Jakarta: Ismail Marzuki dikenal sebagai maestro musik Indonesia yang menghasilkan banyak karya legendaris. Pria kelahiran Kwitang, Jakarta Pusat, 11 Mei 1914 ini memiliki kontribusi besar bagi dunia seni Indonesia.
Atas kontribusinya, pemerintah Indonesia menobatkan Ismail Marzuki menjadi salah satu Pahlawan Nasional pada 2004. Namanya bahkan diabadikan sebagai pusat seni di Jakarta, yakni Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
TIM dijadikan sebagai pusat pelestarian warisan budaya Indonesia dan inovasi kreatif seperti drama, tari, wayang, musik, pembacaan puisi, pameran lukisan, dan pertunjukan film.
Ismail Marzuki telah melahirkan karya musik yang dikenal masyarakat Tanah Air hingga kini. Sebut saja seperti Rayuan Pulau Kelapa, Sepasang Mata Bola, Halo Halo Bandung, Indonesia Pusaka, Juwita Malam, dan masih banyak lagi.
Lagu-lagu ciptaan musisi yang meninggal pada 25 Mei 1958 ini juga masih relevan hingga sekarang. Beberapa musisi Tanah Air bahkan merekam ulang lagu Ismail Marzuki, misalnya, lagu "Juwita Malam" yang direkam ulang Bebi Romeo di album Wanita (2002).
Baca: Hari Pahlawan 2021, Google Doodle Tampilkan Sosok Ismail Marzuki
Karier musik Ismail Marzuki
Ismail Marzuki bergabung dalam Lief Java jazz. Wikipedia.
Ismail Marzuki tumbuh mencintai musik sejak kecil. Dia berlatih selama lima jam sehari untuk menguasai delapan instrumen musik, yakni harmonika, mandolin, gitar, ukulele, biola, akordeon, saksofon, dan piano.
Ismail memulai debutnya pada usia 17 tahun. Pertama kalinya ia berhasil mengarang lagu O Sarinah (1931) yang syairnya dibuat dalam bahasa Belanda. Kemudian, Ismail juga menciptakan karya dalam bentuk keroncong yang berjudul Keroncong Serenata pada 1935.
Pada 1936, Ismail masuk perkumpulan orkes musik Lief Java sebagai pemain gitar, saxophone, dan harmonium pompa. Dia pun menciptakan lagu "Roselani" tahun itu.
Ismail kemudian membuat lagu-lagu yang mengambil latar belakang Hikayat 1001 Malam berjudul "Kasim Baba", saat ia berusia 23 tahun pada 1937. Selain itu, ia menciptakan gubahan lagu keroncong yang berjudul "keroncong sejati".
Pada 1938, Ismail Marzuki ikut mengisi ilustrasi musik film berjudul "Terang Bulan". Dia menciptakan tiga buah lagu, antara lain Pulau Saweba, Di Tepi Laut, dan Duduk Termenung, untuk film tersebut.
Setahun berikutnya, Ismail bahkan menciptakan 8 buah lagu. Dua lagu di antaranya berbahasa Belanda, yakni Als de Ovehedeen dan Als't Meis is in de tropen. Sedangkan lagu Indonesia, antara lain Bapak Kromo, Bandaneira, Olee lee di Kutaraja, Rindu Malam, dan Lenggang Bandung, Melancong ke Bali.
Dalam rentang waktu 27 tahun menjadi komponis, Ismail Marzuki telah menciptakan lebih dari 250 lagu. Banyak penghargaan seni yang diberikan kepada Ismail atas dedikasi, perjuangan, dan kecintaannya pada Indonesia. Salah satunya, Piagam Wijayakusuma yang diberikan Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1961.
Baca: Ini Alasan Google Doodle Tampilkan Ismail Marzuki di Hari Pahlawan
Jakarta:
Ismail Marzuki dikenal sebagai maestro musik Indonesia yang menghasilkan banyak karya legendaris. Pria kelahiran Kwitang, Jakarta Pusat, 11 Mei 1914 ini memiliki kontribusi besar bagi dunia seni Indonesia.
Atas kontribusinya, pemerintah Indonesia menobatkan Ismail Marzuki menjadi salah satu
Pahlawan Nasional pada 2004. Namanya bahkan diabadikan sebagai pusat seni di Jakarta, yakni Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
TIM dijadikan sebagai pusat pelestarian warisan budaya Indonesia dan inovasi kreatif seperti drama, tari, wayang, musik, pembacaan puisi, pameran lukisan, dan pertunjukan film.
Ismail Marzuki telah melahirkan karya musik yang dikenal masyarakat Tanah Air hingga kini. Sebut saja seperti Rayuan Pulau Kelapa, Sepasang Mata Bola, Halo Halo Bandung, Indonesia Pusaka, Juwita Malam, dan masih banyak lagi.
Lagu-lagu ciptaan musisi yang meninggal pada 25 Mei 1958 ini juga masih relevan hingga sekarang. Beberapa musisi Tanah Air bahkan merekam ulang lagu Ismail Marzuki, misalnya, lagu "Juwita Malam" yang direkam ulang Bebi Romeo di album Wanita (2002).
Baca:
Hari Pahlawan 2021, Google Doodle Tampilkan Sosok Ismail Marzuki
Karier musik Ismail Marzuki
Ismail Marzuki bergabung dalam Lief Java jazz. Wikipedia.
Ismail Marzuki tumbuh mencintai musik sejak kecil. Dia berlatih selama lima jam sehari untuk menguasai delapan instrumen musik, yakni harmonika, mandolin, gitar, ukulele, biola, akordeon, saksofon, dan piano.
Ismail memulai debutnya pada usia 17 tahun. Pertama kalinya ia berhasil mengarang lagu O Sarinah (1931) yang syairnya dibuat dalam bahasa Belanda. Kemudian, Ismail juga menciptakan karya dalam bentuk keroncong yang berjudul Keroncong Serenata pada 1935.
Pada 1936, Ismail masuk perkumpulan orkes musik Lief Java sebagai pemain gitar, saxophone, dan harmonium pompa. Dia pun menciptakan lagu "Roselani" tahun itu.
Ismail kemudian membuat lagu-lagu yang mengambil latar belakang Hikayat 1001 Malam berjudul "Kasim Baba", saat ia berusia 23 tahun pada 1937. Selain itu, ia menciptakan gubahan lagu keroncong yang berjudul "keroncong sejati".
Pada 1938, Ismail Marzuki ikut mengisi ilustrasi musik film berjudul "Terang Bulan". Dia menciptakan tiga buah lagu, antara lain Pulau Saweba, Di Tepi Laut, dan Duduk Termenung, untuk film tersebut.
Setahun berikutnya, Ismail bahkan menciptakan 8 buah lagu. Dua lagu di antaranya berbahasa Belanda, yakni Als de Ovehedeen dan Als't Meis is in de tropen. Sedangkan lagu Indonesia, antara lain Bapak Kromo, Bandaneira, Olee lee di Kutaraja, Rindu Malam, dan Lenggang Bandung, Melancong ke Bali.
Dalam rentang waktu 27 tahun menjadi komponis, Ismail Marzuki telah menciptakan lebih dari 250 lagu. Banyak penghargaan seni yang diberikan kepada Ismail atas dedikasi, perjuangan, dan kecintaannya pada Indonesia. Salah satunya, Piagam Wijayakusuma yang diberikan Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1961.
Baca:
Ini Alasan Google Doodle Tampilkan Ismail Marzuki di Hari Pahlawan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CIN)