"Persepsi tidak ramah lingkungan disebabkan karena kalau ada banjir dan styrofoam yang ringan selalu muncul nampak ke permukaan," kata Direktur Kemasan Group Wahyudi Sulistya dalam diskusi di Kemasan Cipta Group, Karawang, Rabu, 2 Mei 2018.
Senada, dosen Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmad Zainal Abidin mengatakan justru benda yang memiliki massa lebih berat yang kerap menyebabkan banjir. Benda itu cenderung tenggelam, menyumbat, sehingga menyebabkan pendangkalan sungai.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Limbah polystyrene hanya 5-10 persen yang bisa digunakan karena sisanya adalah udara. Selain itu, polystyrene sifatnya 95 persen udara membuatnya ringan. Ia mengapung di air," ungkap Zainal.
Ia menambahkan benda berat seperti akar kayu, kasur, kursi, logam menyebabkan banjir. Benda yang tidak ramah lingkungan lainnya adalah plastik kemasan, kantong plastik, atau polietilena.
Di sisi lain, dalam aspek keberlanjutan, styrofoam mudah diuraikan dan didaur ulang. "Polystyrene merupakan produk dari zat organik. Unsur yang membentuknya adalah karbon, oksigen, dan hidrogen. Selain itu, produk bisa dipecah dan diubah menjadi beberapa bentuk produk," kata Zainal.
Baca:Polystyrene Diklaim Aman bagi Manusia
Dalam sistem produksi, polystyrene disebut tidak menimbulkan limbah. Hal ini disebabkan polystyrene yang tidak lolos uji kualitas dapat dilebur dan digunakan menjadi bahan dasar kembali.
"Kita di belakang ada mesin untuk mendaur ulang produk yang tidak lolos uji, bisa dipakai lagi diubah jadi biji plastik," kata Wahyu.
(OGI)