medcom.id, Jakarta: Rauf Hamzah langsung terbangun saat pintu rumahnya diketuk tengah malam, Selasa 12 September 2017. Di teras rumah, ia mendapati tetangganya mengantar putra bungsunya yang berusia 17 tahun, Muhammad Rafly dalam keadaan kotor dan tak sadarkan diri.
“Dapat kabar dari tetangga, diantar ke rumah waktu dia lagi mabuk. Langsung saya bawa masuk, saya kasih minum obat, susu, terus saya bersihkan karena dia sepertinya habis dari selokan,” kata pria asal kendari, Sulawesi Tenggara itu kepada Metrotvnews.com di Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin 18 September 2017.
Beberapa jam sebelumnya, tetangga Rauf juga mengantarkan putra kedua Rauf, Reksi Indra Dewi Hartawan, 21. Namun, saat itu Rauf dan keluarga tidak dibangunkan karena sudah tidur dan takut mengganggu.
Tetangga lalu meningalkan Reksi di teras rumah. Rupanya, dalam keadaan mabuk itu, Reksi sadar dan pergi.
Usai mendapat informasi tersebut, Rauf langsung mencari putranya. Dua hari kemudian, tepatnya 14 September 2017, Reksi ditemukan dalam keadaan tak bernyawa.
(Baca juga: Pil PCC Sempat tak Beredar 2 Bulan di Kendari)
“Paginya dicari, tanggal 13 September juga dicari, akhirnya tanggal 14 sekitar pukul lima pagi ketemu sudah mengambang di laut. Dia meninggal di hari ulang tahunnya," kata Rauf dengan mata berkaca-kaca.
Rauf mengaku heran dan bertanya-tanya terkait peristiwa yang menimpa kedua anaknya. Dia lalu mendapat jawaban dari tim SAR yang membantu pencarian Reksi, kalau Reksi menjadi korban pil Paracetamol Cafein Carisoprodol atau PCC.
Dia mengakui, pil PCC atau disebut mumbul di Kendari mudah didapat dengan harga murah. Namun, Rauf mengaku tidak tahu kalau anaknya ikut mengonsumsi obat itu.
“Saya tidak tahu anak saya pernah konsumsi PCC sebelumnya atau tidak, tapi kelakuannya tidak pernah ada yang aneh,” tutur dia.
Ia juga tidak tahu di mana anak-anaknya mendapat pil itu. Rauf meminta pihak kepolisian dan pemerintah daerah segera bertindak dan mengusut kasus itu agar tidak ada korban lain di kemudian hari.
“Saya sebenarnya masih berduka, tapi saya ingin ini segera ditindak dan dicegah dari awal,” pungkas dia.
medcom.id, Jakarta: Rauf Hamzah langsung terbangun saat pintu rumahnya diketuk tengah malam, Selasa 12 September 2017. Di teras rumah, ia mendapati tetangganya mengantar putra bungsunya yang berusia 17 tahun, Muhammad Rafly dalam keadaan kotor dan tak sadarkan diri.
“Dapat kabar dari tetangga, diantar ke rumah waktu dia lagi mabuk. Langsung saya bawa masuk, saya kasih minum obat, susu, terus saya bersihkan karena dia sepertinya habis dari selokan,” kata pria asal kendari, Sulawesi Tenggara itu kepada
Metrotvnews.com di Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin 18 September 2017.
Beberapa jam sebelumnya, tetangga Rauf juga mengantarkan putra kedua Rauf, Reksi Indra Dewi Hartawan, 21. Namun, saat itu Rauf dan keluarga tidak dibangunkan karena sudah tidur dan takut mengganggu.
Tetangga lalu meningalkan Reksi di teras rumah. Rupanya, dalam keadaan mabuk itu, Reksi sadar dan pergi.
Usai mendapat informasi tersebut, Rauf langsung mencari putranya. Dua hari kemudian, tepatnya 14 September 2017, Reksi ditemukan dalam keadaan tak bernyawa.
(Baca juga:
Pil PCC Sempat tak Beredar 2 Bulan di Kendari)
“Paginya dicari, tanggal 13 September juga dicari, akhirnya tanggal 14 sekitar pukul lima pagi ketemu sudah mengambang di laut. Dia meninggal di hari ulang tahunnya," kata Rauf dengan mata berkaca-kaca.
Rauf mengaku heran dan bertanya-tanya terkait peristiwa yang menimpa kedua anaknya. Dia lalu mendapat jawaban dari tim SAR yang membantu pencarian Reksi, kalau Reksi menjadi korban pil Paracetamol Cafein Carisoprodol atau PCC.
Dia mengakui, pil PCC atau disebut mumbul di Kendari mudah didapat dengan harga murah. Namun, Rauf mengaku tidak tahu kalau anaknya ikut mengonsumsi obat itu.
“Saya tidak tahu anak saya pernah konsumsi PCC sebelumnya atau tidak, tapi kelakuannya tidak pernah ada yang aneh,” tutur dia.
Ia juga tidak tahu di mana anak-anaknya mendapat pil itu. Rauf meminta pihak kepolisian dan pemerintah daerah segera bertindak dan mengusut kasus itu agar tidak ada korban lain di kemudian hari.
“Saya sebenarnya masih berduka, tapi saya ingin ini segera ditindak dan dicegah dari awal,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)