Ilustrasi vaksin virus korona (covid-19). Medcom.id/M Rizal
Ilustrasi vaksin virus korona (covid-19). Medcom.id/M Rizal

Menanti Kehadiran Vaksin Merah Putih

Atalya Puspa • 03 Januari 2021 05:00

Apa yang menjadi tantangan selama mengembangkan vaksin Merah Putih?
Tantagannya bayak. Indonesia belum pernah membuat suatu vaksin beneran. Selama ini kita terlena.
 
Kita selalu menggantungkan diri pada sesuatu yang sudah ada. Karena dana pengembangan vaksin besar sekali, yang namanya uji klinik besar sekali biayanya. Industri lokal tidak akan berani menaruh uangnya di situ.
 
Bagaimana kalau tiba-tiba, penyakitnya hilang? Itu pernah terjadi saat penelitian vaksin Mers. Industrinya kemudian dihentikan. Ini kan gambling. Tapi dari situ kita belajar, bahwa kita ternyata sangat bergantung siapapun di luar. Ini enggak boleh untuk kedaulatan nasional.

Kenapa kemudian kita harus memiliki? Kita tidak boleh hanya berpikir untuk hari ini. Kita berpikir untuk depan di mana pandemi bisa datang lagi. Kita punya SDM, infratstruktur. Kita bisa kalau kita mau. Masalahnya, mau enggak Indonesia bikin sendiri dan tidak bergantung pada produk luar negeri?
 
Terkait dengan mutasi virus SARS-CoV-2 dari Inggris, apakah kemudian penelitian vaksin Merah Putih melakukan penyesuaian?
Mutasi ini baru dilaporkan tanggal 13 Desember. Yang mutasi terbaru ini kan pertama kali di Inggris. Kenapa? Apa dia memang asalnya dari Inggris? Inggris yang jumlah genom sequence-nya terbanyak di dunia.
 
Karena pusat genomic di Inggris. Enggak heran mereka bisa menemukan segala macam. Makin banyak mengumpulkan data, makin mudah. Kita tidak punya data. Dia memengaruhi vaksin enggak? Bisa dipakai enggak?
 
Sekarang harus melakukan peneitian untuk melihat bagaimana hubungan mutasi tersebut terhadap efektivitas gejala klinis. Apakah penyakit ini menyebabkan penyaki ini lebih parah, bagaiman apenyebarannya.
 
Virus ini lebih infeksius artinya mudah meyebar. Tapi kita gak bisa bilang ini menyebabkan kematian lebih banyak. Karena itu, masih terbuka terus semua kemungkinan. Kita harus melihat semua pasien tersebut dengan gejala klinik berat seperti apa, kelompok virus apa, kita harus lakukan penelitian.
 
Lalu, apakah mutasi ini sudah sampai di Indonesia? Dari bulan Maret itu sampai sekarang belum ada. Tapi juga kita mesti tahu virus, bermutasi secara random seringkali. Jadi dari situ kita harus melihat terus seperti apa virus yang ada di indoneisa. Dari 125 genome sequencing dari Indonesia yang ada, belum ditemukan mutasi tersebut. Untuk itu kita harus lakukan sequencing lebih banyak.
 
Terkait dengan banyaknya masyarakat yang meragukan vaksin karena berbagai hal, salah satunya kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), apa pesan Eijkman?
Pasien atau penerima vaksin itu bisa dipatau terus supaya tidak keluar side effect. Efeknya macam-macam memang, bisa ringan sekali, nyeri di lokal, tapi juga bisa juga after effect misalnya kelainan karena obat (alergi).
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan