Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Mia Amiati. Dok. Kejati Jatim
Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Mia Amiati. Dok. Kejati Jatim

Kasus Penangkapan 3 Hakim PN Surabaya, Ini Profil Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Mia Amiati

M Rodhi Aulia • 24 Oktober 2024 12:54
Jakarta: Kejaksaan Tinggi Jawa Timur menjadi sorotan setelah pengungkapan kasus dugaan suap yang melibatkan tiga hakim Pengadilan Negeri Surabaya. Penangkapan para hakim tersebut oleh Kejaksaan Agung pada 23 Oktober 2024 telah memicu perhatian luas, dengan fokus pada peran strategis Kejati Jawa Timur dalam kasus ini.
 
Di tengah sorotan ini, Kejati Jawa Timur dipimpin oleh seorang jaksa wanita, Mia Amiati. Ia mengklarifikasi posisinya dalam pengungkapan kasus tersebut.
 
Dalam konferensi pers, Mia menegaskan lembaganya hanya memfasilitasi tempat pemeriksaan para hakim yang ditangkap. Penanganan detail kasus ini, menurutnya, ditangani langsung oleh Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus).

Baca juga: Profil 3 Hakim PN Surabaya, Tersangka Suap Vonis Bebas Ronald Tannur

Karier dan Pendidikan

Mia Amiati dilantik sebagai Kajati Jawa Timur pada 2 Maret 2022 oleh Jaksa Agung RI, ST Burhanuddin. Ia menggantikan Mohamad Dofir yang dipromosikan menjadi Sekretaris Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan. 
 
Pelantikannya menjadi momen bersejarah, karena Mia adalah perempuan pertama yang memimpin Kejaksaan Tinggi Jawa Timur setelah 33 pria menduduki posisi tersebut.
 
Lahir di Kuningan, Jawa Barat, pada 4 Maret 1965, Mia adalah anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Meski awalnya bercita-cita menjadi apoteker, Mia akhirnya memilih jalur hukum. Dia memulai kariernya di Kejaksaan sebagai staf tata usaha pada tahun 1989 setelah menyelesaikan gelar sarjana Sastra Indonesia dari Universitas Padjadjaran, Bandung. 
 
"Kalau ditanya cita-cita, waktu kecil saya berangan-angan jadi apoteker," kata Mia seperti dilansir dari Antara, Kamis 24 Oktober 2024.
 
Karena ia hanya memiliki gelar sarjana sastra, Mia memutuskan untuk melanjutkan studi hukum di Universitas Islam Jakarta dan resmi menjadi jaksa pada tahun 1995.
 
Tidak berhenti di situ, Mia kemudian melanjutkan pendidikan hingga meraih gelar magister hukum, dan pada 2012, ia memperoleh gelar doktor di bidang ilmu hukum dari Universitas Padjadjaran. 
 
Perjalanan kariernya di kejaksaan membuatnya berpindah tugas ke berbagai wilayah di Indonesia, sebelum akhirnya menjabat sebagai Kajati Riau dan kemudian dipromosikan menjadi Kajati Jawa Timur.

Tugas Berat di Jatim

Sebagai Kajati Jawa Timur, Mia menghadapi tantangan besar, karena provinsi ini dianggap sebagai barometer nasional dengan 38 kabupaten/kota di bawah wewenangnya. Mia selalu mengadakan diskusi mingguan melalui pertemuan virtual dengan kepala kejaksaan negeri (kajari) untuk mendeteksi setiap permasalahan dan memastikan kejaksaan bekerja sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsinya.
 
Namun, Mia juga harus menghadapi masalah internal ketika pada akhir tahun 2023, salah satu kajari di Bondowoso terlibat dalam operasi tangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tindak cepat yang diambil Mia, termasuk melantik Kajari Bondowoso yang baru dan memotivasi jajarannya untuk bangkit, mendapat apresiasi.

Prestasi dan Inovasi

Mia Amiati juga dikenal sebagai akademisi hukum yang produktif menulis. Ia telah menghasilkan berbagai karya tulisan, baik dalam bentuk buku maupun artikel di media nasional.
 
Salah satu inovasi penting yang diusung Mia di Jawa Timur adalah pendirian Rumah Restorative Justice (RJ) bersama gubernur. Program ini bertujuan untuk memberikan alternatif penyelesaian perkara tindak pidana dengan mekanisme dialog dan mediasi. Rumah RJ kini telah berdiri di ribuan lokasi di seluruh Jawa Timur, termasuk di sekolah-sekolah.
 
Sepanjang tahun 2023, Mia berhasil memimpin Kejati Jawa Timur mencapai banyak prestasi. Di bidang pembinaan, realisasi anggaran mencapai 98,37% dari total pagu sebesar Rp492,5 miliar. Di bidang intelijen, berbagai kegiatan penyuluhan hukum dan penerangan hukum telah dilaksanakan, termasuk program "Jaksa Masuk Sekolah" yang melibatkan lebih dari 55.000 peserta.

Kehidupan Pribadi dan Keluarga

Di balik kesibukannya sebagai pejabat kejaksaan, Mia adalah seorang istri dan ibu yang berdedikasi. Suaminya adalah seorang dokter, dan meski terpisah jarak karena perbedaan tempat tinggal, Mia tetap memastikan anak-anaknya mendapatkan perhatian penuh melalui teknologi komunikasi. 
 
Rutinitasnya, seperti mengingatkan anaknya untuk ibadah dan mempersiapkan kebutuhan sekolah, dilakukan setiap pagi melalui video call. Dengan latar belakang kedisiplinan yang ditanamkan oleh ayahnya, seorang tentara, Mia mengembangkan karakter kuat yang membawanya meniti karier hingga posisi tertinggi di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(DHI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan