medcom.id, Jakarta: Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang menjadi tuan rumah pagelaran Asian Youth Interfaith Camp (AYIC) 2017. Peserta camp yang merupakan pemuda dari 21 negara ini mendapatkan pemahaman tentang toleransi.
Peserta AYIC merupakan pemuda dari negara anggota ASEAN Dotamvah Tanzania, Panama, Hungaria, Belanda, Madagaskar, dan beberapa negara lain. Total pemuda yang ikut serta sebanyak 146 orang.
Direktur Pusat Studi ASEAN UNIPDU Zahrul Azhar Asumta akrab disapa Gus Han mengatakan, hampir 70 persen peserta merupakan non-muslim. Kegiatan ini memberikan pandangan baru setelah merasakan hidup dan berkegiatan di pesantren.
"Saya meyakinkan bahwa pesantren adalah pusat peradaban toleransi yang sebenarnya di Indonesia," kata Gus Han di UNIPDU, Jombang, Minggu 29 Oktober 2017.
Gus Han mengatakan, peserta dari 21 negara ini menginap dan berkegiatan di pesantren pada hari pertama dan kedua. Pada malam hari, mereka mengadakan acara di pendopo Kabupaten Jombang untuk mengenalkan budaya mereka kepada masyarakat setempat.
Hari ketiga, peserta dibawa ke beberapa tempat, seperti Taman ASEAN, patung Budha tidur di Trowulan Mojokerto, dan Gereja Mojowarno yang merupakan gereja tertua di Pulau Jawa.
"Lanjut ke desa Ngepeh, desa itu satu komplek ada pura, gereja, masjid berdampingan. Terakhir kita ke Klenteng Budha untuk makan siang dan ziarah ke makam Gus Dur," kata dia.
(Baca juga: Belajar Nilai Toleransi di Kampung Sawah)
Gus Han berharap, kegiatan ini akan menghasilkan piagam Jombang yang dianggap bisa menjadi masukan dalam mencipatakan kehidupan yang toleran.
"Ini sekarang sedang digodok tentang protokol Jombang ini, ada 9 poin Insha Allah yang memberikan imbauan pada pemimpin negara untuk mengutamakan toleransi dan membudayakan harmoni itu," jelas Gus Han.
Kegiatan AYIC 2017 berlangsung pada tanggal 28-30 Oktober 2017 dan diikuti oleh 146 pemuda dari 21 negara meliputi Indonesia, Kamboja, Brunei Darusalam, Laos, Vietnam, Malasia, Filipina, Thailand, Singapura, Jepang, Pakistan, Madagaskar, Lithuania, Maroko, Mesir, Honggaria, Amerika Serikat, Tanzania, Korea Selatan, Libya, Belanda Dan Inggris.
AYIC bertujuan untuk mencegah intoleransi dan radikalisme, menyediakan akses informasi yang terkait dengan perbedaan praktik agama dan toleransi di ASEAN. Agenda tahunan ini ingin menunjukkan lepada para pemuda arti toleransi dalam keberagaman di Indonesia.
(Baca juga: Jokowi Ajak Facebook Kuatkan Penyebaran Pesan Toleransi)
medcom.id, Jakarta: Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang menjadi tuan rumah pagelaran Asian Youth Interfaith Camp (AYIC) 2017. Peserta camp yang merupakan pemuda dari 21 negara ini mendapatkan pemahaman tentang toleransi.
Peserta AYIC merupakan pemuda dari negara anggota ASEAN Dotamvah Tanzania, Panama, Hungaria, Belanda, Madagaskar, dan beberapa negara lain. Total pemuda yang ikut serta sebanyak 146 orang.
Direktur Pusat Studi ASEAN UNIPDU Zahrul Azhar Asumta akrab disapa Gus Han mengatakan, hampir 70 persen peserta merupakan non-muslim. Kegiatan ini memberikan pandangan baru setelah merasakan hidup dan berkegiatan di pesantren.
"Saya meyakinkan bahwa pesantren adalah pusat peradaban toleransi yang sebenarnya di Indonesia," kata Gus Han di UNIPDU, Jombang, Minggu 29 Oktober 2017.
Gus Han mengatakan, peserta dari 21 negara ini menginap dan berkegiatan di pesantren pada hari pertama dan kedua. Pada malam hari, mereka mengadakan acara di pendopo Kabupaten Jombang untuk mengenalkan budaya mereka kepada masyarakat setempat.
Hari ketiga, peserta dibawa ke beberapa tempat, seperti Taman ASEAN, patung Budha tidur di Trowulan Mojokerto, dan Gereja Mojowarno yang merupakan gereja tertua di Pulau Jawa.
"Lanjut ke desa Ngepeh, desa itu satu komplek ada pura, gereja, masjid berdampingan. Terakhir kita ke Klenteng Budha untuk makan siang dan ziarah ke makam Gus Dur," kata dia.
(Baca juga:
Belajar Nilai Toleransi di Kampung Sawah)
Gus Han berharap, kegiatan ini akan menghasilkan piagam Jombang yang dianggap bisa menjadi masukan dalam mencipatakan kehidupan yang toleran.
"Ini sekarang sedang digodok tentang protokol Jombang ini, ada 9 poin Insha Allah yang memberikan imbauan pada pemimpin negara untuk mengutamakan toleransi dan membudayakan harmoni itu," jelas Gus Han.
Kegiatan AYIC 2017 berlangsung pada tanggal 28-30 Oktober 2017 dan diikuti oleh 146 pemuda dari 21 negara meliputi Indonesia, Kamboja, Brunei Darusalam, Laos, Vietnam, Malasia, Filipina, Thailand, Singapura, Jepang, Pakistan, Madagaskar, Lithuania, Maroko, Mesir, Honggaria, Amerika Serikat, Tanzania, Korea Selatan, Libya, Belanda Dan Inggris.
AYIC bertujuan untuk mencegah intoleransi dan radikalisme, menyediakan akses informasi yang terkait dengan perbedaan praktik agama dan toleransi di ASEAN. Agenda tahunan ini ingin menunjukkan lepada para pemuda arti toleransi dalam keberagaman di Indonesia.
(Baca juga:
Jokowi Ajak Facebook Kuatkan Penyebaran Pesan Toleransi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)