Jakarta: Kegiatan jual-beli online sangat diminati dewasa ini. Menjamurnya kegiatan tersebut cukup menguntungkan perkembangan ekonomi masyarakat, khususnya untuk usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Sayangnya, kegiatan ini belum merata di Indonesia. Khususnya di pedesaan. Permasalahan belum berkembangnya UMKM di pedesaan merupakan hal yang serius. Belum lagi perkara menjamurnya pengangguran dan urbanisasi di usia muda.
Berangkat dari masalah tersebut, Nofi Bayu Darmawan bertekad untuk memberikan dampak positif untuk ekonomi pedesaan. Dia pun memulai Kampung Marketer, sebuah startup sociopreneur yang kemudian bermetamorfosis menjadi Komerce.
Mantan Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ini kembali ke kampung halamannya, Purbalingga pada 2017. Meskipun sudah berjalan selama empat tahun dan memberikan pelatihan pada 1.300 pemuda, masih banyak tantangan yang harus ia hadapi.
Connect dulu baru korek
Pada awalnya, Bayu menggandeng para pemuda di desa Karangmoncol, Kabupaten, Purbalingga, Jawa Tengah. Anak-anak muda tersebut memiliki beragam latar belakang pendidikan mulai dari SMP hingga Perguruan Tinggi.
“Tantangannya untuk mengajari mereka bertransaksi online, khususnya untuk yang background-nya terbatas itu adalah pacu semangat dari sisi motivasi mereka terdahulu. Kalau kata pepatah, kalau nggak connect dulum, kita nggak bisa korek. Artinya harus ada relationship dulu,” ujar Bayu.
Langkah pertama Bayu dalam menggandeng anak-anak muda di desa adalah memberikan mereka pandangan mengenai masa depan apabila mendapat pekerjaan. Setelah mendapatkan kepecayaan, Bayu mengajarkan dasar-dasar mengenai transaksi online.
Durasi pelatihan bagi pemuda di desa sebelum dilepas cukup beragam, tergantung tingkat kesulitannya.
“Itu (pelatihan) tergantung tingkat kesulitannya. Kalau customer service satu minggu, digital marketing satu sampai dua bulan lamanya, agent marketplace satu minggu. Jadi, tergantung tingkat kesulitan yang dipelajari,” kata Bayu.
Tempat kerja yang memadai
Dalam menjalankan e-commerce, Bayu berkolaborasi dengan UMKM secara online. Namun, untuk mengawasi pemuda Bayu melakukannya secara fisik.
Bayu menyebut pemuda belum terbiasa dengan sistem work from home atau WFH. Alasannya, mereka seringkali diminta untuk melakukan pekerjaan oleh orang tua pada jam kerja.
“Kita (Komerce) nyewa rumah lah. Di situ muat 30-40 orang. Di situ udah kayak kantor, tetapi kita pakai rumah sederhana. Mereka di depan laptop atau handphone masing-masing,” kata Bayu.
Dia mengaku sudah mampu membangun 20 titik pusat pemberdayaan yang tersebar di beberapa desa. Baik di Purbalingga maupun di Yogyakarta.
Kehadiran Komerce diklaimnya mampu mengatrol kesejahteraan pemuda di desa. Gaji yang didapat oleh satu pemuda bisa mencapai 10-16 juta rupiah per bulan. Semua tergantung penjualan.
“Semakin tinggi pekerjaan yang dibukukan, semakin tinggi juga penghasilan yang didapat,” tutup Bayu.
Jakarta: Kegiatan jual-beli online sangat diminati dewasa ini. Menjamurnya kegiatan tersebut cukup menguntungkan perkembangan ekonomi masyarakat, khususnya untuk usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Sayangnya, kegiatan ini belum merata di Indonesia. Khususnya di pedesaan. Permasalahan belum berkembangnya UMKM di pedesaan merupakan hal yang serius. Belum lagi perkara menjamurnya pengangguran dan urbanisasi di usia muda.
Berangkat dari masalah tersebut, Nofi Bayu Darmawan bertekad untuk memberikan dampak positif untuk ekonomi pedesaan. Dia pun memulai Kampung Marketer, sebuah startup sociopreneur yang kemudian bermetamorfosis menjadi Komerce.
Mantan Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ini kembali ke kampung halamannya, Purbalingga pada 2017. Meskipun sudah berjalan selama empat tahun dan memberikan pelatihan pada 1.300 pemuda, masih banyak tantangan yang harus ia hadapi.
Connect dulu baru korek
Pada awalnya, Bayu menggandeng para pemuda di desa Karangmoncol, Kabupaten, Purbalingga, Jawa Tengah. Anak-anak muda tersebut memiliki beragam latar belakang pendidikan mulai dari SMP hingga Perguruan Tinggi.
“Tantangannya untuk mengajari mereka bertransaksi online, khususnya untuk yang
background-nya terbatas itu adalah pacu semangat dari sisi motivasi mereka terdahulu. Kalau kata pepatah, kalau nggak
connect dulum, kita nggak bisa korek. Artinya harus ada
relationship dulu,” ujar Bayu.
Langkah pertama Bayu dalam menggandeng anak-anak muda di desa adalah memberikan mereka pandangan mengenai masa depan apabila mendapat pekerjaan. Setelah mendapatkan kepecayaan, Bayu mengajarkan dasar-dasar mengenai transaksi
online.