengaudit penyaluran LPG subsidi dari pangkalan ke agen hingga SPPBE, subsidi LPG 3 kg di APBN 2023 sekitar Rp117,5 triliun," jelas Yusri.
Selain itu, lanjut Yusri, Pertamina sudah sangat terencana dan terbiasa menyiapkan kebutuhan LPG subsidi setiap tahunnya sekitar 8 juta ton. Termasuk, mengantisipasi pertumbuhan kebutuhannya.
Dia menyampaikan Pertamina juga sudah sangat berpengalaman dalam mendistrubiskan BBM dan LPG di seluruh negeri, termasuk daerah 3 T (Tertinggal, Terdepan dan Terjauh) dengan harga yang sama.
"Karena kita adalah negara kepulauan dengan luas serta sebaran penduduk yang cukup besar, sehingga menjadikan pola distribusi LPG dan BBM Pertamina memang paling rumit di dunia," ungkap Yusri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)