medcom.id, Jakarta: Peran buku sangat penting dalam menentukan kemajuan sebuah bangsa. Bangsa dengan sumber daya manusia yang unggul tentunya akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Oleh karena itu, kegemaran membaca perlu ditumbuhkan sejak usia dini. Anak-anak perlu dibiasakan membaca buku dan menjadikan buku sebagai sebuah kebutuhan. Buku-buku yang dibaca pun tidak terpaku pada buku pelajaran sekolah saja. Mereka bisa menimba pengetahuan lebih banyak melalui buku pendamping pelajaran. Sebab, semakin banyak jenis buku yang dibaca, maka kecerdasan anak akan bertambah.
Menurut pengamat pendidikan Budi Trikorayanto, buku pendamping pelajaran seperti buku pengetahuan umum, dapat dijadikan penunjang bagi anak-anak dalam memperoleh pengetahuan selain dari buku pelajaran sekolah. Terlebih, saat ini buku pengetahuan umum didesain dengan gambar dan tampilan menarik untuk memudahkan anak-anak dalam memahami isinya, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan akademik anak.
"Buku itu penting. Bahkan pemerintah telah menetapkan standardisasi buku selain menetapkan standardisasi untuk UN (Ujian Nasional)," ujar Budi Trikorayanto kepada Metrotvnews.com.
Anak yang sejak dini gemar membaca buku akan memiliki keterampilan komunikasi yang baik, daftar kosakata semakin banyak, melatih berpikir logis, melatih konsentrasi, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, meningkatkan prestasi akademik, membentuk pola perilaku dan nilai sosial. Yang tak kalah penting, dengan membaca buku, anak mempersiapkan diri menghadapi kehidupan nyata.
Buku telah mengsinpirasi banyak orang-orang besar untuk mengubah dunia. Salah satu tokoh dunia yang gemar membaca adalah Presiden Amerika Serikat ke-44 Barack Obama. Bagi Obama, buku adalah pemandu dalam membantu menempa jati diri. Selain Obama, pelopor HAM di India Mahatma Gandhi, tokoh Proklamator RI Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga memiliki kegemaran membaca.
Melihat manfaat buku yang berlimpah, maka sudah seharusnya gemar membaca membaca ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini. Sayangnya, di Indonesia masih banyak anak yang kesulitan mendapatkan akses memperoleh buku. Jika di kota besar buku dapat dengan mudah ditemui di perpustakaan maupun toko buku, tidak demikian halnya dengan daerah-daerah pelosok yang jauh dari ibu kota.
Budi menjelaskan, kondisi itu terjadi karena distribusi buku dari ujung ke ujung wilayah Indonesia belum merata. Banyak ditemukan di daerah, buku-buku tidak layak baca seperti kondisi fisik buku robek, lusuh, halaman tidak lengkap, dan koleksi buku yang minim.
Hal tersebut menyebabkan anak-anak di daerah terkendala dalam menikmati manfaat buku sebagai sarana meraih kesuksesan pada masa depan. Situasi ini diperparah dengan kondisi perpustakaan daerah yang kurang layak. Terbatasnya jumlah perpustakaan membuat sebagian anak-anak tidak mengenal perpustakaan.
Budi menyarankan, di setiap daerah dibangun Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen PAUD dan DIKMAS Kemendikbud). Program yang sudah dimulai sejak 1992/1993 ini dinilai mempunyai peran penting dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Selain itu, jenis buku yang disediakan cukup variatif.
"TBM menjadi pusat untuk melayani anak dalam membaca. Bukan hanya anak-anak, seluruh masyarakat bisa membaca di sana. Masyarakat pun bisa menyumbangkan buku ke TBM. Di TBM juga digelar ajang nonton film bareng untuk memperoleh pengetahuan," ujar Budi.
Selain sebagai sarana membaca, TBM bisa menjadi tempat berinteraksi. Anak-anak bisa berdiskusi membahas buku yang mereka baca. Melalui TBM, diharapkan anak-anak dapat termotivasi membaca dan meningkatkan wawasan.
Agar anak-anak di seluruh Indonesia mendapatkan kesempatan sama yang lebih baik dalam memperoleh ilmu pengetahuan lewat buku, kita juga bisa berkontribusi. Caranya adalah dengan berpartisipasi dalam gerakan #BukuUntukIndonesia. Ayo berbagi sekarang di www.bukuuntukIndonesia.com untuk masa depan anak Indonesia yang lebih baik.
medcom.id, Jakarta: Peran buku sangat penting dalam menentukan kemajuan sebuah bangsa. Bangsa dengan sumber daya manusia yang unggul tentunya akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Oleh karena itu, kegemaran membaca perlu ditumbuhkan sejak usia dini. Anak-anak perlu dibiasakan membaca buku dan menjadikan buku sebagai sebuah kebutuhan. Buku-buku yang dibaca pun tidak terpaku pada buku pelajaran sekolah saja. Mereka bisa menimba pengetahuan lebih banyak melalui buku pendamping pelajaran. Sebab, semakin banyak jenis buku yang dibaca, maka kecerdasan anak akan bertambah.
Menurut pengamat pendidikan Budi Trikorayanto, buku pendamping pelajaran seperti
buku pengetahuan umum, dapat dijadikan penunjang bagi anak-anak dalam memperoleh pengetahuan selain dari buku pelajaran sekolah. Terlebih, saat ini buku pengetahuan umum didesain dengan gambar dan tampilan menarik untuk memudahkan anak-anak dalam memahami isinya, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan akademik anak.
"Buku itu penting. Bahkan pemerintah telah menetapkan standardisasi buku selain menetapkan standardisasi untuk UN (Ujian Nasional)," ujar Budi Trikorayanto kepada
Metrotvnews.com.
Anak yang sejak dini gemar membaca buku akan memiliki keterampilan komunikasi yang baik, daftar kosakata semakin banyak, melatih berpikir logis, melatih konsentrasi, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, meningkatkan prestasi akademik, membentuk pola perilaku dan nilai sosial. Yang tak kalah penting, dengan membaca buku, anak mempersiapkan diri menghadapi kehidupan nyata.
Buku telah mengsinpirasi banyak orang-orang besar untuk mengubah dunia. Salah satu tokoh dunia yang gemar membaca adalah Presiden Amerika Serikat ke-44 Barack Obama. Bagi Obama, buku adalah pemandu dalam membantu menempa jati diri. Selain Obama, pelopor HAM di India Mahatma Gandhi, tokoh Proklamator RI Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga memiliki kegemaran membaca.
Melihat manfaat buku yang berlimpah, maka sudah seharusnya gemar membaca membaca ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini. Sayangnya, di Indonesia masih banyak anak yang kesulitan mendapatkan akses memperoleh buku. Jika di kota besar buku dapat dengan mudah ditemui di perpustakaan maupun toko buku, tidak demikian halnya dengan daerah-daerah pelosok yang jauh dari ibu kota.
Budi menjelaskan, kondisi itu terjadi karena distribusi
buku dari ujung ke ujung wilayah Indonesia belum merata. Banyak ditemukan di daerah, buku-buku tidak layak baca seperti kondisi fisik buku robek, lusuh, halaman tidak lengkap, dan koleksi buku yang minim.
Hal tersebut menyebabkan anak-anak di daerah terkendala dalam menikmati manfaat buku sebagai sarana meraih kesuksesan pada masa depan. Situasi ini diperparah dengan kondisi perpustakaan daerah yang kurang layak. Terbatasnya jumlah perpustakaan membuat sebagian anak-anak tidak mengenal perpustakaan.
Budi menyarankan, di setiap daerah dibangun Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen PAUD dan DIKMAS Kemendikbud). Program yang sudah dimulai sejak 1992/1993 ini dinilai mempunyai peran penting dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Selain itu, jenis buku yang disediakan cukup variatif.
"TBM menjadi pusat untuk melayani anak dalam membaca. Bukan hanya anak-anak, seluruh masyarakat bisa membaca di sana. Masyarakat pun bisa menyumbangkan buku ke TBM. Di TBM juga digelar ajang nonton film bareng untuk memperoleh pengetahuan," ujar Budi.
Selain sebagai sarana membaca, TBM bisa menjadi tempat berinteraksi. Anak-anak bisa berdiskusi membahas buku yang mereka baca. Melalui TBM, diharapkan anak-anak dapat termotivasi membaca dan meningkatkan wawasan.
Agar anak-anak di seluruh Indonesia mendapatkan kesempatan sama yang lebih baik dalam memperoleh ilmu pengetahuan lewat buku, kita juga bisa berkontribusi. Caranya adalah dengan berpartisipasi dalam gerakan
#BukuUntukIndonesia. Ayo berbagi sekarang di
www.bukuuntukIndonesia.com untuk masa depan anak Indonesia yang lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)