medcom.id, Jakarta: Pemerintah terus bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mendeteksi jaringan ISIS di Maute, Filipina. Pendekatan dilakukan baik di dalam negeri maupun luar negeri.
"Kita terus melakukan upaya pendekatan di dalam negeri melalui kementerian dan lembaga, ormas, dan masing-masing pemda," ujar Direktur Informasi Badan Inteleijen Negara (BIN), Wawan Purwanto dalam siaran Primetime News Metro TV, Minggu 4 Juni 2017.
Wawan menambahkan, kerjasama internasional turut dilakukan untuk membendung jaringan kelompok yang bergerak memberi pengaruh militan dan pemberontak. Sebab banyak anggota jaringan tersebut yang telah lama menetap di Filipina.
"Ada yang sudah tiga generasi, sehingga kadang ini persoalan surat menyurat, persoalan kewarganegaraan," jelasnya.
Baca: Marawi Digempur, TNI Antisipasi Simpatisan ISIS Eksodus ke Indonesia
Wawan menyebutkan terdapat beberapa jalur yang digunakan WNI untuk masuk ke daerah konflik, seperti Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Maluku. Jalur tersebut pun telah diblokir dan dijaga ketat aparat. "Kalau aparat sedang sibuk dengan yang lain mereka menyelinap (keluar dari Indonesia)," ujarnya.
Baca: Tiba di Indonesia Pemerintah Pastikan 16 WNI tak Terkait ISIS
Data terakhir BIN menyebutkan, terdapat 38 WNI yang masuk ke Filipina. 16 orang di antaranya telah kembali dan dinyatakan tidak trelibat dalam aksi kombatan apa pun, sementara 7 di antaranya kini menjadi buronan.
7 WNI yang buron dan terlibat ISIS Maute adalah yayat Hidayat Tarli, Anggara Suprayogi, Yoki Pratama Windyarto, Al Ikhwan yushel, Mochammad Jaelani Firdaus, Muhamad Gufron, dan Muhamad Ilham Syahputra.
Salah satu WNI yang buron adalah Yayat Hidayat Tarli, warga Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Yayat tercatat tiba di Filipina pada 15 April 2017. Sejumlah warga yang tinggal di lingkungannya hanya tahu Yayat bekerja di Jakarta.
medcom.id, Jakarta: Pemerintah terus bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mendeteksi jaringan ISIS di Maute, Filipina. Pendekatan dilakukan baik di dalam negeri maupun luar negeri.
"Kita terus melakukan upaya pendekatan di dalam negeri melalui kementerian dan lembaga, ormas, dan masing-masing pemda," ujar Direktur Informasi Badan Inteleijen Negara (BIN), Wawan Purwanto dalam siaran
Primetime News Metro TV, Minggu 4 Juni 2017.
Wawan menambahkan, kerjasama internasional turut dilakukan untuk membendung jaringan kelompok yang bergerak memberi pengaruh militan dan pemberontak. Sebab banyak anggota jaringan tersebut yang telah lama menetap di Filipina.
"Ada yang sudah tiga generasi, sehingga kadang ini persoalan surat menyurat, persoalan kewarganegaraan," jelasnya.
Baca: Marawi Digempur, TNI Antisipasi Simpatisan ISIS Eksodus ke Indonesia
Wawan menyebutkan terdapat beberapa jalur yang digunakan WNI untuk masuk ke daerah konflik, seperti Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Maluku. Jalur tersebut pun telah diblokir dan dijaga ketat aparat. "Kalau aparat sedang sibuk dengan yang lain mereka menyelinap (keluar dari Indonesia)," ujarnya.
Baca: Tiba di Indonesia Pemerintah Pastikan 16 WNI tak Terkait ISIS
Data terakhir BIN menyebutkan, terdapat 38 WNI yang masuk ke Filipina. 16 orang di antaranya telah kembali dan dinyatakan tidak trelibat dalam aksi kombatan apa pun, sementara 7 di antaranya kini menjadi buronan.
7 WNI yang buron dan terlibat ISIS Maute adalah yayat Hidayat Tarli, Anggara Suprayogi, Yoki Pratama Windyarto, Al Ikhwan yushel, Mochammad Jaelani Firdaus, Muhamad Gufron, dan Muhamad Ilham Syahputra.
Salah satu WNI yang buron adalah Yayat Hidayat Tarli, warga Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Yayat tercatat tiba di Filipina pada 15 April 2017. Sejumlah warga yang tinggal di lingkungannya hanya tahu Yayat bekerja di Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(YDH)